MOJOK.CO – Atta Halilintar baru saja bertemu Ma’ruf Amin. Dua sosok beda generasi ini katanya punya satu kesamaan tentang Indonesia. Kalau Atta diminta jadi penasihat Jokowi, dia punya program kerja apa aja, ya?
Cawapres Ma’ruf Amin meng-upload fotonya bersama Atta Halilintar di akun Twitter-nya kemarin (13/03). Hal serupa juga dilakukan oleh Atta di akun Instagram miliknya. Dari tweet yang disampaikan oleh Ma’ruf Amin, mereka memang sempat bertemu di Rumah Situbondo, Jakarta Pusat, pada Selasa (12/03). Keduanya tampak—lumayan—akrab dengan warna baju yang selaras. Tangan kanan Atta memeluk Ma’ruf Amin dan tangan kirinya mengepal.
Sementara Ma’ruf Amin mengancungkan jempol kanannya. Nah, pose jempol Ma’ruf ini menjadi pertanyaan saya. Apakah pose ini artinya sekalian kampanye Goyang Jempol Jokowi? Ataukah sekadar pose jempol yang dilakukan bapak-bapak pada umumnya? Hanya Tuhan dan Ma’ruf Amin yang tahu.
Di Twitter-nya, Maruf Amin mengungkapkan bahwa dirinya, Jokowi, dan Atta, memiliki satu kesamaan, yaitu optimisme pada masa depan Indonesia. Tidak cukup sampai di situ, beliau juga memuji Atta—yang subscriber YouTube-nya udah 12 juta—sebagai contoh anak muda yang dapat mengotimalkan ekonomi kreatif di era digitalisasi.
Selain itu, Ma’ruf juga mengungkapkan, ”InsyaAllah ke depannya, Indonesia menjadi inkubator bagi tumbuhnya embrio-embrio ekonomi kreatif berbasis digitalisasi media.”
Wah, kalau ke depannya memang menginginkan Indonesia sebagai tempat tumbuhnya embrio ekonomi kreatif berbasis digital. Apalagi ternyata Atta sendiri sudah digadang-gadang sebagai salah satu contoh anak muda yang telah sukses menerapkan hal tersebut. Sepertinya ada kemungkinan, jika Jokowi-Maruf terpilih nanti, Atta menjadi salah satu ‘penasihat’ dalam pemerintahan Jokowi yang ngurusi bidang yang ada hubungannya dengan ekonomi kreatif dan digital-digitalnya ini.
Kalau memang nantinya itu betul-betul terjadi, kami coba menerka-nerka. Kira-kira apa sajakah program yang bakal diusulkan oleh Atta Halilintar untuk pemerintahan Bapak Jokowi.
Pertama, sebagai sosok yang memang fokus menghidupi YouTube-nya hingga menjadi orang pertama di Asia Tenggara yang mendapatkan subscriber lebih dari 12 juta. Tentu saja, Atta Halilintar pasti sudah paham betul tentang lika-liku platform ini. Bagaimana mengoptimalkan penggunaannya, dan sebagainya, dan sebagainya.
Oleh karenanya, tidak mengherankan jika Atta Halilintar bakal mengusulkan program pelatihan jadi Youtuber. Tidak hanya sekadar ngasih tahu caranya bikin konten yang clickbait, tapi juga yang punya engagement dengan subscriber-nya. Siapa tahu kalau suatu saat nanti, negara ini juga berkeinginan bikin akun YouTube. Misalnya dengan headline konten yang pakai ‘terkuak-terkuak’. Seandainya subscriber-nya bisa jutaan, dan durasi nontonnya lama, pastinya ini menjadi alternatif usaha untuk menambah devisa negara yang lumayan. Iya, lumayanlah, siapa tahu bisa bantuin buat biayain ngisi-ngisi konten di websitenya resolusimental.go.id.
Kedua, masih tentang hal-hal yang ada bau-baunya dengan menjadi Youtuber. Untuk menjaga semangat para Youtuber dalam berkarya serta menambah subscriber. Serta tidak putus asa dan menyerah begitu saja ketika mendapatkan komentar-komentar jahat dan negatif dari netizen. Maka perlu ada program lanjutan. Misalnya, mengadakan program kartu sakti yang memberikan tunjangan per bulan. Khusus untuk Youtuber yang subscriber-nya sudah mencapai 10 juta. Haqqul yaqin, hal ini memunculkan semangat juang untuk bikin konten yang semakin kreatif. Ya, setidaknya cukup kreatif bikin orang geleng-geleng kepalalah.
Ketiga, dari kebahasaan, Atta Halilintar juga bisa menjadi salah satu duta yang dikasih mandate untuk mensosialisasikan bahasa slang terkini. Transfer learning tentang kebahasaan ini ternyata sangat penting. Supaya nggak di-bully ataupun diasingkan dalam pergaulan karena nggak tahu kata bucin. Supaya tidak terjadi gap bahasa antar generasi. Adanya gap bahasa dalam komunikasi sehari-hari, tentu saja bikin flow obrolan jadi kurang mantap. Ataupun jadi kurang memahami satu sama lain. Lebih jauh lagi, bisa mengikis keakraban karena komunikasi yang terjalin lebih banyak loading-nya.
Keempat, kita tentu tidak lupa tentang bagaimana Atta Halilintar sukses mengelabuhi orang lain dengan penyamarannya yang sungguh cerdas. Tidak hanya cerdas, tapi Atta juga totalitas dalam menyamar. Lihat saja bagaimana prank-nya yang dandan jadi gembel di Bali. Dia bahkan rela-rela saja badannya gatel-gatel dan merah-merah karena mengenakan langsung baju yang dibeli dari toko baju bekas—atau kalau di sini dikenal awul-awul.
Bagaimana? Kurang totalitas apalagi, coba? Jika jiwa-jiwa semangat dalam menyamar yang dimiliki Atta ini juga dimiliki oleh generasi muda yang lain. Tentu saja, ini menjadi salah satu alternatif cara untuk berlatih menjadi badan intelijen negara yang mumpuni. Pasalnya, semua harus belajar pada Atta. Kalau memang pengin menyamar, usahanya nggak boleh nanggung-nanggung.
Hmmm, ternyata sungguh banyak betul kemampuan yang dimiliki Atta Halilintar dan bisa sangat bermanfaat jika dibagi. Sepertinya, Jokowi dan Ma’ruf Amin, memang sudah memikirkan dengan matang-matang, memilih menggandeng Atta sebagai salah satu role model tokoh yang sukses membangun ekonomi kreatif di era digital. Lha gimana, je, skill-nya memang tidak perlu diragukan lagi: yang ada malah bikin iri.