Saya pikir, ada banyak hal kasat mata untuk menandai sebuah kebodohan, dan bermain hape di dalam bioskop adalah salah satunya.
Rasanya sudah berkali-kali saya menuliskan rasa gemas dan jengkel pada orang-orang yang suka bermain hape saat menonton film di bioskop.
Mangkanya, tiap saya menonton film dan ada orang yang main hape dan kebetulan posisinya dekat dengan kursi saya, maka saya tak segan buat menjawilnya sambil bilang “Mas/Mbak, hapenya tolong dimatikan, mengganggu penonton belakangnya. Kalau mau main hape, di kamar saja, jangan di bioskop.”
Saya selalu susah paham dengan orang-orang yang suka sekali bermain hape di dalam bioskop saat film sudah diputar. Padahal, beberapa bioskop jaringan sudah membikin pengumuman agar penonton tidak bermain hape. Falcon pictures bahkan sempat bikin video ala-ala Dilan tentang tata-tertib menonton film yang mengajak penonton untuk tidak bermain hape karena cahaya dari layarnya bisa menganggu penonton lain.
Nah, kemarin sore, di Platinum Cineplex Artos, gedung film terbaik di Magelang (sebab memang satu-satunya) itu, rasa gemas dan jengkel saya kembali diuji.
Menonton Gundala pukul empat sore, kejenakan saya menonton harus diganggu oleh seorang penonton pria yang saat film diputar justru asyik wasapan.
Dan bedebah, dia wasapan bukan cuma sejenak, tapi lama. Bukan cuma bales chat, tapi bahkan menonton video (atau membuka gambar) yang dikirim via wasap.
Saya tunggu beberapa saat dan dia tidak segera mematikan hapenya.
Kalau posisi pria itu dekat, mungkin sudah saya “tegur” atau yang lebih buruk, saya lempari berondong jagung.
Sayang, posisi dia jauh. Kalau saya nekat menegur dia, takutnya justru saya yang bakal menganggu penonton yang lain.
Emosi saya sudah di ubun-ubun sampai kemudian, dari arah belakang saya, terdengar teriakan “Woooy, hapenya matikan!”
Agaknya bukan saya saja yang emosi. Laksana api tersiram bensin, penonton lain pun langsung ikut mengumpat.
“Dikon metu, wae!”
“Ra nduwe utek!”
“Hapene, Su!”
Saya ikut meneriakinya “Pekok!!!”
Kalis pun tak ketinggalan ikut menimpali “Keluar, keluar!!!”
Kawan saya, Danu, yang mentang-mentang memang seorang penyanyi itu pun tampaknya juga ikut menyumbang suara.
Bajangkrek setan alas, Lelaki yang bermain hape itu agaknya tak sadar bahwa dirinyalah yang sedang diteriaki oleh orang-orang, sehingga ia masih saja asyik bermain hape.
Makian pun semakin keras.
Lelaki di sebelah belakang kanan saya muntab. “Wis goblok, budeg sisan!”
Seseorang kemudian melempar botol aqua ke arah lelaki yang bermain hape, entah kena entah tidak. Kalau tidak kena, tentu saja saya menyayangkan. Tapi kalau kena, ya tetap saja saya sayangkan, sebab harusnya dilempar bukan pakai botol aqua, tapi botol UC 1000 yang kaca itu.
Butuh waktu, ehm, lebih tepatnya, butuh umpatan yang lumayan lama sampai si pria itu sadar dan mematikan hapenya.
Saat film usai dan lampu dinyalakan, sebagian besar penonton yang beranjak menuruni tangga untuk keluar satu per satu menatap sinis pada si lelaki tak tahu diuntung tadi yang masih tetap duduk di kursinya tak berani beranjak.
Setelah hampir semua penonton sudah keluar, barulah Lelaki itu beranjak. Saya ikut keluar.
Lelaki itu berjalan di belakang saya. Saya bilang ke Kalis, “Goblok banget mase mau, wis ngerti neng bioskop, malah wasapan,” kata saya dengan suara yang sengaja saya keraskan agar dia yang berjalan di belakang saya bisa mendengarnya.
Saya yakin, setelah ini, bagi lelaki tadi, menonton bioskop tak akan sama lagi.
Di Magelang, makian kolektif itu memakan korban. Dan saya bahagia sebab menjadi salah satu pelakunya.
BACA JUGA Lima Jenis Orang Goblok yang Bisa Anda Temui di Bioskop atau tulisan Agus Mulyadi lainnya.