MOJOK.CO – Kalau kamu punya teman tukang cepu artinya dia bukan teman. Saatnya menemukan ular lalu mengembalikannya ke hutan.
Saat kecil, perbuatan cepuin teman sekelas yang berisik ke guru bisa jadi sebuah aksi heroik. Rasanya kita bisa tampil di depan guru sebagai murid baik-baik yang kontra dengan murid nakal. Sayangnya, kalau cepu terus-menerus bahkan sampai hal nggak penting aja ngomong ke guru, ini bisa jadi perbuatan yang amat mengganggu. Dan, seiring bertambahnya usia kita akan semakin paham bahwa melakukan tindakan cepu artinya sedang melakukan tindakan ikut campur urusan orang yang seolah-olah dimaksudkan buat “cari muka” doang.
Buat yang belum paham konteks, orang yang suka cepu artinya mereka yang suka mengadu ke orang yang lebih dewasa atau orang yang punya otoritas lebih luas perihal kelakuan orang lain. Dalam bahasa Jawa, ada yang bilang wadulan. Misalnya saja nih, saya lagi jalan-jalan sama gebetan yang ternyata si gebetan kakak dari teman dekat saya sendiri. Tiba-tiba si bocah tukang cepu lalu mengatakan ini kepada orang tua gebetan saya sekaligus adiknya. Padahal, si tukang cepu juga nggak benar-benar mengerti apakah kami sudah resmi pacaran atau belum. Tujuan dia mengadu ya cuma biar dia dianggap pahlawan aja, cari muka, nggak lebih.
Beberapa waktu yang lalu, banyak netizen yang juga meresahkan hal ini. Teman yang tukang cepu di mana-mana memang suka bikin emosi. Iya sih, memang perbuatan orang yang dicepuin itu kadang terasa salah di mata temannya sendiri. Sehingga si teman cepu ini kemudian melaporkannya ke orang tua. Tapi, apa nggak bisa diselesaikan antarteman dulu nih? Kalau melebar ke orang di luar lingkar pertemanan, takutnya bisa lebih runyam.
Lagi pula, kita nggak pernah benar-benar memahami bagaimana hubungan seseorang dengan orang tuanya sendiri. Beberapa mungkin punya hubungan keluarga yang sehat, tapi beberapa lainnya justru toksik. Apakah si teman tukang mengadu itu nggak tahu ya bahwa perbuatan cepu artinya sedang OTW menghancurkan teman sendiri? Yang kayak gini menyebalkan banget, seperti ular yang sangat berbisa suka memangsa.
Belum lagi si tukang cepu yang nggak sekadar ngasih laporan, tapi nambah-nambahin omongan nggak perlu. Ini mah bukan sekadar cepu, jatuhnya justru jadi fitnah. Kalau kata orang zaman dulu, mendingan nggak usah terlalu banyak ngomong kalau menceritakan orang lain. Manusia itu kalau menyampaikan omongan suka ditambah-tambahin, kalau masalah uang suka dikurang-kurangin. Makanya, daripada fafifu wasweswos ke orang tua teman, ngadu keburukan dan aib teman, mendingan diam. Duduk manis dan selesaikan masalah pertemanan tanpa terlewat batas.
Sayangnya yang bikin tambah gmz, si tukang cepu hobi berdalih bahwa tindakan yang ia lakukan demi kebaikan. Terkadang mereka pun punya kata-kata manis, “Kalau aku nggak sayang kamu, aku nggak akan peduli. Tapi, aku sayang kamu jadi orang tuamu harus tahu.” Hadeeeh.
Teruntuk tukang cepu di luar sana yang mulutnya ember dan suka mengadu. Kalau kalian memang benar-benar sayang teman, artinya kalian juga nggak akan sembarangan menjerumuskan teman ke jurang permasalahan yang lebih runyam. Mbok ya diomongin baik-baik dulu sebagai teman, masalahnya diselesaikan dulu. Nggak perlu bertindak melebihi porsimu sebagai teman, sebab bagaimanapun, hidup teman yang kamu cepuin itu ya miliknya sendiri.
Maka dengan mantap, saya sarankan buat kamu yang menemukan teman-teman berpotensi jadi tukang cepu. Silakan berburu ular di lingkar pertemanan kalian. Cepu waktu kecil mungkin bisa dimaafkan, tapi kalau penyakit ini dipelihara sampai dewasa, ya nggak baik. Menjadi dewasa bukan artinya menjadi tua dan mengabaikan nilai-nilai moral yang diajarkan sejak kecil. Menjadi dewasa dan memutuskan tidak cepu artinya bisa memilah tindakan mana yang tepat dan tidak tepat dilakukan dalam menghadapi masalah. Lagian “kebenaran” aja definisinya kadang nggak mutlak kok, apalagi “kesalahan”. Bagi tukang cepu, kesalahan teman yang layak dilaporkan ke orang lain itu mungkin tampak keliru menurut perspektifnya, tapi nggak selamanya bisa dihakimi sepihak begitu. Apa salahnya diomongin baik-baik.
Mendingan mulai sekarang direvisi lagi deh lingkar pertemananmu. Kalau sampai ada ular berbisa, tinggalkan saja. Nggak usah diajak main. Memelihara tukang cepu artinya memelihara racun yang bakal menghancurkan pertemanan kalian sendiri. Mereka adalah orang-orang yang nggak menghargai pilihan hidup teman dan kadang kelewatan melanggar privasi. Dalihnya sih sayang teman, kenyataannya sok paling tahu yang terbaik.
BACA JUGA Jumlah Teman Semakin Sedikit Bukan Akhir dari Dunia dan artikel AJENG RIZKA lainnya.