Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Status Tersangka Habib Bahar bin Smith dan Kenapa Memilih Ulama itu Soal Selera?

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
7 Desember 2018
A A
Habib Bahar MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Habib Bahar bin Smith ditetapkan sebagai tersangka atas kasus ujaran kebencian. Bagaimana sih sosok penceramah yang keras ini bisa tetap disukai oleh jamaahnya?

Setiap orang punya selera untuk memilih ulama yang mau didengar dan diacu dalam kehidupan sehari-hari. Pilihan ini kadang-kadang disesuaikan dengan bagaimana orang itu lahir dan besar dalam lingkungan yang seperti apa, sampai pada pendidikan macam apa yang ia terima sepanjang hidupnya.

Jika bicara kiai, maka ada orang yang lebih memilih petuah-petuah KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) atau almarhum KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) misalnya. Atau untuk kategori “Kiai Kampung” beberapa orang suka mendengar KH. Anwar Zahid atau Gus Muwafiq yang sering melekatkan guyonan di sela-sela ceramahnya.

Meski begitu, ada juga yang suka mendengarkan ceramah Teuku Zulkarnain atau bahkan Alfian Tanjung. Beberapa ada yang lebih memilih menyukai Ustaz Abdul Somad, Ustaz Khalid Basalamah, atau Ustaz Adi Hidayat. Beberapa yang lain mendengarkan Ustaz Felix Siauw.

Jika bicara soal habaib, beberapa orang juga suka mendengar ceramah beberapa Habib. Seperti Habib Muhammad Lutfi bin Yahya, almarhum Habib Anies bin Alwi al-Habsyi, Habib Rizieq Shihab, atau bahkan yang paling muda dan sedang banyak dibicarakan belakangan ini; Habib Bahar bin Smith.

Nama yang terakhir ini begitu fenomenal karena baru saja mendapat status tersangka dari Kepolisian. Habib Bahar diduga melakukan pelanggaran soal ujaran kebencian mengenai ras dan etnis serta pelanggaran ITE.

Habib Bahar dilaporkan karena diduga menghina Presiden Jokowi dengan kata-kata “banci”. Selain itu, Habib Bahar juga diduga menumbuhkan kebencian terhadap etnis Cina. Apalagi uraian itu disebutkan dalam ceramah di depan jamaah yang baru diketahui kemudian terjadi dua tahun silam di Palembang.

Menurut kuasa hukumnya, Habib Bahar merupakan korban diskriminasi dari institusi Kepolisian. “Secara lugas kami kuasa hukum menyatakan bahwa justru klien kami adalah korban perlakuan diskriminasi dari rezim yang sedang menguasai dan membajak negara,” kata Aziz Yanuar, Kuasa Hukum Habib Bahar, dilansir dari CNN.

Sebelumnya, ketika Reuni 212 berlangsung, Habib Bahar juga sudah menyampaikan untuk tidak akan meminta maaf kepada Jokowi soal penghinaan tersebut. Menurutnya, dia lebih rela masuk penjara ketimbang harus meminta maaf kepada pihak yang telah menyengsarakan rakyat. Yang tentu saja tudingan itu mengarah ke Jokowi.

Perlu diketahui sebelumnya, Habib Bahar sebenarnya sudah sering berurusan dengan pihak Kepolisian. Tahun 2012 misalnya, Habib Bahar pernah ditangkap ketika konvoi aksi sweeping sampai melakukan pengerusakan Café De Most di Jakarta Selatan, lalu melakukan penyerangan ke jamaah Ahmadiyah di Kebayoran Lama pada 2010, sampai yang terakhir ujaran kebencian kepada Jokowi yang sedang diproses Polisi kali ini.

Kalau kita cermati dan melihat ceramah Habib Bahar lewat video-video yang tersebar, memang penyampaian beliau terhadap materi-materi ceramah sangat keras. Bahkan berjam-jam, pemuda berusia 33 tahun ini kuat untuk terus berteriak di hadapan jamaahnya. Kekuatan yang menunjukkan jiwa mudanya begitu besar dan meluap-luap.

Dalam sudut pandang tertentu, Habib Bahar begitu mirip dengan gaya ceramah Habib Rizieq soal ketahanan untuk mengelola emosi jamaahnya. Bahkan boleh dibilang ceramah Habib Bahar, jauh lebih keras ketimbang Habib Rizieq.

Bahkan dalam salah satu ceramahnya, Habib Bahar pernah sempat meminta jamaah di hadapannya untuk membakar hidup-hidup siapa pun orang yang mengenakan logo PKI—alih-alih melaporkannya ke Kepolisian.

Terlepas dari hal itu, agak mengherankan sebenarnya ketika mubalig yang punya cukup banyak jamaah yang militan ini tetap digemari. Satu-satu hal yang masuk akal, ya karena setiap jamaah punya representasi ulama yang diikuti sesuai dengan latar belakang kehidupannya masing-masing.

Iklan

Bagi jamaah yang merasa kehidupannya belakangan ini begitu sulit, merasa bahwa kehidupan beragamanya diganggu, lalu menganggap beribadah dipersulit oleh pihak-pihak yang berkuasa. Besar kemungkinan ia akan mengikuti ulama-ulama yang sangat vokal anti-pemerintah.

Hal ini bisa saja dilihat dalam narasi-narasi ceramah Habib Bahar. Persoalan yang dibahas memang (hampir kebanyakan) soal umat Islam yang berada pada posisi korban. Islam dinarasikan sebagai pihak yang lemah di hadapan Pemerintah, maka dari itu perlu untuk melawan biar tidak dibinasakan.

Dari narasi “playing victim” itu lalu muncul naluri-naluri survival. Dan yang namanya naluri bertahan hidup, akan sangat wajar jika langkah-langkah yang dilakukan sering tidak masuk akal sampai menyerempet batas-batas kemanusiaan. Lha gimana? Narasi yang dibangun adalah bertahan hidup ala kalian atau kami, golongan suci atau golongan sesat, sampai pada tataran membunuh atau dibunuh je.

Bagi jamaah yang merasa kehidupan selama ini baik-baik saja, adem ayem, tenteram, dan damai. Tentu akan terheran-heran dengan materi-materi (dan cara penyampaian) dakwah Habib Bahar. Lugas, keras, bahkan sangat kasar.

Berbeda dengan jamaah yang melihat kondisi umat Islam di Indonesia baik-baik saja, jamaah yang mengikuti Habib Bahar melihat bahwa Indonesia dan umat Islam di dalamnya sedang dalam kondisi sakit. Oleh karena itu, mereka merasa perlu untuk menuntut “perbaikan” itu dari pihak orang lain. Menimpakan kesalahan itu ke pihak-pihak lain.

Apakah pilihan itu salah? Hm, tidak sepenuhnya juga.

Sebab itulah yang dinamakan selera. Selera untuk memilih ulama yang sesuai dengan kebutuhan jamaah masing-masing. Bisa jadi ada latar belakang kehidupan si jamaah membuatnya percaya bahwa langkah damai dan meneduhkan tidak bisa menyelesaikan segala macam persoalan.

Apalagi dengan masih banyak orang-orang yang pro dengan Habib Bahar, hal itu menunjukkan bahwa memang ada jamaah yang suka dengan ceramah yang keras tanpa pandang bulu. Dan representasi itu mereka temukan pada sosok Habib Bahar. Dan oleh karena itu mereka mengikutinya.

Sedangkan jamaah yang suka dengan ceramah adem, berhaha-hihi, sambil cengegesan?

Sudah pasti tidak akan doyan mendengar ceramah Habib Bahar. Sebab mereka percaya kalau usai mendengar ceramah agama itu yang didapat harusnya hati yang teduh dan damai. Bukan yang grusa-grusu dan emosian.

Jadi wajar kalau referensi mereka nggak bakal jauh-jauh dari Gus Dur, Gus Mus, Habib Luthfi, atau Gus Muwafiq.

Terakhir diperbarui pada 7 Desember 2018 oleh

Tags: Gus Durgus musHabib BaharHabib Riziequjaran kebencian
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Soal Tanah dan Benih Pengetahuan di Tubuh NU MOJOK.CO
Esai

Soal Tanah dan Benih Pengetahuan di Tubuh NU: Masih Relevankah Isu-isu Moderasi Beragama?

7 Agustus 2024
Gus Dur di Balik Operasi Jahat Petrus dan Teror Gerhana Matahari Total
Video

Gus Dur di Balik Operasi Jahat Petrus dan Teror Gerhana Matahari Total

1 Agustus 2024
Sowan Gus Yusuf: Tanpa Ada Kekuatan Politik, Maka Kebenaran Akan Menjadi Sia-Sia
Video

Sowan Gus Yusuf: Tanpa Ada Kekuatan Politik, Maka Kebenaran Akan Menjadi Sia-Sia

28 Maret 2024
5 Amanat Ciganjur di Haul Gus Dur: Kekuasaan Perlu Diawasi dan Dibatasi Agar Tak Menghancurkan Tujuan Baik MOJOK.CO
Aktual

5 Amanat Ciganjur di Haul Gus Dur: Kekuasaan Perlu Diawasi dan Dibatasi Agar Tak Menghancurkan Tujuan Baik

17 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.