Menangisi Ibu Maudy Ayunda karena Ibu Sendiri Nggak Begitu. Tenang, Itu Normal, Sis

ilustrasi Mengangisi Ibu Maudy Ayunda karena Ibu Sendiri Nggak Begitu. Tenang, Itu Normal, Sis mojok.co

ilustrasi Mengangisi Ibu Maudy Ayunda karena Ibu Sendiri Nggak Begitu. Tenang, Itu Normal, Sis mojok.co

MOJOK.CO – Ibu Maudy Ayunda jadi idola baru parenting setelah sang anak menorehkan prestasi. Ibu-ibu kita kok nggak begitu? Nggak masalah~

Prestasi Maudy Ayunda memang ngeri-ngeri sedap kalau ditelusuri. Mulai jadi ketua OSIS di SMA, aktif organisasi musik dan teater, kuliah di Oxford, dan terakhir berhasil menyelesaikan double degree di Stanford University dalam waktu dua tahun. Membayangkannya saja saya nggak mampu loh. Padahal ini baru sederet prestasi akademis, belum juga prestasi doi di dunia entertainment. Konon, kata netizen, pantas aja Maudy Ayunda jadi “produk unggulan”, ini semua berkat didikan sang ibu, Mauren Jasmedi.

Ibu Maudy Ayunda kemudian banyak jadi bahan obrolan. Mulai dari video pernyataannya saat diwawancarai Narasi TV hingga kutipan di unggahan Instagramnya yang bikin orang-orang pada nangis. Iya, nangis, soalnya ibu-ibu kita sendiri nggak begitu.

Saat kebanyakan orang tua menyuruh anak-anaknya rajin belajar dan sekolah dengan “benar”, ibu Maudy Ayunda justru menyuruh anak-anaknya untuk nggak terlalu spaning sama pelajaran. Takutnya, si anak-anak jadi pribadi yang serius dan nggak asik. Ya mungkin mirip kayak anak-anak cupu yang biasa digambarkan di televisi. Udah mah kerjanya belajar terus, kuper, polos, di-bully, gampang dibodohi, dan cenderung gagal dalam kehidupan sosial.

Setelah nggak terlalu “belajar” Maudy dan adiknya memang jadi aktif berorganisasi dan punya banyak teman. Softskill kayak menyanyi dan teater pun mereka kuasai. Beruntungnya, prestasi di bidang akademik justru nggak turun. Emang dasar pintar kali ya. Coba bandingkan dengan beberapa orang tua yang model parentingnya ketat dan disiplin. Boro-boro dibolehin main dan ikut banyak organisasi, kadang teman saja suruh pilih-pilih. Diakui atau tidak memang ada sih orang tua begitu, yang justru lebih ambisius daripada sang anak. 

Bagaimanapun, niat orang tua itu sebenarnya baik kok. Penginnya sang anak dapat yang terbaik. Nah, tapi caranya itu yang kadang ngadi-ngadi. Ada juga tipe orang tua yang secara moral suportif, tapi secara finansial nggak begitu. Beruntung ibu Maudy Ayunda punya keduanya. Saya juga pengin banget kali bisa student exchange ke luar negeri di mana pun itu pas SMA dulu. Kadang juga iseng masukin proposal penelitian ke lembaga-lembaga internasional. Mampu sih mampu, tapi duitnya buat ke sana nggak ada ya harus gimana lagi?

Ketika mengetahui kawan-kawan saya yang kayaknya nggak lebih pintar dan bisa wasweswos ke luar negeri, menorehkan prestasi dari modal uang saku orang tua kadang saya iri. Dan saya yakin ini bukan cuma saya yang mengalami. Kesempatan gemilang buat menorehkan prestasi nggak datang dua kali, tapi didikan orang tua selalu begitu, nggak tertebak. Sebagai anak yang baik yang bisa kita lakukan ya nurut dong. Jika kalian merasakan hal ini, tenang, ini wajar terjadi. Apalagi buat ukuran anak-anak Asia dengan jenis parenting orang tua yang seolah lebih mengekang dari isolasi plastik toples nastar.

Mauren Jasmedi mungkin memang layak ditiru model parentingnya, bahkan blio bisa jadi teman ngobrol buat sang anak. Lihat aja gimana blio berterima kasih sama sang anak karena sering diajak diskusi. Nggak kayak sebagian anak-anak Indonesia lainnya yang cuma bisa love-hate relationship sama ibu sendiri. Dibilang sayang ya sayang, tapi kok agak benci karena omelan dan cara pandangnya yang beda. Yah, namanya juga beda generasi, Sob, kadang kebiasaan sehari-hari juga berpengaruh pada keputusan-keputusan besar yang bakal diambil kemudian hari.

Kalau nggak punya ibu kayak Mauren Jasmedi, ya sebenarnya nggak masalah. Meski rasanya sedih dan kecewa sama orang tua sendiri, ya sudah terima aja. Memangnya apa yang bisa dilakukan manusia ketika kecewa selain iri dengki, memaki dan mengeluh, lalu berdoa? Ya menerima.

Layaknya anak, orang tua juga nggak sempurna. Mungkin kita nggak berprestasi, tergolong anak biasa aja, dan sampai detik ini nggak bisa membanggakan orang tua. Orang tua juga begitu, mungkin dari dulu mereka juga sudah usaha mati-matian buat ngasih yang terbaik buat sang anak, tapi kok ya caranya nggak tepat dan hasilnya nggak maksimal. Wajar aja sih. Kalau dunia ini penuh dengan Mauren Jasmedi dan Maudy Ayunda, apalagi yang istimewa dari Forbes 30 under 30. Dahlah, nggak usah minder terlahir jadi anak biasa dari orang tua yang biasa. Siapa tahu pas jadi orang tua besok bisa “mujur” kayak ibunya Maudy Ayunda kan bagus tuh. Berarti tugas kita tinggal apa, Kawan-kawan? Iya betul, tinggal berdoa.

BACA JUGA Merayakan Ketidak-Maudy-Ayunda-an Kita Semua dan artikel lainnya di POJOKAN.

Exit mobile version