Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Tak Perlu Menghukum Diri Karena Dia Memilih Pergi

Audian Laili oleh Audian Laili
31 Oktober 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Selepas dia pergi, kamu tidak sendiri, dan tak perlu menghukum diri.

Mungkin kita merasa tak masuk akal, ketika melihat banyak pemberitaan di media yang mengungkapkan seseorang memutuskan bunuh diri karena sebuah masalah yang dianggap sepele. Namun, masalah yang dianggap sepele itu, bisa jadi bukan hal sepele bagi orang lain. Masalah putus cinta, misalnya.

Dalam salah satu fase kehidupan kita, kita pasti pernah berada dalam keadaan yang sangat mempercayai seseorang. Menjadikannya sebagai sandaran dalam hidup. Pun tidak ingin melewatkan dia dari momen-momen penting kehidupan kita. Rasanya, menjadikannya sebagai prioritas dalam setiap pilihan adalah sesuatu yang tak perlu lagi dipertanyakan.

Namun, kehidupan memang tidak pernah dapat kita tebak. Banyak perkara yang terjadi tanpa pernah memberikan peringatan sebelumnya. Prioritas yang kita berikan pada seseorang, ternyata tidak bersambut dengan baik untuk selamanya.

Dia memutuskan untuk pergi dari kehidupan kita. Mencukupkan kata ‘kita’ yang sebelumnya terasa sangat membanggakan jika diceritakan pada orang lain. Kata ‘kita’ yang telah menjadikan kita tidak lagi merasa sendiri. Namun ternyata, itu perlu dihentikan di saat kita tidak mempersiapkan apa-apa.

Hilang kendali dan merasa tidak lagi punya pegangan, mungkin terjadi. Kita tak tahu akan bersandar pada siapa. Menyadari bahwa selama ini telah bertumpu berlebih padanya. Kita merasa tidak tahu lagi apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Semua rencana-rencana untuk dapat hidup bersama suatu hari nanti, sirna sudah. Bahkan ada keinginan—meski sekelebat—untuk mengakhiri hidup saja.

Sayang, patah hati hanya sekelumit fase dari kehidupan kita yang masih panjang. Jangan begitu saja kita cukupkan perjuangan. Menjadikan dia adalah segalanya merupakan sesuatu yang berlebihan. Masih banyak ‘dia’ lainnya yang selama ini ada untuk kita. Namun kita abaikan begitu saja. Masih banyak kegiatan yang mengharapkan kita menjadi salah satu bagiannya. Masih banyak yang membutuhkan kita. Tidak kah kita menyadari itu?

Kita memang masih tak juga habis pikir, bagaimana bisa sebuah kedekatan itu dapat memisah begitu saja. Lalu bertanya-tanya, apakah banyak dari kepribadian kita yang ia tak suka? Apakah ia sebenarnya tak suka jika kita sering mengingatkannya tentang berbagai hal? Apakah ia risih karena kita terlalu sering bercerita banyak hal padanya? Apakah memang sudah sejak lama dia tidak suka, namun mencoba bertahan sampai ada momen yang tepat untuk memilih berpisah saja? Terus menerus bertanya, apa yang sebenarnya salah dalam hubungan itu sehingga harus berpisah semudah itu?

Sayang, yang perlu kita tahu, sebanyak apapun alasan untuk bertahan, selalu ada alasan seseorang untuk pergi dari kehidupan kita. Kepergiannya itu tidak hanya selalu tentang kita. Bisa jadi, mungkin dia memang tidak dapat berkomitmen dengan baik, dia tidak siap untuk menjalani hubungan yang lebih serius, dia sudah tidak sayang lagi pada kita karena ada orang yang lebih menarik baginya, atau bisa jadi dia memiliki fokus aktivitas yang lain di saat yang sama.

Pertama, yang perlu kita yakini, bahwa alasan dia untuk pergi tidak ada hubungannya dengan kita. Kita tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga hanya untuk menghukum diri sendiri dengan asumsi-asumsi negatif tentang diri kita sendiri. Kepergiannya adalah pilihannya.

Seharusnya, itu tidak menjadi alasan yang membuat kita menghukum diri sendiri. Bahkan merasa kita yang harus bertanggung jawab atas semua ini. Tidak sayang, kita terlalu berharga jika terus menerus seperti itu. Justru terus menyalahkan diri sendiri hanya akan menjadikan kita sulit untuk memindah perasaan meski sudah lama berpisah. Kita sudah berjuang sejauh ini, jika memang dia tidak ingin berjuang seperti kita, itu artinya tidak ada lagi gunanya kita berusaha mempertahankannya.

Kedua, memang banyak kisah bahagia yang kalian lewati bersama. Tentang bagaimana kencan pertama kali yang menyimpan degup dada tidak beraturan. Tentang cara dia menyemangati hari-hari sulit kita. Tentang dirinya yang sederhana namun membuat kita merasa sangat berharga.

Namun, kita tak dapat terus menerus mengingat hal-hal indah yang hanya akan membuat kita menyesal telah berpisah. Kita juga harus ingat, bahwa ada perlakuannya yang menyakitkan dan kenangan tentangnya yang memang perlu ditinggalkan.

Ketiga, yang perlu kita pahami, bahwa kegagalan dalam sebuah hubungan adalah sesuatu yang wajar terjadi. Kita memang sering belajar untuk sebuah perkenalan, namun kita sering lupa belajar untuk sebuah perpisahan. Tidak apa, kita hanya perlu meyakinkan diri sendiri saja. Bahwa akan ada bagian kehidupan yang dapat kita pelajari dari sebuah kegagalan.

Iklan

Nyatanya kehidupan ini tidak menyimpan tombol pause. Seberat apa pun rasanya, tidak ada pilihan lainnya, selain melanjutkan. Terkadang kita memang butuh diberikan lupa yang terlalu mudah. Supaya sesakit-sakit dan seberat-beratnya yang terjadi pada hari ini, akan kita hadapi lebih ringan ketika terbangun esok hari.

Kita hanya perlu memberikan keyakinan pada diri sendiri. Bahwa semua yang terasa berat, akan ringan dengan waktu yang ada. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah mencintai diri kita sendiri. Meyakinkan bahwa kita kuat menghadapinya.

Kenangan yang telah terjadi diantara kalian tidak dapat dihapus begitu saja. Percayalah, ia akan terlupa sedikit demi sedikit, anpa perlu diusahakan dengan mati-matian.

Sayang, bersedihlah untuk luapkan amarah. Namun tolong, jangan terlalu lama.

Terakhir diperbarui pada 23 Februari 2019 oleh

Tags: berpisahmenghukum diriMove OnPutus Cinta
Audian Laili

Audian Laili

Redaktur Terminal Mojok.

Artikel Terkait

Kapankah Saat yang Tepat untuk Putus Cinta? | Semenjana Eps. 6
Video

Kapankah Saat yang Tepat untuk Putus Cinta? | Semenjana Eps. 6

3 Maret 2025
Mereka yang Disuruh Putus Orang Tua Pacar karena Bukan Mahasiswa: Sakit, tapi Tak Perlu Repot-repot Kasih Pembuktian MOJOK.CO lebaran
Liputan

Cerita Pilu 2 Pria yang Hubungannya Kandas Menjelang Lebaran, Ada yang Bawa-bawa Agama dan Dianggap Tak Punya Masa Depan!

9 April 2024
Refleksi Akhir Tahun: Kisah-kisah Move On Karena Cinta yang Kandas MOJOK.CO
Ragam

Refleksi Akhir Tahun: Kisah-kisah Move On dari Cinta yang Kandas

26 Desember 2023
Hari Kesehatan Mental Sedunia yang Sepi MOJOK.CO
Esai

Hari Kesehatan Mental Sedunia yang Sepi

11 Oktober 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
Teknisi dealer Yamaha asal Sumatera Utara, Robet B Simanullang ukir prestasi di ajang dunia WTGP 2025 MOJOK.CO

Cerita Robet: Teknisi Yamaha Indonesia Ukir Prestasi di Ajang Dunia usai Adu Skill vs Teknisi Berbagai Negara

16 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.