MOJOK.CO – Jika hubungan percintaan kalian hanya menyisakan lara dan blas nggak ada bahagia-bahagianya. Coba ditelaah pelan-pelan, apakah hubungan kalian termasuk toxic relationship?
Tidak dapat dimungkiri dalam menjalin hubungan romantis berbentuk pacaran, prosesnya tidak akan selalu berjalan baik-baik saja Pasalnya, hubungan ini menyatukan dua kepribadian yang berbeda supaya dapat berjalan beriringan. Tentu hal ini tidak mudah. Apalagi proses kehidupan seseorang tidak akan pernah terhenti. Selama apa pun kita bersama dengan pasangan, kita akan terus belajar untuk mengenalinya, sebab: kita terus berkembang, begitu juga dengan dia.
Meski proses yang dialami tidak selalu berjalan lancar, kita memutuskan berpasangan karena kita ingin kebutuhan afeksi kita terpenuhi jika bersamanya. Atau lebih mudahnya, kita dapat merasakan kenyamanan, keamanan, dan kasih sayang ketika bersama. Bahkan lebih jauh lagi…
…dia berhasil menjadi partner yang mendukung hidup kita naik level menjadi lebih baik!
Tetapi, bagaimana jika hubungan yang kita harapkan dapat memenuhi kebutuhan afeksi tersebut, justru membuat kita sangat tidak nyaman atau bahkan… TIDAK AMAN? Lebih lanjut, hidupmu bukannya menjadi lebih baik karena dukungannya, namun kamu malah merasa lelah ketika menghadapi partner-mu sendiri.
Perasaan tidak nyaman ketika bersamanya muncul dalam keadaan yang berbeda-beda. Misalnya,
- Dia mulai mengekang kebebasanmu. Dia ingin kamu selalu ada untuknya, kapan pun itu. Dia akan menyusun banyak rencana dan beribu kisah nelangsa, supaya kamu terus memberikan simpati padanya dan tak tega melepasnya begitu saja.
- Dia tidak pernah mau menjadi pihak yang dipersalahkan. Bahkan ketika dia sudah jelas-jelas bersalah. Dengan kemampuan ‘manipulatifnya’ yang aduhai, dia justru bisa membaliknya: menjadikan kamu sebagai pihak yang merasa bersalah dan bertanggung jawab untuk meminta maaf.
- Terlalu sering ada ancaman bunuh diri setiap kali kalian bertengkar, berbeda pendapat, ataupun ketika kamu memutuskan ingin pergi darinya. Ancaman semacam ini, membuatmu tidak sanggup untuk melakukan apa-apa selain berusaha meredam emosinya dan menuruti keinginannya.
- Keadaan yang lebih parah lagi, dia tega melakukan kekerasan verbal hingga fisik kepadamu, setiap kali dia sedang marah padamu ataupun sebetulnya kepada orang lain. Kamu terlalu sering dijadikan sasaran empuk untuknya mengeluarkan segala sumpah serapah.
Jika salah satu contoh di atas terjadi dalam hubungan kalian, itu artinya hubunganmu sudah tidak lagi sehat, Sayang.
Orang yang hidup dalam hubungan yang tidak sehat atau istilah lainnya toxic relationship, biasanya tidak sadar bahwa mereka dalam hubungan yang berbahaya. Tidak mengherankan jika kemudian, banyak orang di luar yang menganggap para korbannya: bodoh!
Namun, tidak sedikit pula yang menyadari bahwa hubungan tersebut memang tidak baik untuk dilanjutkan. Sayangnya, kita tidak menemukan cara untuk dapat keluar dari cengkraman si toxic relationship ini. Apalagi ada perasaan, “Bagaimana bisa aku pergi begitu saja, dengan segala proses yang pernah kami jalani bersama?”
Lantas, apakah ini adalah sesuatu yang wajar? Mencintai seseorang yang justru paling sering membuat kita menangis diam-diam?
Sayang, sungguh. Itu bukanlah hal yang wajar. Kamu berhak mencintai dengan bahagia, bukan dengan rasa sakit karena tingkahnya yang—seakan—berhak atas kamu. Ingat, kalian adalah partner. Itu artinya kalian setara dan tidak seharusnya ada yang mendominasi dan menguasai.
Ah, kamu sok tahu. Tahu apa kamu tentang hubungan kami. Kamu kan cuma tahu dari luar saja!11!!!
Ya, ya, ya, pemikiran semacam inilah yang sering kali membuat toxic relationship seperti lingkaran setan. Berputar-putar, tanpa menemukan jalan keluar.
Pertama, kamu menganggap lika-liku hubungan dengan pasangan adalah masalah pribadi kalian. Kamu merasa, orang lain tidak perlu untuk mengetahuinya. Ini adalah aib. Setiap kali ada seseorang yang berusaha menyentil tentang hubungan tersebut, kamu berusaha keras menunjukkan hubungan kalian baik-baik saja bahkan meminta orang lain untuk memaklumi kondisi pasanganmu itu.
Maka tidak mengherankan jika kamu terjebak, sebab terus menerus denial mengenai hubungan yang tidak sehat tersebut. Bahkan menjadi semakin sulit, karena orang luar ‘seakan’ tidak punya hak apa pun untuk ikut campur perihal masalah pribadi hubungan kalian.
Kedua, kamu terus menganggap bahwa dia pasti akan berubah, meski dia telah menyakitimu berkali-kali. Kamu pun merasa punya tanggung jawab untuk mendampingi dia menjadi pribadi yang lebih baik. Misal kamu berpikir, “Aku akan terus mendampingi dia, setidaknya sampai dia lulus kuliah.”
Sayang, tahukah kamu? Bahwa kamu tidak punya tanggung jawab apa pun tentang dia. Hubungan yang tidak membuatmu merasa aman dan nyaman, akan terus seperti itu. Percayalah, dia tidak akan berubah. Dia akan tetap dengan dirinya, yang merasa berkuasa atas kamu.
Ketiga, kamu memahami bahwa hubungan ini sudah tidak sehat lagi. Namun, melepaskan begitu saja hubungan yang telah dibangun dengan susah payah? Oh-oh, tentu saja kamu tidak rela. Kamu merasa sangat eman-eman dengan hubungan kalian, dengan segala proses yang telah kalian jalani bersama. Kamu tidak pernah berpikiran dapat mengakhirinya, apalagi untuk memulainya lagi—dengan orang lainnya.
Begini, Sayang. Ada beberapa hal yang perlu sama-sama kita ingat kembali.
Jangan pernah lupakan bahwa kamu juga masih punya harga diri. Jangan sampai, kamu kehilangan harga dirimu dalam hubungan tersebut. Kehilangan harga diri, hanya akan membuatmu terjebak dalam hubungan yang terus menerus menyakitkan—tanpa sanggup melakukan apa-apa. Lantas membuatnya tertawa-tawa karena merasa berkuasa atas kamu.
Selanjutnya, berhati-hatilah dengan pasanganmu yang terlalu sering drama, sok playing victim untuk memperdaya dan mencari simpatimu. Jangan terlalu mudah terpedaya dengan kelemahan yang dia buat-buat. Itu hanya untuk membuatmu stay dan tidak pergi meninggalkannya.
Apalagi, jika dalam hubungan tersebut, dia sering mengancammu untuk menyakiti dirinya sendiri. Keinginannya untuk bunuh diri terlalu sering kamu dengar. Sudahlah, itu artinya kamu memang tidak perlu lagi untuk bertahan. Dia lagi-lagi hanya sedang mencari simpatimu. Lagian, bagaimana bisa dia akan menjagamu, jika dengan dirinya sendiri saja, dia tidak mampu untuk menjaganya.
Selain itu, ketika dia—terlalu sering—melakukan hal yang tidak menyenangkan padamu, jangan mudah tertipu ketika dia meminta maaf dan berjanji akan berubah. Cukupkanlah dirimu menjadi manusia yang tidak pernah berprasangka dan menganggap semua orang baik adanya. Jangan mudah untuk memaafkannya.
Percayalah, tidak sulit baginya merasa ketagihan dengan simpati yang kamu berikan, sehingga kejadian semacam itu akan terus berulang. Lantas, kamu justru masih tak juga tega untuk meninggalkannya dan berharap dia akan berubah suatu saat nanti?!
Sayang, nggak ada yang betul-betul dapat berubah jika itu telah menjadi karakter. Mengenai karakternya itu, kamu tidak punya tanggung jawab apa pun untuk mengubahnya. Jadi, putusin aja. Lalu mulai hidupmu yang baru. Hijrahlah dan ikutan Indonesia Tanpa Pacaran. Murah kok biaya pendaftarannya~