Nama Baik Kawasan Wisata Malioboro Jogja Rusak karena Kejahatan Parkir Nuthuk, Bikin Emosi Wisatawan dan Muak Warga Lokal karena Didiamkan

Malioboro Jogja Sakit Parkir Nuthuk, Pemkot Cuma Diam Saja? (Unsplash)

Malioboro Jogja Sakit Parkir Nuthuk, Pemkot Cuma Diam Saja? (Unsplash)

Ada saja kabar negatif soal Jogja kalau kamu rajin menyimak berbagai kejadian di akun Instagram Merapi Uncover. Salah satunya adalah penyakit akut yang menjangkiti kawasan wisata Malioboro Jogja. Penyakit yang saya maksud adalah parkir nuthuk.

Parkir nuthuk adalah aksi brengsek menetapkan tarif parkir jauh di atas harga normal. Misal, tarif asli parkir asli hanya Rp5.000 rupiah untuk mobil. Namun, para tukang parkir biadab membuat karcis baru ala-ala mereka dengan tarif Rp15 ribu untuk mobil. Kejadian seperti sudah ada sejak dulu di Malioboro Jogja.

Soal isu parkir nuthuk ini, coba saja kamu ketik kalimat ini di mesin pencarian Google: “tarif parkir di jalan mangkubumi”. Nanti kamu akan menemukan berita lama terkait isu yang berulang ini. Artinya, masalah ini sudah terjadi sejak dulu dan tidak ada ketegasan dari pemerintah terkait. Tidak tahu atau atau memang mendiamkan, ya? Entah.

Parkir nuthuk di kawasan Malioboro Jogja sudah terjadi sejak dulu

Kadang ada saja orang aneh yang memaklumi kalau tarif parkir di tempat wisata itu mahal. Katanya ini tempat wisata, di mana orang mencari senang dan menghamburkan uang. Makanya ya wajar kalau parkir saja tarifnya berbeda. Suara ini terdengar sangat kencang dan galak. Bikin orang lain malas mendebatnya.

Nah, dari sana lahir “pemakluman”. Misalnya, tarif parkir motor itu biasanya Rp2 ribu. Kalau di tempat wisata, ya wajar kalau jadi Rp3 ribu. Untuk mobil sendiri, biasanya di Rp5 ribu dan nggak berubah. Di sini seakan-akan kita menemukan “jalan tengah”. Begitulah pemakluman akan kesalahan terjadi. Tapi ya sudah. Sedekah berlaku di sini meski itu rada aneh juga karena pasti banyak yang sulit ikhlas.

Masalah jadi pelik ketika terjadi fenomena parkir nuthuk. Tarif yang dimaklumi itu ada di Rp5 ribu untuk mobil, eh tiba-tiba jadi Rp15 ribu. Isu ini terjadi di Jalan Mangkubumi yang masih masuk kawasan wisata Malioboro Jogja.

Saya kutipkan curahan hati netizen di Merapi Uncover secara utuh apa adanya:

“Selamat malam min. Mau melaporkan kegelisahan saya, dan mungkin sebagian warga Jogja. Hari ini saya dan keluarga parkir di depan BCA mangkubumi. Ketika parkir, langsung di suruh bayar parkir di awal, dan langsung mematok harga Rp 15.000 (katanya oknum jukir) dan berdalih yang 5000 utk kas kampung. Apakah memang benar tarif parkir di sekitar Mangkubumi segini ya? Mohon di tindak lanjuti dinas terkait.”

Atas nama “kawasan wisata” Malioboro Jogja, tarif parkir lalu melejit sampai 3 kali lipat tarif biasa. Kejadian ini memancing komentar sinis dari para netizen.

Baca halaman selanjutnya: Warga sudah muak. Kapan ada perubahan?

Komentar sinis dari netizen

Membaca kolom komentar unggahan Merap Uncover itu menyenangkan. Kamu bisa mendapatkan gambaran jujur perihal isi hati. Misalnya:

Akun Yoginw: “Percuma up kayak ginian ☺️ semua instansi2 terkair jogja mah udh satu suara dengan ormasnya, jadi ya terima aja. Ga akan di waro.”

Atas nama Sayakenapaya: “Jembod perkoro parkir ra rampung-rampung. Dishub e picek.”

Isi hati Danang Krishardanto: “Bisa lapor ke @humasjogja dan @polresjogja ada nome aduan tentang parkir. Tapi selama ini saya mengadu tidak pernah di respon. No aduan hanya ngo wangun wangun saja.@dishubkotayogya.”

Celetuk Danialhid7: “Pola: ada yg up, trus rame, lalu disidak, tarif parkir normal lagi, keadaan normal, terus ada lagi yg nuthuk. Wis pokmen mbulete ngunu kui 😂”

Sinisme dari Arif.huszein: “Parkir disuruh bayar, pas ada kehilangan/kerusakan bukan tanggung jawab mereka. Terus buat apa bayar parkir?😂”

Komentar di atas itu sudah saya saring dan pilih yang paling lembut dan enak dibaca. Cona saja mampir ke sana kami akan menemukan banyak komentar yang amazing soal betapa payah pemerintah Jogja menangani parkir nuthuk.

Warga lokal saja ikut muak

Wajar kalau banyak wisatawan luar daerah mencoba memaklumi kalau tarif parkir di kawasan wisata Malioboro Jogja itu mahal. Mereka sudah kadung datang. Masak nggak memarkirkan kendaraan? Artinya, mereka nggak punya pilihan lain. Kalau mau murah ya kudu parkir jauh dari titik wisata.

Kondisi ini justru membuat warga lokal ikut muak. Parkir nuthuk itu sama saja dengan parkir liar di mana saja. Mereka membuat konsumen malas dan kapok. Kalau sudah begitu, yang punya usaha pasti menderita. 

Namun, tukang parkir brengsek begini nggak peduli. Kalau sebuah usaha bangkrut, ya mereka tinggal geser ke wilayah lain. Seperti hama pengisap darah, mereka akan meninggalkan korbannya yang sudah mati. Mereka tinggal pindah ke korban lainnya. Dan kerja pemerintah Jogja itu kayak siput. 

Ah, bahkan siput saja lebih cepat jalannya ketimbang Pemkot Jogja untuk mengatasi parkir liar dan parkir nuthuk.

Apa? Pemkot Jogja nggak terima sama tulisan ini? Maju sini, kasih bukti kalau parkir liar dan parkir nuthuk sudah nggak ada di kawasan wisata Malioboro Jogja atau kawasan lainnya.

Kalau saya, atau siapa saja, berhasil menemukan parkir liar dan parkir nuthuk, berarti Pemkot Jogja juga bagian dari masalah ini. Kalau masih mengelak dan nggak peduli, ya berarti tulisan ini sah: kami warga Jogja, sudah muak dengan kejadian yang mencoreng nama baik daerah sendiri.

Payah!

Penulis: Yamadipati Seno

Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Harga Parkir dan Makanan ‘Nuthuk’ di Jogja Adalah Warisan Feodal Paling Ra Mashok dan catatan kemarahan lainnya di rubrik POJOKAN.

Exit mobile version