Ironi PA 212 yang Sebut Pengkritik Anies Tak Bisa Move On tapi Tetep Demo Ahok

MOJOK.CO – PA 212 sebut pengkritik Anies udah hilang akal sehat karena nggak bisa move on. Padahal beberapa hari sebelumnya, mereka juga masih suka aja demo Ahok.

Wajar rasanya kalau banyak pihak melempar kritik ke Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, karena masalah banjir Jakarta jilid dua belakangan ini.

Bukan, bukan semata-mata karena perbedaan pilihan politik aja, melainkan karena banjir yang terjadi dari 25-26 Februari di beberapa titik di Jakarta itu seharusnya bisa lebih diantisipasi karena banjir yang sama udah terjadi dua bulan sebelumnya.

Kesibukan Anies yang malah berkutat soal pemugaran kompleks Monas dan kengototan menyelenggarakan Formule E benar-benar jauh panggang dari api.

Saat musim hujan dan laporan BMKG yang sudah mewanti-wanti curah hujan bakalan tinggi, lah kok Anies malah memugar beberapa pohon-pohon di taman Monas. Ibarat fardhu kifayah di depan mata tampak, tapi fardhu ‘ain di pelupuk mata tak tampak.

Namun, bisa jadi sebenarnya bukannya Anies nggak antisipatif dengan banjir, melainkan barangkali beliau cuma ingin mempertontonkan balapan mobil Formula E juga bisa lho tetap melaju meski berada di atas genangan air.

Masalahnya, Persaudaraan Alumni (PA) 212 tidak melihat kritik bertubi-tubi itu sebagai sesuatu yang penting untuk kinerja Anies Baswedan ke depan. Dengan sikap yang berapi-api, Novel Bamukmin, Ketua Media Center PA 212 menilai kalau para pengkritik Anies itu udah kehilangan akal sehatnya.

(((KEHILANGAN AKAL SEHATNYA)))

Kata Novel Bamukmin ketika diwawancarai Tagar.id, “Saya melihat mereka yang menyerang Anies Baswedan dalam masalah banjir sudah hilang akal sehatnya. Sakit hati yang sangat mendalam. Sampai saat ini belum move on.”

Tentu saja pernyataan ini tak salah-salah amat. Sebagai salah satu kelompok yang sangat mendukung Anies Baswedan dalam Pilgub DKI 2017 sampai dengan—mungkin—Pilpres 2024 nanti, PA 212 pantas merasa gerah dengan berbagai kritik tajam yang dialamatkan ke gubernur pilihan mereka.

Apalagi hasil survei Media Survei Nasional (Median) menyebutkan bahwa pendukung Gerakan 212 atau PA 212 lebih memilih Anies Baswedan ketimbang Prabowo Subianto untuk jadi presiden selanjutnya.

Alasannya, karena Anies dinilai lebih bisa dekat dengan ulama dan tutur katanya jauh lebih santun ketimbang Pak Prabowo. Meski ya kita semua tahu, hal ini sebenarnya lebih disebabkan karena Pak Prabowo udah jadi fren sama media Pak Jokowi aja sih.

Selain itu, kalau mau dilihat-lihat lagi, beberapa pengkritik Anies memang muncul dari kelompok yang dianggap “musuh” oleh PA 212.

Kritik dari Menteri PUPR misalnya, kan jelas itu menterinya Pak Jokowi. Lawan politik dong jelas. Atau kritik dari Ketua DPRD DKI Jakarta, yang menyesalkan pengurangan anggaran untuk pasukan oranye dan pasukan biru. Sosok yang merupakan politisi dari PDIP. Lawan politik juga.

Artinya, kalau tuduhan “mereka yang menyerang Anies Baswedan” ini adalah soal beda kubu politik dan tak murni benar-benar mengkritik dengan tulus, ya tudingan ini nggak salah-salah amat dong.

Cuma ini yang rada bingung masyarakat. Kalau bener-bener PA 212 menyalahkan hanya-pihak-yang-belum-bisa-move-on-yang-mengkritik-Anies lalu ketika massa aksi PA 212 bikin demo menuntut Ahok mundur dari kursi Komisaris Utama Pertama itu namanya apa dong? CLBK?

“Kami minta dalam satu bulan, Ahok mundur dari Komisaris Utama Pertamina,” kata Marwan Batubara, salah satu orator aksi massa PA 212 pada Jumat, 21 Februari lalu.

Alasan Marwan, PA 212 tak rela Ahok menjabat sebagai komisaris karena Pertamina itu adalah perusahaan rakyat. Padahal menurut Marwan, Ahok ini terlibat banyak korupsi ketika menjabat sebagai gubernur.

Weleh, weleh, tudingan yang sangat serius ini.

Mungkin PA 212 bukan bermaksud untuk nggak move on dari Ahok. Meski kesan yang muncul kayak gitu. Kayak mau di mana pun Ahok berada, dikejar-kejar aja terus. Kayak maling jemuran yang belum ketangkep gitu kesannya.

Diadili udah, didemo berjilid-jilid udah, dipenjara udah, mau jadi komisaris BUMN pun masih aja disuruh mundur. Dendam soal kasus penistaan agama untuk Ahok kok kayak nggak ada kelar-kelarnya yak?

Namun, sebagai kelompok murni yang menjunjung agama dengan cara lemah lembut nan santun, anti-SARA, dan anti-kekerasan, tak mungkin dong PA 212 juga sama-sama nggak bisa move on. Masak iya, sekelas mereka nggak bisa move on sih?

Kan nggak mungkin Novel Bamukmin bilang pengkritik Anies itu kehilangan akal sehatnya karena nggak move on dari Pilgub 2017, sedangkan kelompoknya sendiri jebul jauh lebih tidak move on karena masih aja doyan demo Ahok?

Walah, bakal jadi terpercik air kencing kena muka sendiri alias jarkoni dong namanya.

Soalnya kalimat Novel Bamukmin ini bisa saja dibalik dengan cara yang sangat paripurna oleh lawan politiknya. Misalnya…

“Saya melihat mereka yang menyerang Ahok sebagai Komisaris Utama itu sudah hilang akal sehatnya. Sakit hati yang sangat mendalam. Sampai saat ini belum move on.”

Ealah, kalau dibalik gitu kok jadi kelihatan kalau ternyata PA 212 dan pengkritik Anies sama-sama nggak bisa move on. Ya udah deh, mending kalian jadian aja napa sih? Pake kode berjilid-jilid segala lagi.

BACA JUGA Kejeniusan Anies Baswedan di Balik Anggaran Formula E Lebih Besar dari Anggaran Banjir Jakarta atau tulisan rubrik Pojokan lainnya.

Exit mobile version