MOJOK.CO – Ngecat rambut padahal pakai hijab, dandan padahal di rumah aja, ya nggak apa-apa. Kepercayaan diri kadang muncul karena kepuasan macam ini.
Banyak yang salah sangka bahwa melakukan permak penampilan tidak seratus persen dilakukan untuk caper ke orang lain. Terkadang ada campur tangan perasaan puas di dalamnya. Belakangan ini kawan-kawan perempuan saya mengeluhkan betapa awetnya stok lipstik mereka yang tak pernah digunakan. Katanya, agak percuma pakai lipstik kalau ujung-ujungnya ditutup pakai masker.
Secara praktis, pakai lipstik saat hendak pakai masker itu terasa seperti perbuatan yang sia-sia. Kecuali jika lipstik itu memang mengandung vitamin-vitamin dan si pemakai ingin meraih manfaat lebih dari sekadar manfaat visual. Kasus ini hampir serupa dengan kasus yang saya alami ketika dijulidin pakai eyeliner padahal bakal ketutup sama kacamata. Tapi, akhirnya saya tidak peduli karena tetap memakainya.
Kasus pakai lipstik saat maskeran juga dianggap mirip dengan cewek-cewek yang nekat ngecat rambut padahal mereka pakai hijab. Banyak yang menganggap ini perbuatan percuma dan kesia-siaan. Seolah-olah cewek yang pakai hijab nggak punya hak buat merasa puas dengan warna rambut mereka sendiri.
Seorang kawan saya yang juga pakai hijab, rela merogoh kocek tidak sedikit untuk mengecat rambutnya dengan warna kekinian. Waktu kebetulan dia menginap di tempat tinggal saya dan menunjukkan rambutnya itu, saya jadi pengin ikutan ngecat rambut saking bagusnya. Yang bikin sebal, kawan saya ini pernah cerita, “Kata Mas XX perbuatanku ngecat rambut ini satu dari sekian banyak hal yang sia-sia di dunia ini. Dia menyarankan aku lepas hijab aja.”
Tidak ada respons yang lebih pas selain, “Idiiih.”
Saya mengerti, pakai lipstik padahal maskeran, pakai parfum padahal mau tidur, pakai eyeliner padahal ketutup kacamata, ngecat rambut padahal pakai hijab, dan kasus-kasus “padahal” lainnya memang sekilas terasa seperti mengerjakan hal sia-sia. Ya kalau sia-sia lebih baik nggak dikerjakan dong, begitu kan anggapan orang-orang?
Tapi, gini lho, nggak semua hal yang dilakukan orang lain di dunia ini harus masuk akal di otak kita. Pemerintah bikin kebijakan juga seringnya bikin rakyat nggak habis pikir, apalagi kalau cuma perbuatan receh macam pakai lipstik pas maskeran?
Nyatanya perbuatan yang dianggap sia-sia itu tidak sepenuhnya buang waktu. Ada kalanya orang-orang pengin merasakan feel good about themselves. Ya kalau saya dandan cakep banget padahal nggak ngonten dan nggak keluar rumah emang kenapa? Orang-orang yang nggak paham selalu bilang, “Kayak bakal ada cowok yang lihat aja.” Ya tolong mohon maaf, punten banget ini mah. Hidup perempuan itu nggak sepenuhnya dibuat untuk menyenangkan laki-laki. Kamu pikir seseorang tampil cantik cuma biar pasangannya makin sayang? Kamu pikir cewek kondangan pakai dandan menor biar dapet cem-ceman sepulang acara resepsi? Nggak gitu konsepnya, Bambangku~
Seseorang pakai lipstik saat maskeran, mungkin aja memang terbiasa mewarnai bibir. Nggak enak juga punya bibir yang dibiarkan pucat. Toh, maskernya juga dilepas lagi sesampainya di rumah. Lalu apa yang salah dari pakai lipstik di dalam rumah? Trek-trekan di dalam rumah orang tua, baru… autodurhaka. Sama halnya dengan cewek-cewek berhijab yang pengin punya rambut ombre galaxy. Memangnya salah merasa puas dengan warna rambut sendiri? Siapa tahu seiring kebahagiaan yang dia raih saat sedang ngaca, tumbuh kepercayaan diri yang luar biasa. Ini soal perasaan di dalam dada, Bos. Orang lain juga nggak merugi karena rambut cewek berhijab bukan urusan orang di jalanan. Toh ngecat rambut juga pake uang sendiri. Nggak usah julid deh ih.
Berdandan, mempercantik diri, punya penampilan menarik, tidak sebanding lurus dengan kebahagiaan lawan jenis. Ngapain juga kami, para perempuan menyediakan tontonan visual gratis ke cowok-cowok kalau kami memang nggak kepengin. Stop ngurusin orang-orang berlebihan dan biarkan mereka bahagia dengan apa yang mereka lakukan. Wong ya bahagianya mereka nggak mengusik hidup orang lain kok.
Meski kadang nggak habis pikir melihat cewek-cewek dandan super outstanding padahal cuma ke warung burjo, saya bisa maklum. Layaknya mereka memaklumi saya yang pakai kolor dan sandal jepit ke mal. Dandanan kami mungkin terlihat agak berbeda dan terasa cukup sia-sia, tapi kami nggak sedang berusaha bikin sakit mata, nggak melukai orang lain juga. Apalagi yang pakai lipstik padahal maskeran, super harmless.
Kembali ke Mas XX yang diceritakan kawan saya. Dia bisa jadi satu dari sekian banyak orang yang ngeyel kalau berpenampilan itu sebaiknya dilakukan juga demi orang lain. Menurutnya, eman-eman banget udah merogoh kocek lumayan, udah usaha dandan sampai cakep, tapi nyatanya cuma buat diri sendiri. Mungkin sebagian dari pendapatnya itu diutarakan karena blio kurang punya waktu buat menyayangi dan mengagumi diri sendiri. Kalau blio terlahir sebagai orang lain, dia nggak akan jatuh cinta sama bentuk dirinya sekarang. Hmmm, kurang self love. Sebagian pendapatnya juga diutarakan karena blio penasaran sama rambut kawan saya yang pakai hijab. Penasaran juga sama warna yang dibilang kawan cewek-ceweknya bagus. Yang sabar, Mas. Nggak semua hal di dunia ini perlu kamu lihat.
BACA JUGA Kalau Alis Perempuan Bercadar Masih Dibilang Menggoda, Kenapa Kamu Tak Pakai Kacamata Kuda Aja? dan tulisan AJENG RIZKA lainnya.