Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Menganalisis Puisi “Hair Dryer” Dian Sastro Pakai Metode SWOT

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
11 September 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Menganalisis puisi “Hair Dryer” Dian Sastro pakai teori sastra mah udah biasa. Kali ini kita akan gunakan analisis SWOT untuk membedahnya.

Tak ada yang berbeda dari Dian Sastrowardoyo saat tampil sebagai bintang tamu dalam program Tonight Show NET TV. Cantik, cerdas, dan kaya seperti biasa. Senin malam itu (9/9) kecantikan Dian Sastro semakin memancar sampai bikin mata kelilipan ketika dirinya diminta membuat puisi spontan.

Sebelum Dian Sastro, Vincent dan Desta memberi contoh tentang ketentuan “puisi spontan” di program Tonight Show malam itu. Tentu dengan peforma yang sangat luar biasa amburadul. Ketika giliran Dian Sastro, Hesti memilih sebuah barang secara acak untuk dibikin puisi. Dan kebetulan barang itu adalah hair dryer.

Dengan tenang, Dian Sastro langsung merapalkan puisi spontannya berjudul “Hair Dryer”.


Tanggal 7 Mei 1995…

Saya baru saja menguburkan seorang bapak

 

Sekarang kita masuk ke tanggal 9 Mei 1995

Saya kembali ke sekolah sebagai murid SMP kelas 2 di Vincentius (sekolahnya Pak Vincent)

 

Rasanya berangkat ke sekolah hari itu ada yang berbeda ya

Kalau dulu saya berangkat, enggak, enggak, enggak, bukan dulu, beberapa hari yang lalu

Saya berangkat ke sekolah sebagai anak yang punya orangtua yang lengkap

Tapi kayaknya itu berbeda ya hari ini

Iklan

 

Saya sudah enggak bisa bilang hal yang sama lagi tentang hal itu

Bukan, saya bukan seorang anak dengan orangtua yang lengkap

 

Saya punya ibu, tapi apa saya punya bapak?

Mungkin sudah enggak lagi ya hari ini

 

Sekolah tetap sama

Teman-teman tetap sama

Mereka namanya sama

Perannya sama

Masuk ke kelas yang sama

Tempat duduk saya tetap sama

Guru tetap sama

Pelajaran tetap sama

Tapi berbeda banget ya hari ini

 

Apa terus semuanya harus terasanya beda?

Mungkin enggak juga

 

Saya pulang hari itu

Pulang sekolah, saya mandi

Saya basahin seluruh rambut saya

Sampai pada akhirnya… saya harus keringin

 

Mau sampai kapan rambut ini basah?

 

Saya ambil hair dryer…

Keluar anginnya, szzzzzz…

Keluar anginnya bising sekali! bising sekali!

Szzzz ilang enggak ya rasa bedanya?

Enggak sih, szzzz, ilang enggak, ya?

 

Masih enggak enak rasanya

Enggak apa-apa deh

Yang penting rambut saya kering

Dan saya enggak bisa mendengar kepala saya sendiri.


Sudah jadi hal biasa kalau sebuah puisi—apalagi puisi sekeren Dian Sastro ini—dianalisis menggunakan teori analisis puisi. Oleh karena itu, untuk melihat sebagus apa puisi “Hair Dryer” ini, perlu kiranya kita ulik dengan cara lain. Soalnya kalau pakai teori sastra ya udah bagus je, mau diapain lagi?

Maka guna menganalisis puisi “Hair dryer” Dian Sastro ini saya ingin menggunakan metode perencanaan strategi yang digunakan untuk mengevaluasi strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (ancaman) alias SWOT. Saya bahkan berani mengklaim bahwa tulisan tak berfaedah ini merupakan sebuah analisis puisi pertama di dunia menggunakan metode SWOT.

Metode SWOT yang dibikin Albert Humphrey ini normalnya digunakan untuk mengevaluasi perencanaan strategis sebuah perusahaan bisnis. Akan tetapi, karena puisi “Hair Dryer” Dian Sastro ini dibikin secara spontan dan dipikirkan dengan ala kadarnya (meski hasilnya menakjubkan), maka analisis ini tentu akan dibikin dengan spontan pula dan jauh lebih ala kadarnya.

Oke, agar kita nggak perlu berlama-lama lagi, mari kita kaji satu demi satu.

Pertama: strengths (kekuatan).

Salah satu kekuatan kenapa puisi “Hair dryer” ini bisa menyentuh sekaligus menggemaskan adalah karena yang bikin Dian Sastro, serta dibacakan oleh Dian Sastro (ya iyalah, Bambaaang). Reputasi Dian Sastro yang mampu menghipnotis orang melalui kemampuan baca puisi sudah dipupuk sejak bertahun-tahun silam—terutama sejak film Ada Apa Dengan Cinta? (2002).

Periode yang cukup untuk membangun aura kharismatik seorang Dian Sastro di hadapan penonton. Bahkan Vincent dan Desta yang biasa ngebanyol mendadak terdiam seribu bahasa.

Cukup berdiri diam saja nggak ngapa-ngapain, keberadaan Dian Sastro sudah memunculkan atmosfer intimidatif. Tiba-tiba orang bisa mendadak jatuh cinta lagi. Padahal Mbak Dian Sastro belum ngomong apa-apa, saya aja udah langsung jatuh cinta.

Apalagi kalau Mbak Dian sampai ngomong dan merapalkan sebuah puisi. Yawla, ini kenapa orang enaknya bisa luar dalem kayak wafer Tango gini sih.

Sudah begitu, puisi ini punya kesan yang sangat personal. Identitas puisinya begitu jelas. Hanya Dian Sastro yang bisa bawain. Magis puisinya akan hilang kalau dibaca orang lain. Bahkan jika “orang lain” itu adalah Rangga sekalipun.

Kedua: weaknesses (kelemahan).

100% nggak ada. Sori. Lain kali aja ya, Beb.

Ketiga: opportunities (peluang).

Ada banyak peluang yang bisa didulang dari puisi “Hair Dryer” Dian Sastro ini. Meski puisi ini bercerita soal kesedihan seorang anak yang ditinggal almarhum ayah, namun puisi ini jelas sangat layak untuk dijadikan iklan untuk sebuah produk sampo. Hm, mungkin pemilihan topik hair dryer ini ada kaitannya dengan sponsor acara di Tonightshow kala itu, yakni sampo Dove.

Kalau Dove jeli, seharusnya mereka memanfaatkan puisi ini untuk iklan-iklan produk sampo-nya ke depan. Ini jelas peluang yang harus dimanfaatkan. Nggak setiap hari lho ada puisi soal rambut tapi bisa menyentuh hati pada saat yang bersamaan. Kalau iklan yang nyentuh emosi sih, udah banyak.

Keempat: threats (ancaman).

Ancaman terbesar dari puisi “Hair Dryer” Dian Sastro ini berpeluang hadir dari youtuber-youtuber tanah air yang ingin memanfaatkan momentum. Melihat semua orang belingsatan bahagia denger puisi “Hair Dryer”, bukan tidak mungkin puisi ini bakal di-remake untuk lucu-lucuan.

Lho, lho, ancaman ini bisa aja muncul. Nama-nama besar dari Atta Halilintar atau Ria Ricis bisa aja iseng bikin “cover” pembacaan puisi “Hair Dryer” Dian Sastro. Tapi itu mending sih daripada naskah puisi ini dibikin lagu rap sama Young Lex.

Akan tetapi, ancaman paling nyata sebenarnya bukan itu. Ancaman paling nyata adalah ketika puisi “Hair Dryer” Dian Sastro tiba-tiba dianalisis pakai analisis SWOT kayak tulisan ini. Dan kamu masih aja betah baca tulisan ini sampai akhir.

BACA JUGA Analisis Puisi “Petruk Jadi Raja” Karya Fadli Zon atau artikel Ahmad Khadafi lainnya.

Terakhir diperbarui pada 11 September 2019 oleh

Tags: Dian Sastropuisi hair dryerSWOT
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Menunggu Dian Sastro di Gudeg Ceker Mbok Joyo
Liputan

Menunggu Dian Sastro di Gudeg Ceker Mbok Joyo

30 Oktober 2021
ilustrasi Rekomendasi Lagu Karaoke buat Mbak Dian Sastro biar PPKM-nya Semakin Asyik mojok.co
Pojokan

Rekomendasi Lagu Karaoke buat Mbak Dian Sastro biar PPKM-nya Semakin Asyik

15 Juli 2021
Video

Q&A dan Giveaway Spesial Awal Tahun 2021

4 Januari 2021
Video

Klinik Kopi, Bisnis Tahan Pandemi ala Pepeng

29 Oktober 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.