MOJOK.CO – Masyarakat butuh hiburan agar imun bisa terjaga. Kuncinya adalah menjaga agar masyarakat tetap bahagia.
Kabar “menggembirakan” datang dari dunia hiburan tanah air. Pemerintah dalam waktu dekat berencana memberikan izin untuk membuka kembali bioskop.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan bahwa pembukaan bioskop bisa menjadi hiburan bagi masyarakat dan berdampak pada menguatnya imun.
“Perlu kami sampaikan, bahwa bioskop dan sinema memiliki karakteristik penting dan kontribusi penting, terutama dalam memberikan hiburan kepada masyarakat, karena imunitas masyarakat bisa meningkat karena bahagia, atau suasana mental fisik dari penonton dan masyarakatnya juga ditingkatkan,” terang Wiku.
Pernyataan Bapak Wiku tentang kebahagiaan dan imun ini tentu saja harus diperhatikan. Sebab ia bisa menjadi momentum penting bagi pemerintah untuk melakukan kebijakan-kebijakan lain terkait pandemi covid-19 di masa mendatang.
Dengan menggunakan logika kebahagiaan dan imun yang disampaikan oleh Bapak Wiku, maka sejatinya pemerintah bisa melakukan banyak hal dalam rangka mengendalikan pandemi covid-19 melalui peningkatan imun masyarakat berbasis kebahagiaan.
Mengizinkan masyarakat untuk menyelenggarakan jathilan, dangdutan, dan event masyarakat lainnya.
Kalau hanya bioskop saja yang diperbolehkan, maka bukan saja imun yang akan meningkat, melainkan juga kesenjangan dan keirian masyarakat menengah ke bawah, sebab buka atau tidak, mereka memang tidak pernah menyambangi bioskop.
Oleh karena itu, agar ketahanan imun masyarakatnya merata, maka bukan saja bioskop yang harus diperbolehkan, melainkan juga wahana hiburan-hiburan lain seperti jathilan, dangdutan, campur sarian, dll. Tentu saja dengan tetap menggunakan embel-embel kata ajaib “dengan memperhatikan protokol kesehatan”.
Memangnya panitia jathilan atau dangdutan itu bisa menjamin penerapan protokol kesehatan? Kalau soal itu, biarlah waktu yang menjawab. Toh selama ini juga belum terbukti pengelola bioskop bisa menjamin penerapan protokol kesehatan untuk para pengunjungnya. Wong melarang pengunjung yang bawa anak kecil dan menonton film yang ratingnya dewasa saja pengelola bioskop nggak becus kok, apalagi menjamin jaga jarak. Mereka cuma becus mengawasi pengunjung yang bawa makanan dari luar.
Ingat, yang penting masyarakat (menengah ke atas) bahagia, imun terjaga.
Iman, imun, aman. Itu kuncinya.
Memberikan subsidi sepeda untuk warga yang kurang mampu
Kita semua tahu, di masa pandemi ini, orang-orang jadi giat bersepeda. Bersepeda menjadi aktivitas pelarian bagi banyak orang yang mungkin sudah bosan berdiam diri di rumah. Sepeda menjadi semacam gaya hidup serta sarana olahraga alternatif.
Jumlah pesepeda yang lalu lalang di jalanan semakin banyak. Toko-toko sepeda ketiban pulung. Penjualan sepeda naik pesat. Dari sepeda paling murahan yang sadelnya keras seperti bangku SD Inpres, sampai sepeda super mahal yang dengan melihat jeruji rodanya saja sudah cukup untuk membuat orang bergaji pas-pasan langsung minder dan lebih memilih membeli gerobak celeng saja.
Nah, usut punya usut, ternyata banyak masyarakat yang tak bisa menggeluti hobi ini karena tak punya sepeda, atau setidaknya, punya sepeda namun bututnya setengah mampus.
Dengan sepeda butut, tentu menjadi tak elok kalau seseorang bergabung dengan para pesepeda yang sepedanya jauh lebih bagus atau setidaknya lebih mulus. Akan ada kesenjangan yang mencolok.
Bukannya diajak gabung, malah diejek “Mau ngasong koran, Mas?”
Karena itulah, penting bagi pemerintah untuk memberikan subsisi sepeda kepada banyak warga yang kurang mampu, tanpa peduli bisa atau tidak menyebutkan lima nama ikan.
Nanti kalau semua masyarakat punya sepeda, niscaya akan terbentuk masyarakat gowes yang madani dan berbudi pekerti.
Perkara nanti banyak orang yang bersepeda tanpa menjaga jarak, itu lain soal. Yang penting masyarakat bahagia, imun terjaga.
Iman, imun, aman. Itu kuncinya.
Menghapus seluruh acara televisi yang tidak menghibur
Masyarakat butuh hiburan untuk meningkatkan imun. Itu mutlak. Karena itulah, pemerintah bisa mengambil langkah progresif dengan menginstruksikan seluruh stasiun televisi untuk hanya menampilkan siaran-siaran yang menghibur. Acara-acara yang isinya edukatif atau informatif harus dikurangi decara drastis atau bahkan kalau perlu dihapus sekalian.
Acara-acara film seperti Bioskop Trans TV, Big Movies Global TV, Layar Emas, dan sebangsanya itu harus diperbanyak porsinya dan dikurangi iklannya. Dangdut Academy, Indonesian Idol, SUCI, dan ajang pencarian-pencarian bakat juga harus ditambah.
Sinetron juga demikian. Kalau perlu, setiap hari, sinetron tayang 2-3 episode langsung. Biar mantap. Acara gosip juga sebab rasan-rasan merupakan hiburan bagi banyak orang, sehingga porsinya jelas harus ditambah.
Nah, sebaliknya, acara-acara seperti Liputan6, Dunia Dalam Berita, Sekilas Info, Patroli, dll itu dihapus saja. Ganti dengan siaran-siaran menarik seperti Gebyar BCA, Pesta, Tralala Trilili, dan sebangsanya.
Kecuali ILC, itu jangan dihapus. Sebab melihat politisi berdebat gontok-gontokan kayak orang goblok itu termasuk hiburan juga.
Perkara nanti masyarakat jadi tidak edukatif dan minim informasi, itu urusan belakangan. Yang penting masyarakat bahagia, imun terjaga.
Iman, imun, aman. Itu kuncinya.
Mewajibkan menteri, anggota dewan, dan para pejabat tinggi negara agar bisa melucu
Ini kebijakan yang penting dan sangat perlu. Selama ini, para pejabat tinggi negara hanya tampak lucu karena kebijakan-kebijakan mereka. Nah, sekarang, kiranya perlu bagi pemerintah untuk membikin agar para tokoh ini lucu juga dari pernyataan-pernyataan, gestur, dan gerak-geriknya.
Tentu akan menjadi lucu kalau nanti para menteri bisa melawak saat berpidato. Masyarakat pasti akan sangat terhibur.
Bayangkan, saat Luhut mengadakan kunjungan ke Makassar, lalu saat berpidato, ia menyisipkan tebak-tebakan “Apa bedanya soto dan coto? Kalau soto pakai daging sapi, kalau coto pakai daging capi. Hehehe, hehehe.” Betapa akan bahagianya orang-orang yang mendengarkan karena pejabatnya ternyata lucu setengah mampus.
Perkara nanti para pejabat jadi celelekan dan justru lebih sibuk mencari bahan lawakan ketimbang solusi permasalahan negara, itu urusan belakangan. Yang penting masyarakat bahagia, imun terjaga.
Iman, imun, aman. Itu kuncinya.