MOJOK.CO – Serangan-serangan kubu Prabowo dan Sandiaga Uno kepada Jokowi seperti peluru kosong. Gagal menyerang ide dan substansi, tetapi sibuk menertawakan kulit.
Memang kudu dimaklumi, beginilah suasana menjelang pemilu. Tahun depan, Pilpres 2019 akan “mengadu” dua pasang calon capres dan cawapres, yaitu Jokowi dan Ma’ruf Amin melawan Prabowo dan Sandiaga Uno. Hanya dua pasang calon membuat satu kubu bisa dengan leluasa menyerang kubu lain. Suasana pun menjadi sedikit mendidih.
Nah, masalahnya di sini. Beberapa bulan terakhir, serangan dari kubu oposisi yang mengusung Prabowo dan Sandiaga Uno terkesan seperti peluru kosong. Hanya gertakan yang menjadi viral dalam beberapa jam saja. Bahkan, ketika sudah kadung viral, serangan tersebut justru berbalik mengekspose kebodohan serangan itu sendiri.
Tanpa perlu berpanjang lebar, saya mulai dari yang paling dekat, yaitu soal penggunaan stuntman di acara pembukaan Asian Games 2018. Salah satu bagian acara yang menarik perhatian dunia adalah ketika pihak panitia memutarkan video pengantar kedatangan Jokowi ke gelanggang.
Presiden Indonesia itu “digambarkan” mengendarai sepeda motor besar dan melakukan beberapa trik yang, untuk ukuran Jokowi, jelas mustahil dilakukan. “Ia” melakukan beberapa trik sulit seperti stoppie, drift, hingga melompat menggunakan motor untuk menghindari kemacetan. Aksi yang mendebarkan itu bahkan dianggap lebih seru ketimbang pembukaan Olimpiade London ketika Ratu Inggris terjun payung dari sebuah helikopter ditemani James Bond.
Untuk keamanan dan Jokowi yang tidak bisa melakukan trik berbahaya tersebut, panitia menggunakan tenaga stuntman atau pemeran pengganti. Sampai di sini, kamu semua pasti paham kalau itu betul-betul tidak mungkin dilakukan presiden sendiri, kan? Akal sehat pasti langsung memberimu petunjuk bahwa seorang stuntman yang melakukan trik-trik tersebut.
Namun, lantaran enggan Jokowi dipuji oleh masyarakat dunia, sebagai oposisi yang kaffah, dicarilah cacat dari peristiwa aksi Jokowi tersebut. Lucunya, salah satu kader Partai Demokrat, menuntut Jokowi untuk jujur kepada dunia bahwa bukan dirinya yang melakukan trik motor. Ayolah, hal seperti itu tidak perlu untuk ditegaskan.
Kubu oposisi sering menggunakan narasi bahwa “rakyat sudah cerdas” dan memang betul. Rakyat yang kalian anggap sudah cerdas itu sudah tahu kalau tenaga stuntman digunakan. Ngapain perlu ditegaskan. Kalau mau menyerang, coba kritik penggunaan anggaran yang besar, yang sebetulnya bisa untuk membangun sekolah-sekolah di pedalaman. Tapi ini juga bukan serangan yang jitu. Tapi masih mending dibandingkan pemaksaan kader Demokrat di atas.
Serangan kedua dari pihak Prabowo dan Sandiaga Uno adalah tuduhan bahwa Jokowi akan merubuhkan prasasti peresmian Bandara Internasional Lombok bertandatangan SBY. Padahal, yang dilakukan Pakdhe dan pemerintahannya adalah mengganti nama Bandara Internasional Lombok menjadi Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid. Siapakah Zainuddin Abdul Madjid itu? Beliau adalah pahlawan nasional dari NTB.
Lebih kacau lagi ketika diketahui bahwa tuduhan kepada presiden tersebut adalah hoaks belaka. Padahal, SBY sudah capek-capek menulis keprihatinanya untuk diunggah oleh Imelda Sari, Ketua Divisi Komunikasi Publik Partai Demokrat dalam akun Facebook-nya.
“Pak Jokowi, apakah anda tidak punya rasa malu mau mengganti prasasti Bandara Lombok dengan prasasti baru bertandatangan anda? Ini Video SBY meresmikan membangun dan meresmikan Bandara Lombok.” Ini serangan Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief melalui akun Twitternya.
Bagi akal yang jernih, ketika ada sebuah peristiwa besar, yang kali pertama dilakukan adalah mencari kebenarannya. Bukannya malah menyerang dengan gegabah tanpa perhitungan yang jitu. Wah, kader oposisi perlu main game yang namanya PUBG nih biar makin jago menyusun strategi sebelum nge-push lawan.
Oke, sudah dua serangan peluru kosong pihak oposisi. Nah, serangan ketika adalah ketika kader Gerindra menyebut pidato Jokowi di acara World Economic Forum yang menganalogikan usaha melawan perang dagang sebagai pertarungan Avengers vs Thanos, sebagai usaha meniru gaya Sandiaga Uno memikat milenial.
Begini lho, pak dan mas oposisi, kami para milenial, butuh informasi pelik disampaikan secara sederhana. Ketimbang menggunakan istilah-istliah ekonomi yang sulit, analogi Avengers vs Thanos itu sangat jitu. Perang dagang, dikhawatirkan bisa “melenyapkan” sumber daya atau kekuatan ekonomi sebuah negara. Butuh kerja sama, sebuah aliansi, untuk menghadapi perang dagang itu. Jokowi menegaskannya dengan analogi yang jelas dan disambut dengan baik oleh warga dunia.
Yang terakhir adalah suara-suara sumbang dari pihak oposisi terkait medok-nya Bahasa Inggris Jokowi ketika berpidato menggunakan bahasa internasional itu. Pihak oposisi menggunakan medoknya aksen Jokowi ketika berbahasa Inggris untuk membuat sebuah “tantangan”.
Kader PAN mengusulkan diadakan debat capres dan cawapres menggunakan Bahasa Inggris. Sekilas, usulan ini terlihat keren ketika alasan pergaulan internasional diajukan. Namun, jelas sekali kalau usulan ini hanya sebuah usaha untuk mempermalukan petahana di hadapan Prabowo dan Sandiaga Uno.
Prabowo dan Sandiaga Uno memang fasih cas cis cus pakai Bahasa Inggris. Sandiaga Uno itu mengambil S1 dan S2 di Amerika Serikat. Pertanyaannya, apakah aksen medok Jokowi itu sebuah hal yang memalukan?
Ya jelas tidak. Coba dengar orang India, orang Afrika, Amerika Latin, atau bahkan Rusia ngomong pakai Bahasa Inggris. Orang Afrika, Amerika Latin, bahkan Rusia, sulit berbicara Bahasa Inggris dengan “logat yg tidak medok”. Selalu khas aksen mereka. Medok ala Afrika, Amerika Latin, atau Rusia bukan masalah. Konteks dan isi selalu yg dinilai
Empat tahun Jokowi blusukan ke berbagai negara. Tidak ada orang atau media asing yang ngeluh “Bahasa Inggris Pak Presiden ini Solo banget, atau Jawa banget. Medok. Which is-nya babagan Kendal banget. Atau literally-nya terlalu Kutoarjo. Enggak usah diajak ngomong tuh Presiden Indonesia.”
Mojok dianggap corong Jokowi karena banyak menulis hal-hal positif di sekitarnya. Lah, gimana kita bisa menulis yang menarik dari oposisi kalau lucu-lucu begini. Which is susah dan tibaknya roasting menjadi enggak esthetics babar blas.
Oleh sebab itu, dear pihak oposisi, ajari kami, beri kami bahan-bahan yang berkualitas untuk menyerang Jokowi. Beri kami kelemahan-kelemahan petahana di bagian ide dan substansi. Jangan kasih serangan peluru kosong yang malah kami jadikan tulisan lucu untuk menertawakan kalian.
Sebagai catatan, kami sih senang sekali kalau ada tulisan atau ide cemerlang dari oposisi. Kami ini berusaha berdiri di tengah. Namun, kelucuan-kelucuan pihak Prabowo dan Sandiaga Uno bikin kami tidak berdaya untuk tidak menengok ke arah kalian dan tertawa kecil. Ayo, ajarai kami me-roasting Jokowi dengan lebih baik lagi. Janji, ya. Muah!