MOJOK.CO – Jokowi nomor 01, Prabowo nomor 02. Tapi, katanya sih, nomor urut genap yang biasanya jadi pemenang di pemilihan umum. Wih, beneran, nih?
Seperti déjà vu, Prabowo dan Jokowi akan kembali bertarung pada Pilpres 2019 mendatang, setelah sebelumnya mereka bertemu di Pilpres 2014. Selepas KPU meresmikan keduanya sebagai capres—di mana Jokowi maju bersama KH Ma’ruf Amin, sedangkan Prabowo bersama Sandiaga Uno—Jumat (21/9) malam keduanya telah melakukan pengundian nomor urut capres 2019.
Hasilnya, Jokowi dapat nomor 01 (Ingat!!! Pakai angka 0, bosque~), sedangkan Prabowo mendapat nomor 02. Nomor urut ini merupakan nomor urut yang berkebalikan dengan Pilpres 2014. Kala itu, Prabowo mendapat nomor 1, sedangkan Jokowi nomor 2.
Sebagaimana khasnya Indonesia, othak-athik gathuk langsung bermunculan. Mitos paling populer dan konon berbasis pengalaman nyata adalah pasal yang berbunyi…
…dalam pemilihan umum, nomor urut genap biasanya akan jadi pemenang.
[!!!!!111!!!!11!!!!]
Wow, wow, wow, tunggu sebentar. Benarkah demikian??? Validkah pendapat ini??? Apa saja bukti-bukti yang bisa menguatkan hal ini???
Setidaknya di Indonesia, kita bisa flashback sejenak lewat data 3 pilpres ke belakang berikut ini:
1. Pilpres 2014
Masih segar di ingatan kita, dalam Pilpres 2014 hanya ada dua pasangan capres-cawapres, yaitu Prabowo-Hatta Rajasa (nomor urut 1) dan Jokowi-Jusuf Kalla (nomor urut 2). Di antara kedua paslon ini, Jokowi-lah yang memegang nomor urut genap…
…dan Jokowi pulalah yang keluar sebagai pemenang dengan persentase sebesar 53,15%.
2. Pilpres 2009
Ada tiga pasangan capres-cawapres yang maju dalam masa Pilpres 2009 ini. Mereka adalah Megawati-Prabowo (nomor urut 1), SBY-Boediono (nomor urut 2), dan JK-Wiranto (nomor urut 3). Lagi-lagi, hanya ada satu pasangan yang memegang nomor urut genap, yaitu SBY-Boediono…
…yang juga keluar sebagai pemenang dengan perolehan suara sebesar 60,8%.
3. Pilpres 2004
Pemilihan umum ini merupakan pertama kalinya pilpres digelar untuk mendapat suara rakyat secara langsung. Mungkin karena euforia yang besar, pasangan capres-cawapres yang ada pun cukup banyak, hingga mencapai lima pasang: Wiranto-Salahuddin Wahid (nomor urut 1), Megawati-Hasyim Muzadi (nomor urut 2), Amien Rais-Siswono Yudo Husodo (nomor urut 3), SBY-JK (nomor urut 4), dan Hamzah Haz-Agum Gumelar (nomor urut 5).
Uniknya, pada Pilpres 2004 ini, nomor urut genap menunjukkan kejayaannya. Awalnya, pada pemungutan suara 5 Juli 2004, tidak ada satu pasangan pun yang mendapat suara di atas 50%. Untuk itu, pemungutan suara kedua pun dilakukan khusus bagi pasangan yang mendapat suara terbanyak pertama dan kedua, yaitu…
… Megawati-Hasyim Muzadi (nomor urut 2) dan SBY-JK (nomor urut 4).
Perhatikan, Pemirsa, perhatikan!!! Kedua pasangan ini mempunyai nomor urut genap semua!!!
Pada akhirnya, persaingan ini dimenangkan oleh SBY-JK dengan persentase sebesar 60,62%.
Melihat catatan sejarah di atas, apakah nomor urut genap pasti berarti kemenangan??? Ja-jangan-jangan tagar #2019GantiPresiden itu benar adanya???
O, ternyata belum tentu. Kalau menengok ke Pilkada DKI Jakarta sebagai perbandingan, nomor urut genap justru tidak pernah berjaya, setidaknya dalam dua pilkada terakhir.
DI Pilkada DKI Jakarta 2012, Jokowi-Ahok mendapat nomor urut 3, tapi mereka justru maju sebagai pemenang. Hal yang sama terulang kembali di Pilkada DKI Jakarta 2017, di mana Anies Baswedan berpasangan dengan Sandiaga Uno dan mendapat nomor urut 3. Meski ganjil, mereka pun tetap keluar sebagai pasangan yang mendapat suara terbanyak.
Lagi pula, setelah dipikir-pikir, menang atau tidaknya pasangan calon di sebuah pemilihan umum ternyata tidak dipengaruhi oleh nomor urut ganjil maupun genap. Nggak percaya?
Ternyata, rahasia menang atau tidak menangnya paslon di pemilu hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja: dapat suara terbanyak atau tidak. Itu!