Bagi seorang santri yang masuk dalam kumparan politik, partai hanyalah tempat parkir, sedangkan kiai adalah rumahnya. Tak heran jika kemudian ada seorang santri yang rela meninggalkan partainya demi kiai junjungannya.
Rasanya itulah yang sekarang sedang dilakukan oleh Mohammad Nuruzzaman, politisi partai Gerindra yang baru-baru ini menyatakan mengundurkan dari dari keanggotaan Partai Gerindra.
Pengunduran dirinya tersebut ia tuliskan melalui sepucuk surat yang ia sampaikan kepada ketua umum Gerindra Prabowo Subianto.
Nuruzzaman yang memang seorang politisi berlatar belakang santri menganggap Waketum Gerindra Fadli Zon sudah menghina Katib Aam (Sekjen) PBNU Yahya Cholil Staquf melalui cuitannya.
“Kemarahan saya memuncak karena hinaan saudara Fadli Zon kepada kiai saya, KH Yahya Cholil Staquf, terkait acara di Israel yang diramaikan dan dibelokkan menjadi hal politis terkait isu ganti Presiden.” Begitu tulis Nuruzzaman dalam penggalan suratnya.
Seperti diketahui, tak berselang lama setelah kunjungan Yahya Cholil Staquf dan berbicara di Forum Global AJC, Wakil ketua DPR sekaligus wakil ketua umum Gerindra langsung menuliskan twit yang bernada kontra terhadap kunjungan Yahya Staquf ke Israel.
“Cuma ngomong begitu doang ke Israel. Ini memalukan bangsa Indonesia. Tak ada sensitivitas pd perjuangan Palestina. #2019GantiPresiden,” tulis Fadli di akun Twitternya.
Terkait dengan keluarnya Nuruzzaman dari Gerindra, Waketum Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menyatakan menghormati pilihan yang diambil oleh Nuruzzaman.
“Yang bersangkutan kan sudah mengambil sikap tentang apa yang diyakini tentang penghinaan terhadap kiai,” kata Dasco.
Yah, dalam satu partai, mungkin memang harus ada sosok kontroversialnya. Dan di Gerindra, kebetulan sosok itu adalah Fadli Zon.
Sosok yang berani bilang menyindir seorang kiai karena kehadirannya di Israel, namun di satu sisi, dirinya pernah mendatangi dan mengakrabi Donald Trump, presiden dari negara pertama yang mengakui pemindahan Jerussalem sebagai ibukota Israel.