MOJOK.CO – Komentar-komentar yang muncul terkait aksi pembakaran bendera tauhid bukan hanya dari netizen, tapi juga dari elite politik dan tokoh-tokoh penting.
Insiden pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid oleh Banser di Garut Senin (22/10) lalu yang menggegerkan publik kini memasuki babak baru. Setelah menimbulkan kritik dan kecaman, Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengumumkan bahwa pihaknya telah mengidentifikasi identitas pelaku pembakaran bendera tauhid tersebut.
Ditemui di Kantor MUI Pusat, Setyo menjelaskan, “Untuk (informasi mengenai) bendera dari mana sekarang sedang dikejar karena memang yang membawa bendera itu sudah diketahui identitasnya. Polres Garut (dengan) di-back up Polda Jabar sedang melakukan pengejaran.”
Melalui keterangannya, Setyo menjanjikan pihak kepolisian bakal bekerja profesional dengan tetap menerima masukan dari berbagai pihak. Prioritas utama polisi dalam hal ini tetaplah menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
Sungguh bijaksana Bapak Setyo ini: meminta masyarakat bersikap lebih sabar, lalu berjanji pihaknya akan mengusut tuntas kasus ini sampai ke akar-akarnya. Syaratnya cuma satu: tak perlu ada aksi-aksi!
Janji kepolisian ini pun langsung dipenuhi, tidak seperti janji-janji mantan yang palsu dan mambu seperti kotoran: sebuah gelar perkara direncanakan dilakukan dalam waktu dekat dengan mendatangkan saksi berupa ahli tata negara, ahli pidana, dan ahli hukum Islam. Malah, menurut Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna, sudah ada tiga orang yang diamankan terkait kasus ini, meski belum berstatus tersangka.
Gerak cepat pihak kepolisian patut diacungi jempol. Yah mau gimana lagi, peristiwa pembakaran bendera tauhid ini langsung menjadi sorotan massa tanpa ampun. Saking hot-nya, komentar-komentar yang muncul pun bukan lagi sebatas komentar netizen yang kadang pedesnya melebihi ayam geprek level 5, tapi juga komentar-komentar dari elite politik dan tokoh-tokoh penting.
Wakil Presiden kita yang beberapa pekan lalu ‘ketahuan’ joget Tik-Tok bareng cucunya, Jusuf Kalla, juga ikut buka suara. Dengan tegas, JK menyebutkan apa yang sesungguhnya sudah kita baca bersama-sama di paragraf di atas: “Ya itu kan bendera yang menyerupai bendera Hizbut Tahrir, yang ada syahadatnya di situ. Sehingga itu lagi diselesaikan setempatlah di kepolisian setempat.”
Lain JK, lain pula KH Ma’ruf Amin. Sebagai wakil presiden masa depan (kalau terpilih bersama Jokowi di Pilpres 2019 mendatang), beliau menunjukkan sikap penuh hati-hati dan pertimbangan. Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini kemarin Selasa (23/10) mengaku belum mendapatkan konfirmasi mengenai apa yang sesungguhnya terjadi. Kalau-kalau kamu yang membaca artikel ini juga ikut terbingung-bingung seperti Pak Ma’ruf, cobalah cek kronologi pembakaran bendera dulu di laman Mojok. Uwuwu~
“Saya belum dapat konfirmasi sebenarnya, sesungguhnya yang terjadi itu apa. “Karena itu, saya belum bisa memberikan jawaban,” tukas Ma’ruf Amin. Lebih lanjut, dirinya menyebut akan menanyakan kebenaran berita ini pada beberapa pihak, termasuk GP Ansor.
Naaaah, GP Ansor sendiri—yang merupakan induk dari Banser—akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi. Disebutkan, pembakaran sebenarnya dilakukan pada bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dengan satu tujuan: menjaga kalimat tauhid.
Ketum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas yang akrab disapa Gus Yaqut menyatakan bahwa hal ini dilakukan untuk menghindari kalimat tauhid dibuang di sembarang tempat, meski ia pribadi juga mengimbau anggotanya untuk tidak lagi melakukan pembakaran.
Tak hanya GP Ansor, MUI juga akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi melalui Sekjen Anwar Abbas di Kantor MUI. Secara terbuka, Anwar menyebutkan MUI merasa prihatin dan menyesalkan kejadian tersebut karena telah menimbulkan kegaduhan di kalangan umat Islam. Pihak yang melakukan hal ini pun diminta untuk dapat meminta maaf dan mengakui kesalahannya secara terbuka.
Tak lupa, MUI juga mengajak semua pihak untuk menyerahkan masalah ini kepada proses hukum yang berlangsung, serta meminta bantuan ulama dan ustaz agar menjaga suasana tetap dingin dan kondusif.
Sejalan dengan permintaan MUI, Pimpinan Majelis Zikir Az Zikra KH Muhammad Arifin Ilham menuliskan status di akun Facebook pribadinya: “Tetaplah sabar, yakinlah ini bukan gambaran keseluruhan anggota Banser. Alhamdulillah, tadi malam tiga oknum Banser ditangkap dan akan menyusul semua yang terlibat, waspadai provokasi pecah belah.”
Ustaz Arifin Ilham juga menekankan bahwa aksi pembakaran bendera ini justru meningkatkan kecintaan Muslim pada kalimat tauhid—sebuah hikmah yang bisa dipetik sekalipun kita sedang terjatuh dalam kegelapan. Masyaallah~
Saran positif, sementara itu, datang dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Mantan Walikota Bandung ini menunjukkan sikap menyesal terhadap pembakaran bendera tauhid yang menghebohkan publik itu. Menurutnya, PR terbesar bagi kita semua sudah jelas terlihat: jika tidak suka pada sesuatu, belajarlah menyampaikan pesan dengan adab dan cara yang baik.
Lebih menohok lagi, Ridwan Kamil menutup pernyataannya dengan elegan, “Keberadaan kita dilihat dari cara kita menyampaikan pesan dan dilihat cara kita menyelesaikan perbedaan. Sebaiknya yang bersangkutan segera menyampaikan permintaan maaf. Haturnuhun.” Sungguh, sebuah pesan yang kasep!
Tak ketinggalan dari pihak-pihak di atas, calon wakil presiden pasangan Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, juga menjadi sasaran kejaran wartawan untuk dimintai komentar terhadap aksi ini. Namun dengan bijaksana, ia menjawab tegas, “Saya tidak bisa komentar, saya nggak mau menambah panas suasana. Semua cool saja, tetap tenang.”
Saran Sandi agar kita semua dapat bersikap cool seolah berbanding lurus dengan pernyataan dari Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Mardani Ali Sera. Dalam sebuah kesempatan, Mardani meminta para elite politik untuk tidak membuat komentar apa pun soal pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid oleh Banser di Garut tersebut. Bahkan, ia meminta kader-kadernya di PKS untuk tidak angkat bicara.
“Kalau dari PKS, saya tegaskan untuk tidak memberikan komentar. Saya berharap semuanya tidak memberikan komentar. Saya sampaikan, bahwa ini adalah hal yang salah. (Pelaku agar) minta maaf dan akan segera diproses, dan umat tenang kembali,” tuturnya. Lebih lanjut, Mardani mengimbau para elite politik berkumpul dan membuat solusi, alih-alih memberi komentar.
Meski dalam topik politik segala hal bisa jadi sangat panas dan menyebalkan, rasa-rasanya kita perlu sepakat untuk mendinginkan suasana menghadapi peristiwa pembakaran ini. Bagaimanapun sakit hatinya, menyerahkan proses hukum pada pihak yang berwenang adalah pilihan yang terbaik. Tak perlu ngoyo pakai aksi-aksi balasan—seperti kata Sandiaga Uno, semoga kita semua tetap bisa cool bersama-sama.