MOJOK.CO – Per 18 Agustus mendatang, snack Cheetos resmi hilang dari peredaran pasar Indonesia.
Tahun ini tampaknya memang menjadi tahun yang penuh dengan perpisahan sentimentil. Deretan perpisahan ini diawali oleh Valentino Rossi, pembalap MotoGP yang baru saja mengumumkan bahwa ia akan pensiun usai MotoGP 2021. Tentu saja ini adalah momen yang tak akan pernah mudah bagi Rossi. Lha gimana, Valentino “The Doctor” Rossi sudah malang-melintang di MotoGP selama 21 tahun. Perjalanan panjang yang pada akhirnya membesarkan nama Rossi sebagai salah satu legenda balap motor dunia.
Perpisahan sentimentil lainnya tentu saja adalah Lionel Messi yang akhirnya harus berpisah dengan Barcelona, klub yang sudah menjadi rumah bagi Messi selama 21 tahun.
Selama rentang karier 21 tahun itu, Messi memperoleh kejayaannya sebagai salah satu pemain paling sukses di dunia. Total sudah 34 gelar juara yang berhasil didapatkan Messi bersama Barcelona.
Nah, jika perpisahan atas kebersamaan yang sudah terjalin selama 21 tahun saja sudah sangat sentimentil, maka perpisahan atas kebersamaan yang lebih lama dari itu pasti jauh lebih sentimentil pula. Dan itulah yang bakal terjadi pada Cheetos, snack legendaris yang sudah membersamai para penggemarnya selama 28 tahun.
Cheetos (bersama dengan Lays dan Doritos) memang sebentar lagi akan hilang dari pasar Indonesia. Ketiganya akan mulai disetop produksi dan distribusinya di Indonesia pada 18 Agustus 2021 mendatang.
Berhentinya “masa bakti” Cheetos ini karena saham Fritolay Netherland Holding B.V (pemilik merek Cheetos, Lays, dan Doritos) di PT Indofood Fritolay Makmur (produsen Cheetos, Lays, dan juga Doritos di Indonesia) sudah resmi dibeli seluruhnya oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Hilangnya Cheetos ini tentu saja menjadi kabar yang cukup mengagetkan. Padahal, baru beberapa waktu yang lalu Indofood Fritolay Makmur mengumumkan akan menghadirkan kembali tazos Pokemon melalui kemasan Chiki Balls.
Kabar yang benar-benart semakin menegaskan bahwa hidup ini memang terbentuk oleh kedatangan dan kepergian.
Saya sendiri bukanlah termasuk penggemar berat Cheetos, namun tetap saja saya merasa cukup sentimentil dengan kepergiannya.
Tak bisa tidak, Cheetos memang menjadi snack cemilan yang legendaris. Sejak hadir pertama kali tahun 1993 silam, ia langsung menjadi primadona bagi banyak anak-anak.
Ia, bersama Chiki Balls, Jet-Z, dan beberapa snack besutan Indofood Fritolay lainnya benar-benar sukses mewarnai kehidupan anak-anak melalui bonus mainan tazosnya yang legendaris itu. Dari tazos versi Looney Tunes, sampai tazos versi Pokemon.
Sebagai anak yang menghabiskan masa kecil dengan tema kemiskinan, di mata saya, Cheetos adalah snack yang amat susah untuk saya raih. Itulah kenapa saya hanya bisa mendapatkan tazos dari kemasan Cheetos ini maksimal hanya seminggu sekali. Itu pun belum tentu.
Kalau kemudian saya punya cukup banyak tazos, itu murni karena keberuntungan atau tuah pada gacoan tazos saya sehingga saya sering menang saat mengadu tazos dengan kawan-kawan.
Cheetos, dan aneka snack “mahal” lainnya selalu menjadi mimpi-mimpi sederhana saya.
Ibarat permen, ia adalah Hexos dan Nano-Nano, permen yang hanya bisa saya dapatkan seminggu sekali pada hari Sabtu setelah saya mendapatkan uang jajan tambahan dari paman saya sehabis gaji mingguannya sebagai pegawai pabrik payung dibayarkan.
Begitu tingginya hierarki Cheetos, sampai-sampai membuat saya menempatkannya dalam kasta snack yang terpandang. Ia bahkan saya pakai sebagai parameter kekayaan tersendiri bagi saya.
Kalau ada acara piknik, dan ada anak yang bekal snacknya adalah Cheetos, maka ia pastilah anak orang berduit, sebab orang miskin pasti butuh berpikir berkali-kali sebelum nekat membeli Cheetos sebagai bekal perjalanan.
Kelak, ketika saya dewasa dan punya penghasilan tetap yang lumayan besar sebagai seorang penulis, saya sering melakukan apa yang banyak pendekar dalam film-film silat itu lakukan: membalas dendam.
Saya kerap membeli Cheetos (dan juga Jet-z, Chiki Balls, dan aneka snack kasta terpandang lainnya) untuk memenuhi ego dan menuntaskan dendam lama saya.
Semahal-mahalnya mereka, Alhamdulillah, dengan keuangan saya yang sudah jauh lebih ketimbang masa kecil saya, saya sudah kuat beli Cheetos bahkan dalam jumlah yang banyak. Jangankan seminggu sekali, kalau perlu setiap hari saya beli.
Ada semacam gairah tersendiri saat ngremusi potongan-potongan Cheetos itu. Bumbu barbeque bercampur dengan bumbu dendam memang menjadi rasa paling sempurna.
Kini, snack yang menjadi salah satu alasan dendam masa lalu itu ternyata akan menghilang dari kehidupan saya. Snack yang masih sering saya comot kalau sedang berbelanja di minimarket sebagai pendamping biskuit cracker yang sedang menjadi kegemaran saya saat ini bakal tak bisa lagi saya lihat wujudnya.
Si cheetah kuning itu sebentar lagi akan menghilang karena konflik yang ia sendiri tak punya kendali atasnya.
Maka, sebagai seorang musuh dan kawan, saya ingin memberikan ucapan selamat tinggal yang paling tulus untuk Cheetos. Dendam saya sudah tuntas, sudah selayaknya saya mendoakannya. Semoga sukses, Cheetos.
BACA JUGA Berbahagia Menyambut Hadirnya Kembali Tazos Pokemon dalam Kemasan Chiki Balls dan artikel AGUS MULYADI lainnya.