Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Sebagai Negara yang Suka Buang Makanan, Kami Sering Sungkan Nolak Hidangan

Audian Laili oleh Audian Laili
15 Agustus 2019
A A
buang makanan sisa makan dibungkus makan dibawa pulang makan di tempat makanan nggak enak makanan enak mojok.co

buang makanan sisa makan dibungkus makan dibawa pulang makan di tempat makanan nggak enak makanan enak mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Indonesia didaulat sebagai negara yang suka buang makanan kedua di dunia. Padahal, masyarakat yang kelaparan masih berjuta-juta.

Di tengah tingkat kemiskinan Indonesia yang tinggi dan banyaknya kelaparan di sana-sini, muncul predikat baru bagi Indonesia, yakni sebagai negara dengan penyampah makanan kedua di dunia. Ini betul-betul ironis. Di satu sisi, begitu banyak masyarakat Indonesia yang kurang gizi dan kelaparan karena karena kekurangan makanan. Di sisi yang lain, banyak masyarakat yang malah terbiasa buang makanan. Mubazir.

Sebetulnya, apa sih, yang salah dengan sistem pengelolaan makanan dari masyarakat kita? Mohon maaf, saya nggak pengin asal nge-judge sana-sini. Lha wong, saya juga menjadi salah satu bagian dari oknum yang masih buang makanan itu tadi.

Tapi, kalau dipikir-pikir, sebetulnya ini ada hubungannya dengan kebiasaan masyarakat kita yang merasa nggak enak dan sungkan kalau tidak mencicipi makanan yang sedang dihidangkan. Misalnya ketika bertamu dan dihidangkan makanan, akan sangat tidak sopan dan tidak menghargai pemilik rumah kalau kita tidak mengambil makanan tersebut dan mencicipinya.

Padahal, kenyataannya, perut kita tidak selalu dalam keadaan lapar. Atau setiap makanan yang dihidangkan, kita tidak selalu doyan untuk memakannya. Oleh karena itu, ketika dalam keadaan terpaksa, ada sebagian makanan yang akhirnya tidak ikut dikonsumsi, sebab sulit diterima oleh pencernaan.

Hal ini menjadi masalah baru. Pasalnya, ada anggapan di lingkungan kita, kalau sudah dihidangkan makanan makan harus dikonsumsi hingga habis. Jangan sampai bersisa. Kalau bersisa, itu nggak sopan. Itu seolah ngasih tahu orang yang ngasih atau yang masak kalau makanan tersebut nggak enak. Dan itu bakal bikin mereka merasa sakit hati.

Betapa rumitnya soal srawung dan perbadokan di Indonesia. Padahal, bukankah hal-hal di belakang tidak mungkin terjadi, kalau dari awal menolak dengan sopan pemberian orang lain itu tidak dijadikan masalah? Maksudnya, ya kalau memang sudah nggak mampu mengonsumsi, kenapa harus memaksakan diri “mengambil” dan berakhir dengan mubazir?

Dengan menolaknya, justru makanan yang belum tersentuh itu berpotensi sampai ke orang yang lebih membutuhkan, kan? Bukankah itu malah memberikan kebermanfaatan yang efektif dan efisien?

Akan berbeda kalau makanan yang diberikan itu sudah terkontaminasi dengan saliva kita. Kalau nggak habis, ya bakal terbuang dengan sia-sia.

Saya punya teman yang salah satu motto hidupnya keren betul. Dia akan menghabiskan makanan yang ada di piringnya dengan tanggung jawab. Sejauh saya mengenalnya, dia akan berusaha keras menghabiskan makanan tersebut, meski dia sudah merasa sangat kenyang sekalipun.

Orang-orang macam teman saya inilah, termasuk tipe manusia yang bakal dicintai oleh juru masak seluruh dunia. Pasalnya, dengan menandaskan makanan yang ada di piringnya, dia tidak perlu dikonfrontasi mengenai peringkat kedua Indonesia dalam hobi buang makanan.

Tapi masalahnya, nggak semua manusia punya kemampuan kayak teman saya ini. Apalagi kalau udah diliputi rasa sungkan menolak pas dikasih makanan.

Terakhir diperbarui pada 15 Agustus 2019 oleh

Tags: buang makanankelaparanmubazirsungkan
Audian Laili

Audian Laili

Redaktur Terminal Mojok.

Artikel Terkait

Makan di Jogja Katanya Murah, Tapi Banyak Mahasiswa yang Kelaparan
Video

Makan di Jogja Katanya Murah, Tapi Banyak Mahasiswa yang Kelaparan

24 Juli 2024
Sebuah Etalase Kaca Berisi Nasi Gratis yang Menyambung Hidup Orang-orang Jogja yang Kelaparan di Jalan Kaliurang MOJOK.CO
Ragam

Sebuah Etalase Kaca Berisi Nasi Gratis yang Menyambung Hidup Orang-orang Jogja yang Kelaparan di Jalan Kaliurang

7 Februari 2024
mahasiswa papua kelaparan.MOJOK.CO
Aktual

Sempat Bayar Rp5 Juta, Mahasiswa Papua Penerima Beasiswa di Jogja Telantar hingga Kelaparan

12 Desember 2023
bencana kelaparan major.co
Kilas

Pakar UGM: Ancaman Bencana Kelaparan itu Riil

1 Desember 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Warung Jayengan Pak Tris di Solo. MOJOK.CO

Sempat Dihina karena Teruskan Usaha Warung Mie Nyemek Milik Almarhum Bapak, Kini Bisa Hasilkan Cuan 5 Kali Lipat UMK Solo

10 Desember 2025
UNY Bikin Liar, Ketulusan Dosen UAD Bikin Saya Jadi Tertib MOJOK.CO

Pengalaman Saya Kuliah di 2 Kampus Terbaik Jogja: Menjadi Liar di UNY, Menikmati Kasih Sayang Dosen dan Menjadi Mahasiswa Tertib di UAD

8 Desember 2025
Alumnus ITB resign kerja di Jakarta dan buka usaha sendiri di Bandung. MOJOK.CO

Alumnus ITB Rela Tinggalkan Gaji Puluhan Juta di Jakarta demi Buka Lapangan Kerja dan Gaungkan Isu Lingkungan

12 Desember 2025
Derita Warga Bener Meriah di Aceh: Terisolir, Krisis Pangan, Ditipu. MOJOK.CO

Sepekan Lebih Warga di Bener Meriah Aceh Berjuang dengan Beras 1 Kilogram dan Harga BBM yang Selangit

9 Desember 2025
Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

10 Desember 2025
UMK Jogja bikin perantau Jawa Tengah menderita. MOJOK.CO

Penyesalan Orang Jawa Tengah Merantau ke Jogja: Biaya Hidup Makin Tinggi, Boncos karena Kebiasaan Ngopi di Kafe, dan Gaji yang “Seuprit”

11 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.