Menertawai Silogisme Absurd Muhammad Kece yang Sebut Nabi Pengikut Jin

MOJOK.CO – Muncul video-video yang menghina-hina Nabi dan Islam oleh seseorang bernama Muhammad Kece. Pffft. Mulaaay… mulaaaay.

Di sekitar teman-teman saya yang Nahdliyin, ada banyak orang yang geram sampai ubun-ubun melihat kelakuan Muhammad Kece dengan pernyataan-pernyataan kewanen-nya. Meski begitu, saya malah tidak langsung marah tapi malah tertawa ngakak ketika mendengar pernyataan-pernyataan beliau yang beyond.

Salah satu hal yang langsung bikin saya ngakak (dalam artian kaget dengan silogisme ajaibnya) adalah pernyataan ini:

“Muhammad ini dekat dengan jin. Muhammad ini dikerumuni jin. Muhammad ini tidak ada ayatnya dekat dengan Allah. Saudara yang punya pikiran, yang cerdas, mau ikut jin atau ikut Allah?”

Pada saat mendengar kalimat itu dari cangkem Muhammad Kece saya masih mengernyitkan dahi. Masih berusaha berpikir keras. Sebab, saya pikir awalnya ini manusia cuma kepleset lidah atau keseleo bibir, tapi ternyata yang kepleset dan keseleo malah bener-bener otaknya.

Apalagi ketika yang bersangkutan mengutip ayat dari surat Al-Jin ayat 19 untuk melegitimasi pernyataan ngawurnya itu, “Dan sesungguhnya ketika hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (melaksanakan salat), mereka (jin-jin) itu berdesakan mengerumuninya.”

Entah dapat bisikan setan model gimana, Muhammad Kece dengan percaya diri tingkat Lionel Messi berkesimpulan bahwa ayat itu menunjukkan kalau Nabi Muhammad adalah pengikut jin.

Heh, Pak Kece, anoa lagi birahi juga tahu kalau dari kalimat itu tidak ada keterangan sama sekali bahwa jin adalah sosok yang diikuti Nabi. Terjemahannya saja menyebut kalau justru jin-jin yang mendekat ke Nabi (yang lagi salat) sampai mengerumuni, artinya yang ngikut itu jin-nya, bukan Nabi.

Ini kayak Muhammad Kece dikerumuni polisi di Bali, karena ditangkap untuk dibawa ke Bareskrim atas tuduhan penistaan agama. Kalau pakai silogisme ajaib Muhammad Kece yang blas nggak ada kece-kece-nya itu, haaa berarti Muhammad Kece itu pengikut polisi dong? Ya nggak gitu konsepnya, Maliiiih~

Tapi tidak hanya itu silogisme absurd yang bikin kita layak menertawai manusia satu ini.

“Kitab kuning katanya mengurangi terorisme? Tidak. Bohong itu. Yang mengurangi terorisme itu adalah murtad dari Islam. Yang mengurangi radikalisme itu adalah meninggalkan ajaran Islam. Kenapa? Karena Islam itu agama politik dari Arab.”

Pffft.

Sejujurnya ketika mendengar kalimat itu, satu hal yang saya curiga adalah Muhammad Kece ini sepertinya punya masalah serius dalam kemampuan membaca teks, meletakkan konteks, dan pada akhirnya bikin dia sembrono dalam kesimpulan.

Kalau memang cara mengurangi terorisme adalah dengan murtad, kan ya langsung merujuk pada kitab suci agamanya saja, bukan malah ke kitab kuning dong? Ini emang mau nyentil teman-teman Nahdliyin atau teman-teman pondokan aja sih sebenarnya. Apalagi penjelasan di akhir dikaitkan dengan politik agama di Arab. Pfft. Sumpah, saya sampai kehabisan kata-kata untuk memahami pernyataan si Mr. Kece ini.

Tapi tentu bantahan-bantahan secara syariat sudah bakal muncul dari netizen kita soal ini. Satu hal yang saya rasa perlu garisbawahi, ungkapan Muhammad Kece ini jangan dijadikan provokasi yang memanaskan situasi.

Anggap saja itu orang lagi caper, jangan diseriusin karena itu membuatmu jadi selevel dengan Muhammad Kece kalau nekat mengajaknya berdebat. Dan saya yakin, siapa saja, mau dari agama apa saja bakal ogah berada satu level dengan manusia satu ini.

Lagipula berdebat dengan orang bodoh itu kayak bergulat dengan babi di kolam lumpur. Babinya sih seneng bisa berkubang lumpur, haaa tapi kamunya malah ikut-ikutan kotor.

Di lain soal, hal paling absurd soal pernyataan Muhammad Kece adalah soal ajakannya untuk tidak mengikuti ajaran Nabi. Hanya saja pada saat yang bersamaan di beberapa ceramahnya, dia malah mengutip hadis Nabi.

Lah? Ini bijimana ceritanya, nyuruh orang nggak percaya Nabi Muhammad tapi situ malah ngutip juga hadis-hadis Nabi.

Sebenarnya masih banyak hal menggelikan lain dari pernyataan Muhammad Kece, dan karena saking absurd-nya, saya sampai tidak tega untuk mengutip lalu mendengar lagi suaranya.

Satu hal yang paling ultimate dari ini semua adalah… blio ini menghina-hina Nabi, tapi namanya saja pakai nama Nabi. Hambok biar lebih nggak kelihatan hipokrit itu, ubah dulu lah nama situ. Bikin orang kalau mau geram sama situ jadi merasa sungkan karena ada nama Nabi di situ.

Dajjal aja kalau ketemu situ sungkem mungkin, Bro. Nggak bakal kepikiran lah dia bikin pernyataan-pernyataan kayak gitu. Atau malah nanti Dajjal bikin somasi ke saya karena merasa terhina disama-samain sama manusia satu ini.

Duh, sori ya, Jal. Saya nggak maksud.

BACA JUGA Fenomena Penceramah Modal Nekat dan tulisan Ahmad Khadafi lainnya.

Exit mobile version