Kalau Tik Tok Goblok, Memangnya Instagram dan Twitter Nggak?

MOJOK.CO Kok seenaknya saja menyebut Tik Tok goblok? Memangnya kamu pikir medsos lainnya jenius semua? Kamu yakin mereka bukan aplikasi goblok serupa?

Hai, nama saya Tik Tok. Saya kira semua orang mencintai saya, sampai suatu hari saya tiba-tiba diblokir oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika di Indonesia.

Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, alasan diblokirnya saya hanya satu, tapi berdampak luar biasa besar: saya mengandung banyak konten negatif, terutama bagi anak-anak. Berbagai pelanggaran dan pengaduan yang masuk ke pihak Kominfo juga mendasari keputusan ini.

Sebelum ramai berita pemblokiran, saya sendiri telah dihina sebagai aplikasi yang identik dengan kebodohan. Aplikasi goblok, Tik Tok goblok, begitu katanya.

Entah siapa yang memulai, tapi rasanya sakit, tahu nggak????!!!

Saya lahir dengan kelebihan yang mungkin tidak dimiliki Facebook, Twitter, Path, atau Instagram. Mirip-mirip dengan Snapchat dan Instagram Story, saya memiliki efek tambahan dan filter saat digunakan untuk merekam video. Malah, saya menawarkan yang lebih menarik: pengguna bisa menambahkan musik dan beraksi lypsinc ala Sinta dan Jojo, serta terlihat lebih mulus dan lebih tirus—semuanya dalam 5 level berbeda!

Yang menjadi masalah, lama-lama lahirlah pengguna Tik Tok goblok yang hadir dengan sangat annoyingbergoyang-goyang tak tahu arah, tak kenal tempat, bahkan tak kenal situasi. Memang, ada yang nge-dance di ruang latihan, eh tapi ada juga yang malah nyanyi-nyanyi di depan jenazah kakeknya dan juga berjoged di…

…masjid.

Sayangnya, meski si pemilik akun joged-joged dengan mukena itu dihujat, saya juga ikut dibantai. Padahal, salah saya apa, sih? Saya kan memberi fasilitas yang sama untuk semua pengguna. Keputusan bagaimana fasilitas saya dipakai adalah pilihan bebas oleh seluruh pengguna seutuhnya.

Lagi pula, FYI aja, Tik Tok goblok ini nggak beda-beda banget sama media sosial lain. Nggak percaya?

Banyak orang menghina-hina saya karena ada banyak orang alay di Tik Tok. Penggemarnya pun banyak, meski isi konten yang ditawarkan sama sekali tak mendidik.

Loh, loh, memangnya hal ini tidak kamu temukan juga di Instagram? Selebgram-selebgram yang bergaya jauh dari usia seharusnya, berpose seksi, hingga akun fitnah, hoaks, dan penyebar kebencian—ada berapa banyak di Instagram?

Sebagai pengingat, akun-akun tanpa nama di Instagram pun bertebaran; tanpa foto profil, tanpa mengunggah apa pun, mem-follow banyak akun gosip dan artis, lalu menebar komen-komen buruk seenaknya tanpa pandang bulu. Kejam!

Bukan cuma itu saja: Instagram pun memantik pertikaian melalui fitur-fiturnya. Yang terbaru, ia merilis fitur stiker Ask me a question yang menimbulkan dua kubu berlawanan di antara penggunanya. Belum lagi, IGTV yang dimilikinya tampak tak lebih dari semacam Instagram Story versi panjang yang mengganggu~

Nah, kenapa sih sikap-sikap Instagram ini malah tak membuatnya dinobatkan sebagai aplikasi goblok yang sesungguhnya?

Harus diakui, beberapa video yang lahir dari diri saya—Tik Tok—memang cukup bikin geleng-geleng kepala karena tidak berfaedah. Tapi, apakah selfie-selfie yang kamu unggah di Path sambil nge-tag lokasi yang berupa kafe mewah dan mahal itu berfaedah? Kenapa pula kita harus tahu kapan kamu tidur dan kapan kamu bangun?

Saya juga disebut memiliki banyak konten negatif. Hal ini tidak bisa saya bantah, tapi setidaknya bisa saya tambahkan: Kominfo pernah mencatat adanya 524.834 akun berisi konten negatif yang ditemukan dari 11 media sosial yang ada di Indonesia.

Nah, coba tebak, platform mana yang punya paling banyak akun negatif?

Iya, benar: Twitter!

Dengan 521.530 akun bermuatan negatif yang dimiliki Twitter, kenapa Twitter tidak repot-repot disebut sebagai aplikasi goblok? Apakah karena Twitter tidak berakhiran “-ok” seperti saya sehingga tidak berima?

Jangan lupakan lestarinya SJW yang kerap berujung debat kusir di Twitter. Saling rayu dan menghujat pun dilakukan sampai ke pesan pribadi di sana. Yang tak kalah fenomenal, pengguna Twitter menulis apa pun yang mereka anggap menarik hanya demi mendapat retweet ribuan.

Yah, di Twitter, orang-orangnya dikit-dikit bikin thread. Bahkan, bohong-bohong dikit pun dilakoni demi bahan cuitan yang menarik engagement. Hadeeeh~

Well, hal ini adalah suatu ketidakadilan yang membuat saya bingung dan galau sendirian. Hingga pada akhirnya, di suatu hari yang cerah, saya melakukan introspeksi diri. Saya melakukan scroll di sepanjang laman utama saya.

Di titik tertentu, saya menemukan sebuah unggahan video dengan caption yang tidak asing kita temui di platform lainnya, termasuk Instagram, Twitter, hingga Facebook yang isinya bapak-bapak dan ibu-ibu:

“LIKE dan COMMENT ‘AMIN’ di sini supaya kamu masuk surga. Jika diabaikan, ibumu akan masuk NERAKA!!!”

Iseng, saya menyelami diri sendiri dan melihat komentar yang masuk. Total, ada 5 ribuan komen yang isinya sama: “AMIIIIINNNN!!!”

Iya, ini saya nggak bercanda.

Mendadak, saya sakit kepala ibarat di-tetew mendadak. Kayaknya, yang goblok bukan hanya saya, melainkan seluruh platform media sosial di dunia ini.

Yang lebih goblok lagi, masih ada saja orang yang memakai jasa-jasa kami.

Exit mobile version