MOJOK.CO – Bacaan sholat jadi salah satu doa yang underrated dipelajari justru karena dipikir semua orang (Islam) sudah sewajarnya hafal.
“Menaikkan taraf gengsi itu gampang, yang sulit itu menurunkannya,” kata Agus Mulyadi, host Mojok Mentok itu, ke saya suatu kali.
Ya, tembok bernama gengsi itu memang tembok paling berat bagi seluruh umat manusia di planet ini. Terutama kalau gengsi itu berpengaruh besar terhadap reputasi seseorang di mata teman-temannya. Sulit banget itu, sulit untuk diturunkan.
Semisal gini, kamu tak akan malu banget kalau tidak bisa rumus Aljabar atau rumus molekul kimia, tak sungkan bertanya mengenai bahasa Inggris. Karena ya wajar kalau nggak bisa itu. Wajar banget.
Akan tetapi ketika kamu tanya mengenai apa dan bagaimana bacaan sholat padahal kamu seorang muslim sejak kecil, maka dalam bayanganmu, kamu berpikir temanmu bisa saja balik bertanya… “Ke mana aja ente selama ini?”
Lalu kita akan merasa inferior dengan bayangan respons seperti itu. Dalam kepala kita lantas muncul penyesalan: Lah gimana? Ini kan bacaan rutin 17 kali sehari dalam 5 waktu sholat? Kok bisa saya yang sendiri nggak hafal?
Hm, saya mengerti kegelisahan itu. Tetap tenang, kamu tidak sendirian kok. Kamu tak perlu merasa se-“istimewa” itu.
Bayangan respons pertanyaan balik ketika ada orang yang bertanya soal bacaan sholat itu sebenarnya jadi momok yang harus diruntuhkan. Sebab, hal begitu justru jadi tembok gengsi yang semakin menyulitkan orang kalau mau belajar bacaan sholat yang baik dan benar.
Nah, ketakutan itulah yang kemudian membebani bagi orang-orang yang sudah jadi muslim bertahun-tahun tapi tetep belum lancar semua bacaan sholat. Terutama untuk bacaan kayak doa Iftitah, doa rukuk, doa habis rukuk, doa sujud, dan doa duduk habis sujud. Bacaan-bacaan yang sebenarnya bukan termasuk rukun sholat (rukunnya dalam posisi tadi itu cuma disuruh tuma’ninah aja sebenarnya).
Padahal, percaya deh sama saya, kalau kamu minta diajarin betul-betul soal keseluruhan bacaan sholat ke orang yang ngerti agama, reaksi pertama dari yang ditanya bukanlah sikap meremehkan, tapi justru apresiasi tinggi.
Saya sendiri merasakan itu ketika waktu udah SMP, udah sunat, udah akil-balig masih tanya hal dasar begitu. Saya dibesarkan hatinya, dan diberi penghormatan karena mau mengakui ketidakmampuan saya.
Jika saya yang SMP saja dibegitukan, apalagi mereka yang lebih dewasa datang dengan ke-humble-annya?
Lebih-lebih mereka yang tidak sekolah di pesantren atau tidak pernah mengecap pendidikan agama Islam dari kecil. Ya wajar sih kalau mereka nggak hafal-hafal banget. Yang nggak wajar itu adalah sudah tahu nggak hafal, tapi malah bersembunyi dengan ketakutannya.
Memang senyaman apa sih hidup penuh dengan ketakutan begitu? Ketakutan kalau tahu-tahu dites bacaan sholat oleh calon mertua misalnya. Kan serem.
Lebih daripada itu, saya sebenarnya memang sudah merasa curiga ada banyak muslim di Indonesia yang belum lancar bacaan sholat karena suatu hal.
Yakni, ketika saya baru menyadari ketika cek lewat aplikasi yang bisa mendeteksi apa yang paling banyak dicari orang Indonesia. Ternyata “bacaan sholat” merupakan kata kunci paling kerap diketik di mesin pencari.
Jumlah volume pencariannya buanyak banget. Ada sampai 200 ribuan per pekan. Btw, angka 20 ribuan per pekan saja sudah tinggi sekali lho. Ini sampai 10 kali lipatnya.
Dari data mesin pencari itu setidaknya sudah bisa menjadi salah satu indikasi, bahwa meski Indonesia ini jumlah umat Islamnya terbanyak dunia, yang nggak hafal bacaan sholat itu ternyata cukup banyak juga.
Dan dari hal tersebut, saya makin yakin bahwa ini bisa terjadi karena banyak umat muslim di Indonesia yang masih malu bertanya dan belajar soal bacaan sholat secara keseluruhan. Dipikir itu bisa meruntuhkan harga dirinya, padahal—bagi saya—itu justru menaikkan kualitas seseorang sebagai manusia.
Setidaknya kualitas bahwa; ternyata ada lho orang yang mau menunjukkan kerendahan hati sampai mau mengakui dengan lapang dada bahwa ia tak hafal bacaan sholat.
Jadi, buat kamu yang belum hafal… tenang, kamu tak sendirian. Temanmu ada banyak kok. Jangan khawatir. Cuma orang-orang di sekelilingmu itu tak mau ngaku. Itu aja bedanya.
BACA JUGA Ngapain Salat Kalau Akhirnya Masuk Neraka? dan ESAI lainnya.