Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Yang Unik dari Cara Gus Baha Melihat Ramadan

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
14 April 2021
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Gus Baha jelasin gimana orang-orang dulu melihat puasa Ramadan. Hikmah yang bisa ditiru oleh muslim zaman sekarang.

Selalu menyenangkan rasanya melihat KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih akrab disapa Gus Baha menjelaskan sesuatu.

Apalagi ketika duduk bersama dengan Prof. Quraish Shihab sambil menjelaskan soal Ramadan, di konten YouTube Shihab & Shihab yang dipandu Najwa Shihab. Adem, tenang, dan ada lucu-lucunya dikit.

Dalam “diskusi”—saya sebut aja gitu—tersebut, ada beberapa hal menarik yang disampaikan Gus Baha soal bulan puasa Ramadan. Poin-poin yang benar-benar suka tidak terlihat oleh ulama kebanyakan. Salah satunya adalah soal menghormati orang-orang dulu.

“Kalau kita ini belajar kitab dan membacakannya ke masyarakat, (hal ini dilakukan) supaya tahu caranya niatnya orang-orang dulu ketika puasa, atau cara pandang orang dulu tentang puasa,” jelas Gus Baha.

Apa yang dimaksud Gus Baha dari “orang-orang dulu” di situ adalah orang-orang saleh dan berilmu zaman dulu. Gus Baha menyebut beberapa “orang dulu” itu. Beberapa di antaranya KH. Maimun Zubair dan ayahanda Gus Baha sendiri, KH. Nursalim al-Hafizh.

“Di antara ijazah Mbah Maimun Zubair, guru kami, dan ijazah Bapak, kalau ngendikan saya masih ingat… ihdinas sirotol mustaqim sirotol ladzina an amta ‘alaihim. Jadi kita nggak bisa soleh tanpa meniru orang-orang dulu, kita nggak bisa baik tanpa meniru orang-orang dulu,” jelas Gus Baha.

Pada ayat ke-6 dan ke-7 surat Al-Fatihah ini, Gus Baha menafsirkan bahwa Allah berfirman tunjukkan kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat….

“Jadi Allah menghendaki, ‘ini lho ada master-masternya’. Seperti Bapak Quraish (Shihab) punya master Habib Abdul Qodir bil Faqih, kalau saya masternya KH. Maimun Zubair. Nah, setelah baca bagaimana ulama-ulama dulu melihat Ramadan kan kita tahu cara pandang Ramadan secara benar, karena meniru ulama-ulama dulu,” kata Gus Baha.

Beberapa cara pandang “orang-orang dulu” itu barangkali sudah sering kita dengar. Seperti melihat puasa Ramadan sebagai upaya kita menjadi semakin menghormati makanan. Namun tetap saja, di mata Gus Baha, perspektif ini jadi lebih istimewa karena lebih tajam.

“Kita melihat makanan yang biasa kita sepelekan ketika ndak Ramadan, ketika Ramadan (jadi) spesial semua, bahkan air putih pun spesial, sekadar pisang goreng pun spesial,” kata Gus Baha.

Menurut Gus Baha ini menunjukkan bagaimana cara pandang Nabi Muhammad yang sangat menarik. Bahwa manusia itu, sehebat apapun, ternyata kebutuhan paling pokok ya cuma makanan. Nggak ada yang lain.

“Yang ketika buka (puasa) itu seneng sekali meski nggak punya mobil mewah, nggak punya uang banyak. Sekadar ketemu makanan itu seneng sekali. Jadi tahunya menghormati makanan itu tahunya ya setelah itu (masuk Ramadan),” tambah Gus Baha lagi.

Hal ini menunjukkan betapa puasa Ramadan itu bikin orang belajar betapa istimewanya sesuap makanan yang kadang suka diremehkan di bulan-bulan lain.

Iklan

“Lah itu kalau kita nggak baca literatur-literatur ulama-ulama dulu, mungkin kita ndak tahu,” jelas Gus Baha.

BACA JUGA Sowan ke Kang Rukhin dan Kang Musthofa atau tulisan POJOKAN lainnya.

Terakhir diperbarui pada 14 April 2021 oleh

Tags: AllahGus Baha'Maimun Zubairnabi muhammadNajwa Shihabpuasa ramadanQuraish ShihabRamadan
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Sisi gelap kurban (Idul Adha) di desa. Orang miskin nelangsa, tapi orang kaya pesta daging MOJOK.CO
Ragam

Ironi Kurban di Desa: Saling Jegal demi Raup Keuntungan, Orang Miskin Tak Kebagian Daging sementara Orang Mampu Berpesta

6 Juni 2025
Gus Baha dan Pemikiran Cerdasnya tentang Esensi Beragama | Semenjana Eps. 11
Video

Gus Baha dan Pemikiran Cerdasnya tentang Esensi Beragama | Semenjana Eps. 12

28 April 2025
Perang sarung dulu buat seru-seruan kini jadi tindakan kriminal MOJOK.CO
Ragam

Perang Sarung Kini Jadi Tindakan Kriminal, Apa Sih yang Sebenarnya Para Remaja Ini Perlukan?

13 Maret 2025
Puasa Ramadan di Amerika Serikat. MOJOK.CO
Ragam

Mahasiswa Asal Papua Cerita Beratnya Jalani Puasa 16 Jam di Amerika Serikat sebagai Minoritas

1 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Macam-macam POV orang yang kehilangan botol minum (tumbler) kalcer berharga ratusan ribu MOJOK.CO

Macam-macam POV Orang saat Kehilangan Tumbler, Tak Gampang Menerima karena Kalcer Butuh Dana

28 November 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
UGM MBG Mojok.co

Gadjah Mada Intellectual Club Kritisi Program MBG yang Menyedot Anggaran Pendidikan

28 November 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.