MOJOK.CO – Enakan mana pacaran naik motor atau pacaran naik mobil? Sorry, untuk menentukannya, kita butuh berdebat panjang dulu.
Di sela-sela patah hati, manusia memang kadang memikirkan hal yang seharusnya tidak dia pikirkan. Seperti saya yang malah menimbang-nimbang enakan mana pacaran naik motor atau pacaran naik mobil. Awalnya, pertanyaan ini memang receh. Sayangnya kita nggak bisa mengabaikan hal ini sebab setiap anak muda di mabuk asmara punya pertimbangan unik terkait apa yang mereka lakukan untuk cinta-cintaan.
Untuk itu, saya mengumpulkan pendapat kawan-kawan, baik yang dekat maupun yang nggak pernah debat. Baik yang cuma punya motor, sudah punya mobil, atau tidak keduanya. Pendapat dan pandangan merek akan saya rangkum dalam sebuah perbandingan sengit abad ini. Enakan mana, pacaran naik motor atau pacaran naik mobil.
#1 Pacaran naik mobil nggak kehujanan
Ini jadi alasan paling mendasar kawula muda yang lebih memilih mobil sebagai moda transportasi dalam perjalanan mereka yang-yangan. Baik mobil sendiri, mobil pinjaman, atau bahkan taksi, mereka yang memilih naik mobil punya alasan jelas, naik mobil supaya tidak kehujanan. Nggak enak juga pacaran senang-senang, besoknya masuk angin.
Tim Mobil 1:0 Tim Motor
#2 Tapi, pacaran sambil hujan-hujanan itu romantis dan bikin terkenang
Umumnya mereka yang menyangkal poin pertama punya pengalaman otoritatif terkait hujan-hujanan di atas motor bersama gebetan dan orang tersayang. Meskipun kebanyakan bilang hujan-hujanan itu menorehkan kenangan, saya yakin kalau ada mobil mereka juga pilih naik mobil sih. Hmmm.
Tapi, kita hargai pasangan-pasangan bersyukur yang menjadikan tragedi kehujanan sebagai sebuah strategi PDKT. Ini menarik. Nggak jarang beberapa buaya darat yang ngegombal, “Aku jemput kamu pakai motor, kita hujan-hujanan biar kayak film India.” Hilih kintil, Mz.
Tim mobil 1:1
#3 Pacaran naik mobil bisa ngobrol intens, naik motor bikin salah paham
Menurut sebuah kitab rahasia, satu dari perkara yang pantang dilakukan ojol motor adalah mengajak ngobrol customer di atas motor. Hal ini hanya akan bikin bete jika obrolannya hanya basa-basi nggak penting, sebab, baik ojol maupun penumpang, mereka harus teriak melawan angin agar suaranya didengar.
Susahnya ngobrol naik motor bikin tim pacaran naik mobil girang betul. Kalau naik mobil, mereka bisa ngobrol intens, quality time sambil sesekali cubit hidung pasangan. Ada gemes-gemes yang tersimpan di sela obrolan mereka yang kebanyakan seputar manja-manja mania. Coba kalau pacaran naik motor, jangan coba-coba deh cerita nabi-nabi di atas motor. Bisa-bisa sampai di tempat tujuan, nggak jadi pacaran sebab salah paham.
Tim mobil 2:1 Tim motor
#4 Nggak bisa ngobrol nggak masalah, malah bisa jadi modus
Seorang kawan saya punya alasan yang begitu serius kenapa pacaran naik motor tetap lebih baik walau sepasang muda-mudi bakal kesulitan buat ngobrol. Katanya, “Kalau nggak saling dengar suara masing-masing, malah seru. Bisa dijadikan modus untuk lebih mendekat. Eaaa.”
Sekilas kawan saya memang bangor, tapi dia ada benarnya. Kekurangan seketika bisa jadi kelebihan jika Anda bersama orang kreatif. Mereka yang pacaran di atas motor bisa saling dekat, lebih dekat, lalu pelukan. Semua berawal dari ngobrol yang nggak kedengaran, jarak antara dua insan yang jatuh cinta justru didekatkan.
Tim mobil 2:2 Tim motor
#5 Diakui atau tidak, mobil itu prestise
Kita mungkin cenderung pilih naik motor untuk menghibur diri bahwa sebagian dari kita belum punya mobil meskipun itu pinjaman orang tua. Tapi, kita tidak bisa berbohong bahwa mobil adalah prestise, termasuk untuk mereka yang sedang pacaran.
Banyak cewek yang memilih didekati cowok bermobil daripada cowok yang pakai motor, meskipun motornya NMax dan Ducati. Masalahnya, naik turun mobil itu tetap membawa prestise yang berbeda ketimbang mengacungkan standar motor saat parkir.
Tim mobil 3:2 Tim motor
#6 Naik motor praktis, nggak bingung parkir, nggak bingung lewat jalan kecil, dan cenderung gesit
Banyak cowok-cowok yang mengaku lebih suka membawa pacarnya jalan-jalan naik motor. Sebab, naik motor itu nggak ribet. Mau tujuannya pergi ke mana pun, gas lah. Sesampainya di tujuan, mereka juga nggak bingung cari tempat parkir. Lagian, bawa motor itu cenderung nggak macet, cepat, apalagi buat mereka yang biasanya terburu-buru, motor adalah pilihan tepat.
Tim mobil 3:3 Tim motor
#7 Naik mobil nggak pegal dan bisa bermesraan tanpa dihakimi pengguna jalan lain
Alasan ini sudah telalu ultimate buat dibantah. Mereka yang pacaran naik mobil belum tentu tidak punya kenangan semanis hujan-hujanan atau berpelukan agar saling dengar. Mereka justru punya lebih banyak kesempatan untuk bermesraan, curi-curi pandang saat macet atau antre lampu merah. Kecup manja dan elus-elus rambut jelas nggak bisa dilakukan mereka yang pacaran naik motor. Lha, ketutup helm!
Pacaran naik mobil juga memungkinkan tindakan maksiat pasangan kasmaran tidak seketika dihakimi pengguna jalan lain, ya karena nggak kelihatan. Mereka yang berpelukan dan tabok-tabok mesra di atas motor bakal langsung jadi bahan gibah instan sesama pengguna jalan lain.
Tim mobil 10:3 Tim motor
Berdasarkan analisis yang cukup pekok di atas, yakinlah bahwa pacaran naik mobil memang lebih menyenangkan daripada pacaran naik motor. Meski begitu, banyak tim motor yang ngeyel ke saya bahwa pacaran naik motor jauh lebih banyak menciptakan memori indah. Mulai dari jedotan helm di polisi tidur, gestur cowok yang mindahin tas ransel ke depan biar ceweknya bebas peluk, sampai elus-elus paha di lampu merah yang jadi template kaum urban.
BACA JUGA Romantisme Semu Motor Klasik, Mengubah Pacaran Jadi Bengkel Dadakan. Kencan Amburadul #2 dan tulisan rubrik POJOKAN lainnya.