MOJOK.CO – Proses masing-masing orang untuk melewati sakitnya patah hati tentu berbeda. Namun, kalau boleh menyarankan, kisah patah hati Fico Fachriza ini perlu selalu diingat sampai nanti.
“Yaudah kalo kamu mikirnya gitu, kamu mau udahan aja gak?”
Belajar melepaskan dirinya~ pic.twitter.com/ekyzEZz2qv
— fico (@ficofachriza_) May 1, 2021
Jujur, selama dua kali pacaran lalu patah hati, saya belum pernah menemui kalimat seperti ini. Kalimat yang rasanya adem bener. Kalimat dari Fico Fachriza menjelang bubaran bersama pacar yang udah jadi mantannya. Kalimat yang menenangkan, bahkan dirayakan, tetapi banyak juga yang meragukannya.
Bukan. Bukan hendak meragukan Fico Fachriza. Kalimatnya yang diragukan karena pada kenyataannya, sangat jarang ditemui dari sebuah perpisahan. Oleh sebab itu, banyak orang patah hati yang iri bisa berdamai dengan mantan kekasih bahkan sebelum perpisahan itu terjadi.
Kepada mantan pacar pertama, saya nggak punya kesempatan untuk ngobrol dan berdamai kayak Fico Fachriza. Gimana mau ngobrol karena dia sudah dipanggil Tuhan sebelum kami bisa berdamai untuk segala kegilaan yang pernah terjadi.
Kepada mantan kedua, saya juga nggak ngobrol sama sekali. Gimana mau ngobrol kalau dia ninggalin saya untuk nikah dengan orang lain. Beberapa tahun kemudian, dia mengajak saya dan istri untuk ketemu. Ngobrol, mungkin “berdamai”. Yah, gimana mau ngobrol setelah proses patah hati dulu kayak gitu. Berdamai? Yang ada malah dendam. Ya mohon maaf.
Oleh sebab itu, saya sebetulnya iri dengan kisah patah hati Fico Fachriza. Sayang sekali energi yang dikonsumsi diri ini terlalu besar ketika mengingat lagi sakitnya patah hati. Apalagi sekarang dendam kepada mantan kedua itu masih tersisa sampai sekarang.
Lucunya lagi, sekarang ini di kantor Mojok, saya sudah seperti guru BK yang menampung curhatan banyak orang. Dari masalah keluarga, pacar, sampai patah hati.
Beberapa dari mereka mencari saran untuk “berdamai” dengan mantan atau calon mantan. Kadang saya bingung mau kasih saran karena saya sendiri sulit berdamai dengan dendam kepada mantan. Nggak seperti Fico Fachriza yang bisa berdamai bahkan sebelum bubar.
Mungkin Fico Fachriza sendiri memang insan yang nggak mau berkonflik. Jadi, sebelum status mantan menjadi resmi, Fico Fachriza sudah menyelesaikan masalah cinta yang pelik ini. Nah, mungkin kelak kalau ada yang minta saran ke saya soal damai dengan mantan, saya mau cerita soal kisah patah hati Fico Fachriza saja.
Masalahnya, manusia punya penerimaan yang berbeda akan sesuatu. Masing-masing dari kita punya takaran sendiri yang udah tercetak di dalam kepala. Terkadang, ada yang sulit menerima perpisahan sebagai bagain dari kehidupan. Ada yang dengan mudah menerima perpisahan karena punya takaran ikhlas yang besar. Orang bilang mereka ini gampang move on.
Satu hal yang kadang salah kita terka adalah, bahwa yang gampang move on ini ternyata sudah melewati proses gundah berkepanjangan. Kita dengan mudah bilang, “Kamu, sih, enak. Gampang move on, jadi nggak sedih habis patah hati.”
Eits, jangan salah. Bisa jadi, orang ini sudah melewati ribuan menit untuk menangis, stres, kena eating disorder, bahkan timbul kecenderungan menyakiti diri sendiri. Di balik senyum manis setelah patah hati, terdapat tragedi hati yang tidak bisa kita pahami.
Apakah Fico Fachriza bisa sebegitu mudah “berdamai” dengan mantannya? Dari konten yang dia unggah di Twitter sebetulnya menyiratkan satu proses yang kita tidak tahu.
Keputusan untuk berpisah memang diobrolkan lewat chat. Namun, bukan tidak mungkin Fico Fachriza udah ngobrol face to face dengan mbak mantan. Di sini kita tahu semuanya bisa diselesaingan dengan ngobrol dari hati ke hati. Entah tujuannya untuk bubar atau memperbaiki sesuatu.
Pada titik ini, saya salut sama Fico Fachriza. Membuka obrolan dengan mantan bukan perkara gampang. Menekan ego dan rasa sakit hati itu susahnya minta ampun. Kita, manusia, lebih suka untuk lepas kendali ketimbang berusaha keras mengendalikan diri.
Seberapa banyak dari kamu yang bisa legawa memulai obrolan dengan mantan ketika patah hati yang terjadi terlalu menyayat hati? Bisa jadi yang terbayang pertama kali ketika mengingat mantan adalah sebuah imajinasi akan makian. Misalnya kalau orang Jawa Timur, kamu akan memaki: “Jangkrik! Raimu Asu!”
Mau berdamai saja, yang terimajinasikan malah hewan jangkrik dengan muka anjing. Yang terjadi adalah campuran marah dan geli sendiri. Selesai maki-maki, eh malah move on, berkat menjadikan mantan laknat sebagai sumber imajinasi lucu-lucuan.
Yah, pada akhirnya, patah hati bukan untuk ditertawakan. Proses masing-masing orang untuk melewati sakitnya patah hati tentu berbeda. Namun, kalau boleh menyarankan, kisah patah hati Fico Fachriza ini perlu selalu diingat sampai nanti.
Berdamai dengan semua hal itu enak. Kamu nggak perlu menghabiskan waktu untuk membenci. Bisa jadi, energi berharga itu kamu alihkan ke hal-hal bermanfaat. Bikin daftar makian lucu-lucuan buat mantan, misalnya. Oalah, mantan jangkrik! Raimu uasuuu!
BACA JUGA Lawak di Tengah Kacaunya Lini Masa adalah Oase. Terima Kasih, Komika dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.