MOJOK.CO – Menurut keterangan kepolisian, tekanan pekerjaan jadi alasan Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie mengonsumsi narkoba. Tekanan? Hah?
Diciduknya Nia Ramadhani bersama Ardi Bakrie jadi bahan ghibah paling anget beberapa waktu ini. Ketika bahan ghibah itu masih ramai disebarkan dari satu grup WhatsApp satu ke grup WhatsApp yang lain, tiba-tiba muncul informasi baru dari Kabid Humas Polda Jaya.
“Dia (Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie) menggunakan (narkoba), apalagi mereka suami istri. Tekanan pekerjaan, kemudian juga dengan tekanan kerja yang banyak, itu alasan-alasan klasik,” kata Kombes Yusri Yunus ketika memberi keterangan.
Tekanan pekerjaan ini tentu ada kaitannya dengan pandemi Covid-19 yang menghantam Indonesia. Meski tak disebutkan tekanan pekerjaan semacam apa yang diderita oleh Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie, namun alasan itu segera jadi bulan-bulanan netizen Indonesia yang bermoral tinggi.
Maklum, selama ini Nia Ramadhani dianggap bak tuan putri yang hidup di kerajaan bisnis keluarga besar Bakrie. Semua hal bisa didapatkannya. Cerita-cerita sola ketidakmampuan mengupas salak—misalnya, hanya menjadi garis penegas seberapa kaya keluarga Ardi Bakrie.
Banyak yang mencibir tekanan hidup Nia Ramadhani tak seberapa, padahal sebagai seorang entertaint, Nia sudah merasakan banyak bulian di media sosial. Selain soal kasus kupas salak, Nia pernah dirundung habis-habisan usai menjadi pembawa acara bareng Raffi Ahmad.
Kegagalannya berinteraksi dengan baik, kegagapannya seperti tampil tanpa briefing, sampai sentilan-sentilan sembarangannya membuat netizen saat itu punya bahan untuk membuli istri Ardi Bakrie ini. Bahkan kabarnya Nia Ramandhani sempat menangis mendapati dirinya dibuli habis-habisan.
Tekanan-tekanan pekerjaan seperti itu, tentu tidak bisa dipahami oleh orang-orang miskin yang harus menghadapi pandemi Covid-19 tanpa cuan. Jangankan tekanan pekerjaan, ada banyak orang yang harus di-PHK karena pandemi, sehingga mereka tidak merasakan tekanan pekerjaan sama sekali. Yang dirasakan mungkin tekanan mencari pekerjaan.
Itulah kenapa kesulitan hidup seorang Nia Ramadhani tak bakal bisa dimengerti oleh orang-orang miskin.
Belum dengan tekanan Ardi Bakrie yang harus menghidupi orang banyak. Nia Ramadhani saja misalnya, dia punya 6 pembantu yang khusus mengurusi hidupnya. Kesulitan ekonomi di masa pandemi ini tentu membuat Nia tertekan karena harus tetap menggaji “karyawan-karyawan”-nya itu. Hal-hal semacam ini mana mungkin bisa dimengerti oleh orang-orang miskin kayak kamu.
Orang miskin kan enak, kalau susah makan ya cuma keluarganya sendiri yang merasakan, bukan orang lain. Mereka tidak punya tanggungan harus menggaji orang lain. Kalau nggak bisa makan ya ngutang. Kalau nggak bisa ngutang ya main kripto. Simpel, nggak ribet.
Lagian kalau orang miskin merasa tertekan dalam hidupnya, semua masalah akan selesai dengan nongkrong waktu jaga pos ronda. Ngobrol ngalor-ngidul bersama tetangga. Bikin tabligh ghibah bersama tukang sayur keliling desa-desa.
Bahkan konon, jargon 4 sehat 5 sempurnanya orang miskin itu beda. Nomor 5-nya bukan susu seperti punya orang-orang kaya, tapi ghibah. Mengenyangkan sih nggak, tapi menyenangkan.
Selain itu, orang miskin juga tak bakal merasakan kesulitan-kesulitan seperti Nia Ramadhani, yang terkesan sampai bingung ngabisin duit buat apa. Orang miskin mah malah bingung mau ngabisin duitnya siapa. Orang nggak pegang duit.
Itulah kenapa orang miskin kalau sampai terkena kasus narkoba seperti Nia Ramadhani itu bakal lebih parah mendapat perlakuan dari aparat. Beda sekali dengan orang-orang kaya yang bakal “dilindungi” untuk tidak kenapa-kenapa.
Ya iyalah, orang miskin kalau sampai narkoba itu nggak tahu diri. Makan aja susah kok malah jadi pemadat.
Nggak berlaku itu alasan tekanan pekerjaan, lah wong nggak punya kerjaan. Itu bedanya dengan orang-orang kaya kalau terkena kasus narkoba. Mereka terjerumus beli narkoba kan ya rada masuk akal. Lah gimana, punya duit kok? Bingung mau ngabisin buat apa kok? Ya kalau larinya ke narkoba itu bukan karena pengen aja, tapi ya karena ada duitnya.
Menjadi orang miskin jelas lebih enak. Opsi untuk beli narkoba sudah tertutup sejak dari kedalaman kocek. Mau beli pakai apa? Kerjaan aja serabutan, kadang ada kadang nggak, kok mau beli narkoba.
Nggak bakal bisa orang miskin mengerti tekanan hidup yang dialami Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie sampai lari ke narkoba. Kehidupan mereka berdua itu berat, kalian yang kalau stres cuma bisa nyandu seblak nggak bakal kuat. Nggak bakal mengerti.
Itulah kenapa dalam semesta orang miskin ada kredo yang dipercaya seperti ini, kredo yang ada kaitannya dengan ilmu fisika:
Tekanan berbanding lurus dengan gaya. Kalau kamu merasa hidup ini banyak tekanan, berarti selama ini hidupmu banyak gaya.
Itu.
BACA JUGA Nia Ramadhani Hidupnya Enak, tapi Apa Seenak Itu? dan tulisan rubrik POJOKAN lainnya.