Kursi Ditempati Orang Lain di Bus atau Kereta Api adalah Wujud Perampasan - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
Home Pojokan

Kursi Ditempati Orang Lain di Bus atau Kereta Api adalah Wujud Perampasan

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
3 April 2019
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Udah niat-niat beli tiket dan serius milih kursi, eh kok bisa-bisanya itu kursi ditempati orang lain?! Apa, sih, maksudnya???

Sebagai anak perantauan, transportasi umum tentu sudah jadi sahabat saya—setidaknya selama sebulan sekali, atau tiga bulan sekali kalau lagi malas pulang kampung. Paling sering, saya memilih bus atau kereta api untuk pulang ke rumah yang jaraknya sekitar 5-6 jam dari tempat saya bekerja di Jogja.

Sebelumnya, saya pernah berkeluh kesah soal pengalaman pulang kampung di atas bus dan kereta api, serta soal ketidaknyamanan saya kalau harus diajak ngobrol panjang lebar. Karena minggu kemarin saya baru mudik, saya jadi teringat sesuatu yang sebenarnya tak kalah menyebalkan dan terjadi lebih sering dari sekadar diajak ngobrol (kelewat) basa-basi, yaitu…

…kursi ditempati orang lain!!!!11!!1!!!

Gimana, gimana—apakah terasa familiar? Saya rasa, kamu mungkin pernah mengalami ini karena saya pun nggak cuma sekali-dua kali merasakannya. Setidaknya, ada beberapa pengalaman “kursi ditempati orang lain” yang pernah muncul di hidup saya, tapi saya akan membongkar dua di antaranya hari ini.

Baca Juga:

Di Balik Kemudi Bus Eka ‘Belahan Jiwa’, Teman Para Pejuang Rupiah

Lebaran 2022: Menanti Ibu Bertanya Kapan Nikah

Siap-siap! 3,9 Juta Pemudik Bakal Masuk DIY

*JENG JENG JENG*

Bertahun-tahun yang lalu, saya sedang jadi bucin alias budak cinta seorang idol—saya bahkan lupa ini di fase saya mencintai JKT48 atau Super Junior—pokoknya saya harus naik kereta api ke Jakarta sendirian. FYI, itu adalah pengalaman saya naik kereta api sendirian.

Saya menaiki gerbong dengan hati-hati, memastikan saya nggak salah masuk. Di bayangan saya, salah masuk gerbong adalah sesuatu yang memalukan, sama memalukannya dengan mengirim pesan ke WhatsApp gebetan dengan manis, tapi ujung-ujungnya nggak dibalas, padahal tadinya dia yang mulai duluan.

Eh tunggu—itu sih nggak memalukan, itu nyebelin!

Oke, lanjut ke gerbong kereta. Ehem.

Saya sampai bertanya pada seorang penumpang apakah gerbong yang saya lewati ini Gerbong 2, tapi ia bilang saya perlu bergerak satu gerbong lagi ke belakang. Saya manut, hingga akhirnya tibalah saya di gerbong yang dimaksud. Dengan segera, saya mencari kursi yang nomornya tertera di tiket, hanya untuk menemukan fakta bahwa…

…kursi saya sudah ditempati ibu-ibu yang lagi nyuapin anaknya!!!1!!11!!

“Maaf, Bu,” kata saya, “Ibu kursinya nomor berapa, ya? Saya di 9D sini.”

Ibu-ibu tadi menatap saya tak percaya, “Saya ya nomornya di sini, kok.”

Saya menyodorkan tiket, siapa tahu ibu-ibu tadi menduga saya cuma cari-cari alasan biar bisa duduk di sebelah anaknya. “Ini, Bu, saya 9D, dan ini Gerbong 2, kan?”

“Iya.”

Ibu tadi menyuapi anaknya lagi. Saya keki setengah mati. Ini adalah pengalaman pertama saya naik kereta api sendirian dan kenapa kok saya beserta tiket saya harus mengalami krisis identitas tempat duduk begini??? Sungguh absurd!!!

Seorang petugas lewat. Saya towel saja pundaknya dan langsung berkeluh kesah dengan bahasa sehalus mungkin. Biar emosi, saya harus tetap tenang, dong, soalnya saya membawa nama baik Mojok (apaan, padahal dulu Mojok.co aja belum lahir!).

Singkat cerita, kejadian ini nggak berakhir dengan singkat-singkat banget. Ternyata si ibu datang dengan keluarganya yang kursinya nggak jauh dari situ dan mereka…

…salah gerbong.

Hadeh, daritadi saya sodorin tiket, kenapa situ nggak tergerak untuk melakukan hal yang sama, sih, biar bisa sama-sama introspeksi???!!!

Yang lebih menyebalkan dari pengalaman di atas adalah pengalaman kursi ditempati orang lain yang bukan merupakan kesalahan masuk gerbong, melainkan karena si “orang lain” ini memang berniat “merampas” kursi incaran kita. Soal ini, saya sering mengalami saat menaiki bus Efisiensi.

Untuk mendapatkan tiket bus, saya harus menempuh perjalanan cukup panjang dari kosan, baik untuk menuju agen penjemputan atau ke agen pusat Efisiensi di daerah Ambarketawang. Begitu sampai, saya langsung ngibrit ke bagian penjualan tiket untuk memilih kursi.

Iya, saya ulangi: memilih kursi.

Apa artinya? Bagi penumpang seperti saya, pemilihan kursi adalah hal yang mutlak dan penting. Saya suka kursi nomor 21 karena letaknya di pinggir jendela—persis seperti kursi di kereta api di atas, nomor 9D—dan tidak tepat berada di atas roda. Maka, dengan hati gembira, saya menunggu bus datang sambil membayangkan keindahan kursi nomor 21.

Tapi, apa yang terjadi? Waktu saya naik, seorang ibu-ibu sudah duduk manis di kursi nomor 21 saya!!!!11!!!1!!!

“Maaf, Bu,” kata saya lagi, sambil menahan perasaan sebal yang mendadak muncul.

Ibu-ibu ini menoleh.

“Loh, Lia? Mau pulang Cilacap juga? Sini-sini, duduk sebelah Tante. Eh, jangan-jangan ini kursimu, ya? Tante duduk di sini, ya, soalnya pusing kalau nggak di deket jendela.”

Modyar. Ibu-ibu yang mau saya semprot tadi adalah ibu dari sahabat saya. Kalimat semacam “Maaf, Bu, saya butuh kursi di dekat jendela itu. Kalau nggak di dekat jendela, saya bisa muntah” langsung tertahan di tenggorokan.

Saya akhirnya duduk di kursi sebelah—nomor 22—sambil senyum-senyum sopan, tapi hati menangis tak tertahankan. Sepanjang perjalanan, saya memilih tidur dan diam.

Maafin saya, ya, Tante, tapi saya sebel banget hari itu.

Terakhir diperbarui pada 3 April 2019 oleh

Tags: busefisiensi jogja cilacapkereta apikursi ditempati orang lainmerantauMudikpulang kampung
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

Bus Eka "Belahan Jiwa" mojok.co

Di Balik Kemudi Bus Eka ‘Belahan Jiwa’, Teman Para Pejuang Rupiah

16 Mei 2022
Lebaran 2022: Menanti Ibu Bertanya Kapan Nikah MOJOK.CO

Lebaran 2022: Menanti Ibu Bertanya Kapan Nikah

3 Mei 2022
mudik pemudik di Yogyakarta

Siap-siap! 3,9 Juta Pemudik Bakal Masuk DIY

25 April 2022
cerita mudik dan mitos cewek nggak bisa ngerawat motor - oalah

Cerita Mudik dan Mitos Cewek Nggak Bisa Ngerawat Motor

22 April 2022
komunitas edan sepur mojok.co

Komunitas Pecinta Kereta Api, Tak Sekadar Romantisisasi

10 Maret 2022
porter stasiun mojok.co

Potret Para Porter di Stasiun yang Tak Setiap Hari Pulang Bawa Uang

24 Februari 2022
Pos Selanjutnya
cara menurunkan berat badan MOJOK.CO

Cara Menurunkan Berat Badan yang Sehat dan Dianjurkan Dokter

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Hukum Golput di Republik Fatwa

Kursi Ditempati Orang Lain di Bus atau Kereta Api adalah Wujud Perampasan

3 April 2019
Sinar Mandiri melaju di Pantura MOJOK.CO

Melintasi Pantura Bersama Roda Lusuh Bus Sinar Mandiri

21 Mei 2022
makam raja-raja imogiri mojok.co

Mengenang Kebesaran Raja-raja Jawa di Pajimatan

18 Mei 2022
mie ayam om karman mojok.co

Mie Ayam Om Karman, Filosofi Meja Terisi, dan Semangat Perantau Wonogiri

22 Mei 2022
Rahasia Mie Gacoan MOJOK.Co

Rahasia Mie Gacoan Jadi Jagoan Mie Pedas di Jawa dan Bali

20 Mei 2022
Jarang Pulang ke Rumah karena Gampang Mabuk Perjalanan

Ringkasan Cerita ‘KKN di Desa Penari’ buat Para Pemalas dan Penakut

29 Agustus 2019
mie ayam pak kliwon mojok.co

Mie Ayam Pak Kliwon, Kesayangan Anak Teladan

15 Mei 2022

Terbaru

rowo bayu mojok.co

Menelusuri Sejarah Rowo Bayu yang Diduga Jadi Lokasi Asli KKN Desa Penari

24 Mei 2022
Mobil Listrik Makin Nggak Menarik ketika Tarif Dasar Listrik Bakal Naik MOJOK.CO

Mobil Listrik Makin Nggak Menarik ketika Tarif Dasar Listrik Bakal Naik

24 Mei 2022
Ganjar Pranowo

Muncul Sinyalemen Dukungan dari Jokowi, Ganjar Pranowo Nggak Mau Kegeeran

23 Mei 2022
Affandi dalam Pusaran bulan Mei dan PKI

Affandi dalam Pusaran Bulan Mei dan PKI

23 Mei 2022
budi karya sumadi mojok.co

Berhasil Merajut Transportasi Nusantara, Menhub Dianugerahi Gelar Doktor Hc dari UGM

23 Mei 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In