Kapok bawa bakpia kukus sebagai oleh-oleh Jogja, soalnya banyak yang nggak puas.
Rasanya kita semua punya satu kebiasaan yang sama ketika liburan ke Jogja, yakni berburu bakpia sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang. Maklum, makanan satu ini memang menjadi salah satu oleh-oleh yang wajib dibawa pulang dari Jogja selain gudeg. Kurang afdal kalau main ke Jogja tapi nggak bawa bakpia.
Akan tetapi beberapa tahun terakhir, ada satu varian bakpia yang cukup populer di kalangan wisatawan. Bakpia yang saya maksud adalah bakpia kukus. Bentuknya yang imut, kemasannya yang modern, dan rasanya yang beragam kerap dipromosikan sebagai “versi kekinian” bakpia Jogja.
Beli bakpia kukus sebagai oleh-oleh Jogja malah diprotes karena mirip bolu
Jujur saja, di awal kemunculannya dulu, saya juga beberapa kali membeli oleh-oleh bakpia kukus untuk dibawa pulang ke Bekasi. Kebetulan dulu saya masih LDR dengan pacar yang sekarang menjadi suami saya. Dan tiap saya main ke Jogja, saya menyempatkan membawa oleh-oleh untuk diberikan kepada keluarga dan teman-teman di Bekasi.
Sebenarnya kalau mau jujur, bakpia kukus bukan bakpia Jogja yang sesungguhnya. Waktu pertama kali mencicipinya, kebanyakan teman dan keluarga di Bekasi mengatakan, “Ini sih bukan bakpia. Ini mah bolu.”
Memang benar. Jika dibandingkan bakpia yang menjadi oleh-oleh khas Jogja, bakpia kukus ini tampil beda. Alih-alih dipanggang, ia malah dikukus seperti bakpao. Bentuknya pun mirip bakpao.
Akhirnya karena mendapat komentar yang menurut saya menandakan ketidakpuasan keluarga dan teman-teman, saya pun berhenti membawa bakpia kukus sebagai oleh-oleh Jogja. Maksud hati ingin memberikan oleh-oleh yang sedikit beda, eh, malah pada kecewa.
Baca halaman selanjutnya: Harga bakpia kukus relatif lebih mahal…
Harga bakpia kukus relatif lebih mahal
Beberapa waktu lalu saya pernah membaca komentar beberapa netizen di akun TikTok Mojok. Saat itu mereka mengomentari soal bakpia kukus yang menurut mereka harganya lebih mahal. Ada yang mengatakan “harga mahal, isinya sedikit” ada pula yang mengatakan “bakpia merek lain 20 ribu udah enak.”
Nggak salah sih dengan komentar tersebut. Fyi, harga bakpia kukus dibanderol mulai harga Rp28 ribu untuk kemasan isi 6. Sementara untuk kemasan isi 10 harganya mulai dari Rp45 ribu hingga Rp50 ribu. Kalau dibandingkan dengan bakpia kering lainnya, harga segitu memang sedikit lebih mahal. Bakpia lainnya biasanya dibanderol Rp45 ribu sampai Rp50 ribu untuk isi 15 pcs.
Maka nggak usah heran kalau akhirnya banyak orang yang beralih membeli bakpia Jogja lain yang harganya lebih bersahabat di kantong. Apalagi buat oleh-oleh, orang cenderung lebih suka membeli sesuatu yang harganya murah, tapi kuantitasnya lebih banyak, kan?
Rasa kurang autentik
Alasan selanjutnya kebanyakan orang malas membeli bakpia kukus sebagai oleh-oleh Jogja karena dinilai kurang autentik. Seperti yang saya ceritakan di atas, waktu pertama kali membawa kudapan manis ini, teman-teman dan keluarga saya langsung komentar, “Ini sih bukan bakpia.”
Sebenarnya nggak salah juga, sih. Soalnya kita tahu sendiri bahwa bakpia memang dimasak dengan cara dipanggang dan bakpia Jogja memang punya sejarah panjang. Mengutip website Dinas Kebudayaan Kota Jogja, makanan ini merupakan perpaduan antara cita rasa Tionghoa dengan lokal.
Ciri khas bakpia asli adalah kulitnya tipis, berlapis-lapis, agak kering, dan sedikit berminyak. Biasanya bagian dalam bakpia diisi pasta kacang hijau. Sekarang bahkan banyak varian rasa bakpia seperti cokelat, keju, kumbu hitam, hingga durian. Teksturnya renyah di luar namun lembut di dalam.
Makanya ketika muncul varian bakpia kukus, kebanyakan orang mempertanyakan keasliannya. Soalnya banyak yang menganggap ia adalah bolu sehingga kurang autentik.
Tidak tahan lama
Bakpia memang diketahui memiliki masa kedaluwarsa yang relatif lebih lama dibanding oleh-oleh Jogja berupa kue basah lainnya. Biasanya bakpia kering tahan sekitar 5-10 hari. Sementara itu bakpia kukus memiliki waktu simpan lebih singkat, berkisar 4-7 hari di suhu ruang.
Dulu waktu pertama kali membeli bakpia kukus, di kemasan bakpia ada bungkusan pengawet yang menyertainya. Saya paham maksud produsen menyertakan bungkusan silica gel tersebut agar menyerap kelembapan pada makanan sehingga bakpia nggak cepat berjamur. Maklum, makanan ini kan mirip kue basah, ya. Tetapi pernah lho ada berita seorang bapak yang mengira bungkusan silica gel tersebut gula dan menaburkannya di atas bakpia sebelum dimakan. Aduh…
Nah, karena masa kedaluwarsa yang lebih pendek inilah banyak orang yang kemudian enggan menjadikan bakpia kukus sebagai oleh-oleh. Apalagi kalau mau dibawa pulang ke kampung halaman yang butuh waktu perjalanan panjang. Mending main aman dengan bawa oleh-oleh yang masa kedaluwarsanya panjang.
Itulah alasan orang enggan membeli bakpia kukus sebagai oleh-oleh Jogja. Memang nggak ada salahnya dengan inovasi. Dunia kuliner kan selalu berkembang. Tapi penting juga bagi kita untuk memahami akar tradisi agar nggak kehilangan makna di balik nama. Pada dasarnya bakpia itu ya dipanggang, sementara bakpia kukus ya lebih mirip bolu kukus aja, cuma pakai embel-embel khas Jogja.
Penulis: Intan Ekapratiwi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 4 Bakpia Jogja yang Bikin Kecewa, Wisatawan yang Mau Beli Mending Pikir Dua Kali dan catatan menarik lainnya di rubrik POJOKAN.
