Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Memahami Amien Rais yang Tegur Muhammadiyah soal Kebebasan Memilih Saat Pilpres

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
21 November 2018
A A
muhammadiyah
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Seharusnya kita santai saja menanggapi pernyataan Amien Rais. Toh beliau juga tidak menyebut sama sekali pihak mana yang harus didukung oleh PP Muhammadiyah kok.

Bukan Amien Rais namanya kalau nggak bikin sesuatu yang viral. Usai perkara Ratna Sarumpaet yang bikin geger negeri ini, mantan Ketua MPR ini kembali jadi headline banyak kantor berita karena “ancam” Ketum PP Muhammadiyah soal sikap netral dalam Pilpres 2019 nanti.

Nggak main-main tentu saja, kata “jewer” mendadak jadi trending gara-gara Amien Rais menyebut, “Di tahun politik, tidak boleh seorang Haedar Nashir (Ketum PP Muhammadiyah) memilih menyerahkan ke kader untuk menentukan sikapnya di Pilpres. Kalau sampai seperti itu akan saya jewer.”

Amien Rais merasa Muhammadiyah tidak boleh membebaskan kadernya untuk memilih pemimpin dalam Pilpres. Muhammadiyah harus tegas memilih. Sikap netral barangkali bagi Amien bukanlah langkah yang strategis—mengingat Nahdlatul Ulama (NU) jelas-jelas cenderung bakal condong ke KH. Ma’ruf Amin.

Tak berselang lama, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) mengeluarkan pernyataan yang berseberangan dengan Amien Rais. Menurut IMM, sikap PP Muhammadiyah sudah sesuai dengan hasil Muktamar pada 1971 di Makassar soal independensi ormas Islam terbesar kedua di Indonesia ini dalam politik. Ada sikap jaga jarak dari Muhammadiyah ini agar ormas ini tidak dianggap sebagai kantong suara partai politik.

Memangnya apa sih yang dikhawatirkan oleh sosok Amien Rais dari keputusan PP Muhammadiyah ini?

Pilihan bersikap netral bagi Muhammadiyah tentu jadi kemunduran bagi politisi senior macam Amien Rais. Di saat ormas seperti NU secara terang-terangan menunjukkan keberpihakan, Muhammadiyah tidak boleh dong nggak berpihak. Dari kacamata politik, ini jadi kerugian.

Meski PAN sendiri bukan cerminan langsung suara dari Muhammadiyah, layaknya PKB yang tidak otomatis mewakili suara NU, tapi sikap Muhammadiyah ini seperti mencederai PAN yang sudah bertaruh banyak untuk Pilpres kali ini.

Meski begitu, seharusnya orang-orang menanggapi santai saja pernyataan Amien Rais. Toh beliau juga tidak menyebut sama sekali pihak mana yang harus didukung oleh Muhammadiyah. Amien Rais juga cuma menyebut kisi-kisi.

Lebih baik pakai caranya Fahri Hamzah saja yang menanggapi pernyataan ini dengan cukup selo, “Tanya dulu ke beliau, apa ini ya, itu bercanda tingkat dewa itu.”

(((Bercanda Tingkat Dewa)))

Lagian juga Amien Rais cuma memberi ciri-ciri, pemimpin macam apa yang harus dipilih Muhammadiyah. Ciri-ciri versi Amien Rais yang bakal kita bedah satu demi satu:

  1. Tidak Suka Mengkriminalisasi Ulama
  2. Tidak Suka Bohong saat Berjanji
  3. Pemimpin Beriman.
  4. Tidak Diragukan Keislamannya.

Dari keempat kriteria ini, sepertinya Jokowi bakal bermasalah dalam soal “Tidak Suka Bohong saat Berjanji”. Bagi oposisi, Presiden Jokowi merupakan pemimpin yang sering ingkar janji. Mau perkara janji itu belum terealisasi dengan baik karena ada kondisi yang tidak memungkinkan, tetap saja hal itu dianggap sebagai bagian dari spektrum “ingkar janji”.

Lagian Jokowi juga sering dicitrakan sebagai sosok yang suka mengkriminalisasi ulama. Status tersangka Habib Rizieq atau Gus Nur misalnya, UUJ, ujung-ujungnya salah Jokowi juga.

Iklan

Dari dua ciri-ciri itu saja, sudah jelas bahwa Amien Rais tidak menghendaki Jokowi dipilih oleh PP Muhammadiyah. Belum kalau mau mempermasalahkan soal “Alpatekah” Jokowi yang bisa masuk kategori “diragukan keislamannya”. Wah, makin komplet saja dosa Presiden kita satu ini.

Di sisi seberang ada sosok Prabowo Subianto yang tak pernah sekalipun pernah terlihat sebagai imam salat. Tentu itu tidak relevan jadi patokan untuk jadi pemimpin negeri. Apa urusannya soal ibadah privat dimasukkan sebagai kriteria memilih pemimpin. Wong itu kan urusan privat ya kan? Tapi demi mengikuti aturan main Amien Rais yang melekatkan kriteria tersebut ke Jokowi, ya kita juga harus adil juga untuk Prabowo. Ya terpaksa hal itu bisa dimasukkan dalam kategori “diragukan keislamannya”.

Kalau ada yang bilang pada kasus Ratna Sarumpaet, Prabowo bakal bermasalah dalam kategori “tidak suka berbohong”. Maka ini masih bisa diperdebatkan. Prabowo kan korban dari kebohongannya Ratna, beliau sama sekali tidak bohong kok ke publik. Ya kalau dianggap salah, anggap saja itu khilav. Meski begitu—sayang sekali—Prabowo bisa saja masuk pada kategori ini.

Pada sosok cawapres, ada sosok KH. Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno. Dua orang yang justru berada dalam empat kriteria ala Amien Rais. Tidak suka berbohong saat berjanji, ya jelas lha wong jadi wakil presiden saja belum.

Beda kasus mungkin untuk Sandiaga Uno yang memilih meninggalkan sumpah jabatannya saat jadi Wakil Gubernur DKI Jakarta—hal yang sebenarnya juga pernah dilakukan Jokowi pada 2014 silam.

Berikutnya tidak suka mengkriminalisasi ulama, jelas dong. Baik KH. Ma’ruf Amin dan Sandiaga kan sama-sama ulama. Ya nggak mungkin dong ulama mengkriminalisasi ulama lain.

Lalu pemimpin beriman dan tidak diragukan keislamannya. Ya hal semacam ini nggak perlu lagi deh dipertanyakan untuk sosok sekaliber mantan Rais Aam PBNU dan (masih) santri post-islamisme.

Kalau soal Sandiaga yang nggak sengaja melompati makam Kiai Bisri Syansuri kan bukan termasuk melanggar akidah. Jadi ya nggak apa-apa, masa santri atau ulama nggak boleh salah? Kan beliau juga manusia tempatnya salah dan dosa juga.

Dari pembahasan tersebut maka bisa disimpulkan bahwa kriteria Amien Rais untuk dipilih PP Muhammadiyah ini ada pada cawapres masing-masing kubu. Masalahnya, mau sesuai apa pun kriteria dengan cawapres kalau tidak ada pada capres kedua kubu, ya namanya fadli zonk dong. Lha wong yang mimpin nanti tetep presidennya kok, bukan wakilnya.

Dari hal ini maka disimpulkan bahwa Amien Rais jangan-jangan mau merekomendasikan kepada PP Muhammadiyah agar tidak memilih kedua calon alias GOLPUT aja.

Terakhir diperbarui pada 21 November 2018 oleh

Tags: Amien RaisFahri HamzahJewerjokowiMa’ruf AminMuhammadiyahpilpresprabowoSandiaga Unoviral
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Keindahan Semu di Kaki Gunung Semeru, Lumajang saat erupsi. MOJOK.CO
Aktual

Keindahan Semu di Kaki Gunung Semeru

21 November 2025
wisuda, tuli.MOJOK.CO
Kampus

Sering Dibilang Bodoh karena Tuli, Kini Membuktikan Diri dengan Menjadi Wisudawan Tunarungu Pertama di Kampusnya

24 Oktober 2025
kapitalisme terpimpin.MOJOK.CO
Ragam

Bahaya Laten “Kapitalisme Terpimpin” ala Prabowonomics

21 Oktober 2025
Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

UNY Bikin Liar, Ketulusan Dosen UAD Bikin Saya Jadi Tertib MOJOK.CO

Pengalaman Saya Kuliah di 2 Kampus Terbaik Jogja: Menjadi Liar di UNY, Menikmati Kasih Sayang Dosen dan Menjadi Mahasiswa Tertib di UAD

8 Desember 2025
Lupakan Garuda Indonesia, Pesawat Terbaik Adalah Susi Air MOJOK.CO

Lupakan Garuda Indonesia, Citilink, dan Lion Air: Naik Pesawat Paling Menyenangkan Justru Bersama Susi Air

10 Desember 2025
ILUNI UI gelar konser untuk bencana Sumatra. MOJOK.CO

ILUNI UI Gelar Penggalangan Dana untuk Sumatra lewat 100 Musisi Heal Sumatra Charity Concert

6 Desember 2025
UMK Jogja bikin perantau Jawa Tengah menderita. MOJOK.CO

Penyesalan Orang Jawa Tengah Merantau ke Jogja: Biaya Hidup Makin Tinggi, Boncos karena Kebiasaan Ngopi di Kafe, dan Gaji yang “Seuprit”

11 Desember 2025
Sirno Ilang Rasaning Rat: Ketika Sengkalan 00 Menjadi Nyata

Sirno Ilang Rasaning Rat: Ketika Sengkalan 00 Menjadi Nyata

6 Desember 2025
Mitos kerukunan di desa bikin warga desa ingin merantau jauh dan hidup individualistik di perantauan demi hidup tenang MOJOK.CO

Mitos Kerukunan dan Hidup Ayem di Desa: Aslinya Penuh Kepalsuan, Baik di Depan tapi Busuk di Belakang

11 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.