MOJOK.CO – Terpilih menjadi salah satu bridesmaids teman yang akan menikah itu bikin bangga: karena kita dianggap penting di hidupnya. Tapi, ada harga mahal yang harus dibayar untuk itu.
Dipilih menjadi salah satu bridesmaids oleh seorang sahabat kita yang bakal menikah, sering kali terasa membanggakan. Rasanya, kita secara “jelas” dianggap menjadi salah seorang teman terdekatnya sehingga menjadi penting untuk menemani di pelaminan. Meskipun kalau ditilik sejarahnya, soal bridesmaids ini sebetulnya juga bukan kebiasaan orang Indonesia. Lha wong kita kenalnya pager ayu dan pager bagus~
Akan tetapi, peduli amat apa kata orang soal seharusnya-seharusnya. Intinya, kalau ada temen yang mau nikah terus kabar-kabar ngajakin kumpul, uh, ada rasa senang. Selain senang karena si teman kita ini akhirnya menemukan tambatan hatinya (halah, tambatan), kita juga senang karena secara nggak langsung undangan ngajak kumpul tersebut men-declare kalau kita memang orang penting di hidupnya. Siapa sih, yang nggak seneng kalau dianggep penting sama orang lain? Perasaan dibutuhkan itu dibutuhkan, tauk!
Saat acara kumpul-kumpul tersebut, biasanya kita bersama teman-teman yang lain—kalau nggak males—bakal menyiapkan kejutan cantik yang disebut sebagai bridal shower. Acara yang biasanya mengeluarkan gocek nggak sedikit ini seolah-olah harus dilakukan. Nggak tahu buat apa, yang penting dilakukan. Biar si calon pengantin merasa diperhatikan. Ataupun biar terlihat akrab satu sama lain dan bisa jadi konten untuk di-upload di Instastory.
Hmmm, kalau ada foto yang kitanya cantik maksimal, bolehlah di-upload di Instagram. Fyi aja, ini kebutuhan. Nggak mungkin follower akan bertambah, kalau postingan kita nggak muncul di explore mereka.
Di acara kejutan kecil-kecilan ini, biasanya si calon pengantin bakal bawa bingkisan yang isinya kain beserta gambar desain baju yang disarankan plus kartu ucapan yang (((seringnya))) tertulis, “Now, I found my man but I still need my girls. Will you be my bridesmaids?”
Bodo amat sama temen yang udah nggak girl tapi tetep diajakin lewat kartu ucapan tersebut. Yang terpenting, momen ini bikin kita jadi terhura-hura. Dan menjadi penting bagi orang lain ini lagi-lagi harus difoto dan di-share, biar semua orang tahu!
Namun, setelahnya yang sering kali tidak disadari, diam-diam pemberian kain ini menyimpan kegalauan di diri masing-masing calon bridesmaids, “Asem, dikasih kain lagi. Duh Gusti…”
Mohon maaf, nih. Bukannya apa-apa, pemberian kain ini selain menyenangkan juga menyimpan huru-hara. Karena, kalau dikasih kain itu artinya kan kita harus jahitin biar jadi baju nan aduhai saat hari pernikahan si teman kita nanti, kan? Kalau nggak dijahitin, kan nggak enak sama yang ngasih? Lha kalau dijahitin, itu artinya ada gocek yang harus dikeluarkan lagi? Bukankah begitu?
Oke, ini masih soal baju seragam bridesmaids-nya. Belum pernak-pernik yang lainnya.
Baju udah kece, nggak mungkin dong kalau mukanya polosan? Apalagi temen-temen yang lainnya pada terlihat cantik dan mempesona. Masak kita harus terlihat kucel pas sesi foto bareng? Kalau kayak gini kan nggak ada bagus-bagusnya buat di-upload di media sosial, yak? Apa kata teman-teman gayeng-ku nanti? Masak muka hasil wudhu pakai skincare berbulan-bulan ini nggak kelihatan bersinar di foto dan video cinematic—meski hanya muncul dua detik—itu? Jadi, harus ada dana yang rela dikeluarkan untuk jasa makeup yang ahli bikin wajah flawless.
Tidak cukup fokus soal penampilan muka kita saja, Maemunah. Sebagai bridesmaids, memberi kado untuk si pengantin, juga jangan sampai terlewatkan. Apalagi sekarang, sudah nggak zamannya ngasih kado yang sok surprise-surprise-an. Sebaliknya, menjadi biasa saja kalau si pengantin ditanya langsung dengan teramat jelas, “Kamu pengin dikado apa?” Dan menjadi wajar-wajar saja kalau si pengantin dengan tanpa rasa sungkan bakal menjawab, “Mau teflon keramik sama microwave aja.” (((aja)))
Coba bayangkan, berapa budget yang harus kamu keluarkan (((lagi))) untuk si kado ini. Meskipun hasil urunan teman-teman seper-pertemanan sehat, tetap saja kalau dibagi biayanya masih cukup untuk biaya bensin sebulan atau ngelaundry dua bulan.
Oke, acara bridal shower sudah, penampilan sudah, kado untuk pengantin juga sudah. Tapi tidak itu saja biaya yang harus kita keluarkan untuk sebuah acara pernikahan teman dekat yang kadang sayang tapi kadang menyebalkan ini. Kalau kalian sudah hidup di kota yang berbeda, maka jangan lupakan biaya transportasi dan penginapan untuk penghelatan akbar ini. Apalagi, kita tahu, Saudara-saudara, biasanya acara-acara semacam ini akan diselenggarakan di hari weekend. Itu artinya, selain mungkin harus berdesak-desakan di perjalanan, tentu saja, harga transportasi dan penginapannya ini masuk dalam high season. Alias: mahal amat, Maemunah!!1!11 Tabungan untuk menengok orang tua di kampung halaman, jadi harus kepakai terus kalau kayak gini~
Meskipun untuk menjadi bridesmaids kita harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Tapi kita juga nggak bisa begitu saja dengan mudahnya mengabaikan undangan mereka. Yang namanya hidup di tengah masyarakat, ada dana sosial yang memang harus dianggarkan. Meski ironisnya, jadi menggagalkan tabungan kita untuk dana darurat dan dana lainnya. Bahkan nggak sedikit yang harus dibela-belain dengan ber-hu-tang. *dikasih tanda strip biar ada efek dramatis.