MOJOK.CO – Jangan panik dan tetap kalem, kami akan membagikan siasat cerdas menghadapi kekagetan saat lihat seragam satpam baru yang cokelat kayak pulici.
Saya nggak bisa bohong bahwa saat membicarakan soal satpam, saya teringat tokoh Muklis, tokoh komedi rekaan yang muncul di serial Abdel dan Temon Bukan Superstar. Wajahnya yang melas tampak selalu ikhlas walau jadi target utangan Abdel dan Temon yang kalau dihitung jumlahnya sudah bisa buat umrah. Saya sempat mikir juga, apa yang bakal terjadi saat Muklis mengenakan seragam satpam baru yang warnanya cokelat dan mirip polisi itu? Apakah Abdel dan Temon jadi segan minjem duit?
Apa pun itu, yang jelas di dunia nyata, saya menerima banyak sekali testimoni netizen yang kegocek seragam satpam baru. Ada yang langsung deg-degan, ada yang merasa lebih aman. Jika Anda adalah salah satu masyarakat yang kegocek, mari kita urai siasat menghadapinya satu demi satu.
#1 Introspeksi dulu, jangan-jangan Anda penjahat
Ketakutan yang timbul karena mengira satpam berseragam cokelat adalah polisi timbul dari hati kecil Anda sendiri. Coba tengok lagi apa yang Anda perbuat belakangan, apakah Anda habis nyolong mangga, nyolong duit rakyat, atau habis bikin mural. Kalau sudah seperti ini kan jawabannya jelas, berarti Anda kaget karena Anda mengira diri Anda penjahat. Lho ya nggak mungkin menyalahkan polisi dan bilang mereka yang jahat sehingga sering bikin takut. Nggak mungkin itu. Polisi kan menentramkan.
Intinya, bertobatlah jika Anda jahat. Jika tidak, setiap melihat seragam satpam yang warnanya cokelat itu, Anda jadi sport jantung.
#2 Lengkapi surat-surat berkendara
Beberapa satpam yang sudah mengenakan seragam cokelat juga bertugas menertibkan parkir. Sesekali ia melipir ke tengah jalan buat melambaikan tangan. Nggak jarang kehadiran satpam di pinggir jalan bikin sebagian pengendara panas dingin.
Kalem, saya tahu betul perasaan itu, jantung kayak mencelus mau copot. Sebab, kita tahu terkadang ada saja yang salah dari kita dalam berkendara. Kalau surat-surat Anda nggak lengkap, segera lengkapi, setidaknya ini bisa mengurangi deg-degan walau Anda tetap waswas sesekali.
Jika surat-surat sudah lengkap, tapi Anda tetap deg-degan dengan berat hati saya katakan bahwa Anda mungkin punya pengalaman traumatis dengan tilang-tilangan polisi. Iya, saya juga, pernah dicegat dan dimarahi saat saya masih SMA. Dimintai SIM, STNK, sambil dikatain bodoh karena melanggar lampu merah yang baru satu detik menyala. Y saya agak ngebut sih. Ujung-ujungnya, saya yang masih SMA dan bokek itu dimintai uang sebesar Rp50 ribu karena saya nggak pengin sidang. Bukan masalah uangnya, tapi kagetnya itu lho, Bung.
Nah, oleh karena makin banyak pasukan yang pakai seragam cokelat dan bisa memicu trauma, dari sekarang lengkapilah surat-surat Anda. nggak usah pasang knalpot brong dan kenakanlah helm walau Anda “akamsi”.
#3 Anggap saja buat hiburan baru satpam ngeprank masyarakat
Seragam satpam yang baru adalah amunisi yang cukup buat ngeprank warga. Saya tahu, banyak polemik yang muncul dari seragam ini. Mulai dari tataran receh sampai yang serius. Tapi, ketahuilah bahwa beberapa satpam menikmatinya. Kapan lagi bisa ngeprank warga.
Seragam putih biru yang punya kesan baik, jernih, mengayomi itu tiba-tiba berubah jadi seragam cokelat yang punya kesan… anu… sangar.
Nah, dari sinilah warga bisa kegocek dan tiba-tiba kaget ketika lihat kompleks kok sekarang dijaga pulici. Eh, ternyata itu satpam. Kesannya kan satpam jadi makin sangar, ya nggak mungkin kesannya jadi arogan dan kasar, mana ada!
Sudahlah, kita sebagai warga memang diminta narimo ing pandum. Nggak usah protes sama warna seragam baru satpam. Bikin mural nanti diciuk, ngasih kritik juga terhempas UU ITE. Yang bisa kita lakukan ya menerima sambil toxic positivity, berharap kalau seragam satpam yang baru ini bisa mengesankan bahwa polisi itu dekat dengan masyarakat karena bajunya sama kayak satpam. Bukan sebaliknya, satpam yang jadi berjarak. Hadeh, jangan sampai. Kita semua cinta Muklis dan profesinya.
BACA JUGA Sejak Seragam Satpam Baru Berwarna Cokelat, Dunia Serasa Milik Polisi dan artikel AJENG RIZKA lainnya.