Di tengah berita nasional yang membuat hari-hari sebagai WNI terasa berat, warga Jogja ketambahan satu kabar buruk lain. Subsidi operasional TransJogja 2026 akan dipangkas hingga Rp6,8 miliar. Anggaran yang sebelumnya mencapai Rp87 miliar menjadi sekitar Rp81 miliar.
Kabar ini mengemuka setelah pembahasan Kebijakan Umum Anggaran–Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2026 di DPRD DIY beberapa hari lalu.
Di media sosial, kabar pemotongan subsidi ini menuai kecaman dari netizen. Mereka sangat menyayangkannya. Sebab, TransJogja adalah satu-satunya transportasi umum yang paling bisa diandalkan di Kota Pelajar ini. Banyak warga bergantung padanya.
TransJogja yang diandalkan warga dan anak sekolah
Entah apa dasarnya pemerintah daerah “menyunat” pos anggaran yang satu ini. Katanya sih, ada kebutuhan infrastruktur lain yang tidak kalah penting seperti pembangunan jalan dan jaringan irigasi. Dua hal itu memang penting, tapi haruskah anggarannya diambil dari TransJogja yang manfaatnya benar-benar terasa oleh warga
Mengutip catatan dari Transportation for Yogyakarta, penumpang TransJogja terus bertambah dari tahun ke tahun. Puncaknya pada 2024 yang mencapai 8,98 juta penumpang. Ironisnya, penambahan jumlah penumpang tidak sejalan dengan anggaran subsidi operasional TransJogja yang cenderung stagnan. Sejak 2023 anggarannya berada di kisaran Rp87 miliar.
Tanpa melihat angka-angka tersebut, sebenarnya sudah terlihat bagaimana warga begitu bergantung pada transportasi umum yang satu ini. Ini tercermin dari halte-halte dan bus yang selalu penuh penumpang. Apalagi di waktu berangkat dan pulang sekolah. Bus dengan ciri khas warna hijau dan biru ini selalu saja dipenuhi penumpang.
Lantas, kenapa subsidi transportasi umum yang satu ini malah dipotong ya? Bukannya memperbaiki layanan TransJogja, langkah ini berpotensi mengurangi jumlah armada hingga pengurangan trayek. Bahkan, bukan tidak mungkin wacana trayek TransJogja hingga ke Gunungkidul tidak akan terealisasi.
Membandingkan dengan pembangunan gedung DPRD baru yang menelan ratusan miliar
Saking kesalnya, banyak netizen kemudian membanding-bandingkan pemangkasan anggaran ini dengan proyek pembangunan gedung DPRD baru. Pembangunan yang sedang digarap di Jalan Kenari, lebih tepatnya Lapangan Kenari, itu menelan dana hingga Rp300 miliar. Netizen kesal, proyek yang belum jelas manfaatnya untuk warga itu kok bisa menelan dana begitu besar dan diproses dengan cepat. Sementara, TransJogja yang jelas-jelas terasa manfaatnya malah tidak ditanggapi dengan serius.
Sejurus dengan netizen, saya juga benar-benar tidak habis pikir. Barang yang sudah terlihat manfaatnya untuk warga bukannya diperbaiki, malah dipersulit. Kadang saya curiga, jangan-jangan mereka yang duduk di kursi terhormat tidak mengerti akan hal ini ya. Mereka tidak pernah melihat bagaimana sehari-hari warganya hidup kali ya?
Itu mengapa saya beri tahu satu hal. TransJogja sangat diandalkan. Memang banyak ketidaksempurnaan, halte seadanya, armada banyak yang lawas dan bobrok, hingga rutenya terbatas. Namun, warga bertahan karena merasakan manfaatnya secara langsung (selain memang tidak ada pilihan lain). Warga bisa menjangkau titik-titik penting di kota dengan harga yang terjangkau.
TransJogja benar-benar meringankan hidup warga Jogja walau layanannya belum sempurna. Bayangkan saja, apabila anggaran transportasi umum ini “disunat”, betapa buruk layanan yang akan dialami orang Jogja. Bayangkan betapa tambah repot hidup orang Jogja.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Seandainya Punya Gaji Rp104 Juta seperti para DPR, Ini yang Akan Saya Lakukan dan catatan menarik lainnya di rubrik POJOKAN.
