Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Mendukung Penuh Tes Psikologi Sebagai Syarat Kepemilikan SIM

Rizky Prasetya oleh Rizky Prasetya
9 Maret 2020
A A
SIM, test psikologi, polisi mojok.co

SIM, test psikologi, polisi mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Banyak orang Indonesia yang membikin SIM karena semata takut kena tilang, bukan untuk membuktikan bahwa mereka memang pantas diberi izin untuk berkendara. Tes psikologi diharapkan menghasilkan para pengendara yang paham berkendara dan juga bertaqwa, mandiri, dan cendekia.

Jika Anda akhirnya kepikiran untuk punya SIM, sekarang lebih baik Anda buka buku atau internet untuk belajar. Untuk mendapat SIM, selain harus lolos tes kesehatan, keterampilan, dan tertulis, Anda juga harus lolos tes psikologi. Harapannya tentu saja agar para orang yang lolos SIM memang orang yang mahir dan layak berkendara.

Dimasukkannya tes psikologi sebagai rangkaian tes untuk mendapatkan SIM mendapat reaksi negatif dari banyak pihak, dengan dalih bahwa tes yang sebelumnya sudah susah akan makin susah. Tingkat kesulitan yang bertambah akan membuat makin banyak orang gagal mendapat SIM.

Pertanyaannya, gunanya tes apa kalau kalian minta harus lulus?

Pernahkah Anda baca buku manual motor yang Anda beli? Kalau pernah, berapa jarak yang dianjurkan untuk menyalakan lampu sein sebelum berbelok? Atau ingat-ingat lagi, berapa kali Anda diteriaki orang karena menyalakan sein terlalu mendadak atau memaki orang yang berkendara di tengah-tengah jalur? Itulah gunanya tes psikologi untuk mendapatkan SIM.

Di negara ini, potensi orang menambah motor di rumahnya dalam 2 tahun jauh lebih besar dari meningkatnya kemampuan berkendara dalam 5 tahun. Saya nggak berlebihan bilang ini, karena di kota besar saja masih banyak orang belok ke kanan dengan cara memotong dari kiri dan menghidupkan sein ketika berbelok, bukan sebelum belok.

Tes untuk mendapatkan SIM memang harusnya susah, karena ini menyangkut keselamatan banyak orang. Saya melihatnya begini, ketika Anda dapat SIM, itulah saat di mana Anda sadar bahwa Anda adalah orang yang tidak berpotensi membunuh orang lain di jalan. Kecelakaan memang sesuatu yang tidak bisa diprediksi, tapi masih bisa dihindari. Tes psikologi punya tujuan bahwa Anda memang cukup waras untuk berkendara.

Kenapa kewarasan penting? Begini. Kita terhibur melihat video ibu-ibu yang belok kanan padahal seinnya ke kiri. Kita bangga bisa motoran di Gejayan tanpa pakai helm. Saya masih melihat banyak orang ngebut di perempatan yang rame, dan mobil yang jalan di tengah-tengah dengan kecepatan pelan. Itu jelas tanda bahwa di jalan penuh orang tidak waras yang kebetulan punya duit lebih untuk beli kendaraan.

Ketidakwarasan itu dirayakan dengan bahagia. Kita bangga lolos dari maut, kita tertawa keras melihat tingkah ibu-ibu itu, kita menggerutu dengan tingkah pengendara mobil itu. Pertanyaannya, mau sampai kapan?

Kita sendiri sebenarnya dalam hati tahu bahwa tes SIM yang lengkap akan menghasilkan pengendara yang memang mahir dan paham cara berkendara. Angka kecelakaan akan bisa ditekan jika pengendara paham cara berkendara. Sekali lagi, paham. Tahu cara menghidupkan sein, kapan memasukkan gigi dan kapan mengatur gas itu bukan berarti dia paham berkendara.

Tapi tes psikologi tersebut sudah direspon dengan kalimat nanti banyak yang gagal tes. Ya kalau memang skill berkendaramu ampas, ya lebih baik nggak dilolosin. Perkara mobilitasmu terganggu karena kamu tidak punya SIM dan transportasi umum yang disediakan pemerintah ampas, ya maki saja pemerintah, jangan polisi.

Meski ujungnya tiap tes itu bayar sendiri-sendiri, itu urusan lain. Harusnya kita paham lah kalau sudah berurusan dengan polisi, pasti ujungnya boros. Kalau nggak boros uang, ya boros kesabaran. Ini masih ngurus SIM, coba kapan-kapan gitu kalau barangmu dimaling terus lapor polisi, kamu bakal ngerti kalau urusan SIM itu tingkat kesulitannya masih beginner.

Terima saja tes psikologi jadi salah satu tes yang harus ditempuh untuk mendapatkan SIM. Kita hidup di Indonesia sudah cukup lama untuk tahu bahwa tidak ada yang mudah di negara ini, bahkan untuk bertahan hidup sekali pun. Beli kendaraan hanya perlu duit, nggak ditanyain punya otak apa nggak, jadi kalau punya SIM dipersulit, anggap saja impas.

BACA JUGA Pengalaman Disunat oleh Kakak Sendiri dan artikel menarik lainnya di POJOKAN.

Terakhir diperbarui pada 9 Maret 2020 oleh

Tags: Polisisimtes psikologi
Rizky Prasetya

Rizky Prasetya

Redaktur Mojok. Hobi main game dan suka nulis otomotif.

Artikel Terkait

rkuhap, kuhap, polisi.Mojok.co
Mendalam

Catatan Kritis KUHAP (Baru) yang Melahirkan Polisi Tanpa Rem Hukum, Mengapa Berbahaya bagi Sipil?

19 November 2025
Polresta Yogyakarta bekuk sindikat agen SIM palsu di Jogja yang bercuan Rp50 juta perbulan MOJOK.CO
Aktual

Pura-pura COD di Agen SIM Palsu di Jogja, Tangkap Komplotannya yang Raup Untung Rp50 Juta Perbulan

24 September 2025
Ortu kuras tabungan buat anak jadi polisi malah kena tipu. Sempat bikin stres tapi kini bersyukur tak jadi sasaran amuk tetangga MOJOK.CO
Ragam

Ortu Kuras Tabungan buat Anak Jadi Polisi malah Kena Tipu “Intel”, Awalnya Stres tapi Kini Bersyukur

6 September 2025
Polisi gelontorkan uang banyak untuk gas air mata yang digunakan dalam demo. MOJOK.CO
Aktual

Saat Duit Rakyat Hanya Dipakai buat Membeli Gas Air Mata Kadaluwarsa oleh Polisi

31 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.