MOJOK.CO – Dewan Pengawas KPK belum juga dibentuk. KPK jadi kayak “mati suri” karena nggak bisa OTT. Daripada gabut, mending pegawai KPK ikuti saran kami.
Alhamdulillah, usai disahkan UU KPK yang baru, jalannya roda pemerintahan sekarang jadi adem ayem dan stabil. Tidak ada lagi Operasi Tangkap Tangan (OTT) pejabat seperti yang sering dilakukan KPK. Benar-benar kelihatan banget kalau periode sekarang pejabatnya bersih-bersih.
Hm. Kelihatannya doang sih.
Maklum, dalam menjalankan penindakan hukum, KPK yang sekarang perlu mendapat izin dari Dewan Pengawas KPK. Masalahnya, sejak diresmikan 17 Oktober 2019 silam, belum ada tanda-tanda Dewan Pengawas bakal selesai dibentuk. Hal ini bikin KPK jadi kayak komisi pengangguran.
Lebih-lebih Wakil Ketua KPK, Laode M. Syarif, sempat menyampaikan curhat soal sulitnya kondisi KPK yang sekarang. Melalui akun Twitter pribadinya, Laode M. Syarif menunjukkan adanya kontradiksi pada pasal UU KPK yang baru.
Ketika Proses DIRAHASIAKAN DALAM REVISI UU @KPK_RI dan MENUTUP KUPING dari MASUKAN dan NIAT SUCI ANAK NEGERI, yang lahir adalah KEKACAUAN @DPR_RI @Kemenkumham_RI pic.twitter.com/6T7b4eba7B
— Laode M Syarif (@LaodeMSyarif) October 18, 2019
Di pasal pertama pada UU No.30 tahun 2002, di sana bisa ditafsirkan kalau mau menggeledah, menyita, menangkap, atau menyadap terduga korupsi, KPK bisa menggunakan UU yang lama. Langsung main OTT aja gitu.
Masalahnya di pasal berikutnya (UU No.19 tahun 2019) ada pasal yang bisa ditafsirkan kalau semua itu baru bisa dilakukan kalau ada Dewan Pengawas. Sebab KPK yang sekarang harus pakai izin Dewan Pengawas kalau mau melakukan itu semua.
Artinya, pasal pertama yang ada di kicauannya Laode M. Syarif adalah KPK masih boleh menggeledah, menyita, atau menyadap lalu hasilnya bisa menjadi alat bukti untuk OTT tapi…
… boong.
Hehe.
Ealah, DPR nih emang mantap bener nge-prank KPK deh. Boleh juga nih selera humornya. Hagimana? Level humornya udah di level undang-undang cuy. Ngewri.
Masalahnya lagi, Dewan Pengawas sampai hari ini juga belum selesai dibentuk. Nama-nama yang jadi calon Dewan Pengawas pun belum muncul dari Istana. Nama yang muncul belakangan ini pun masih seputar isu dari masyarakat saja, seperti nama Ahok dan Antasari Azhar—misalnya.
Menimbang “hidup segan, mati tak mau”-nya KPK yang sekarang, tentu hal ini bikin pegawai KPK jadi gabut luar biasa. Kegiatan sehari-hari yang dulunya selalu sibuk dengan perkara korupsi, jadi selo luar biasa. Berangkat kantor pun mungkin cuma untuk isi presensi saja dan kegiatan-kegiatan rutin semata. Rapat, kerjain laporan, rapat, kerjain laporan. Gitu aja terus sampai Ya’juz Ma’juz datang.
Oleh karena itu, agar para pegawai KPK tidak bosan nganggur karena masih nunggu Dewan Pengawas dibentuk biar bisa “kerja”, ada baiknya pegawai KPK ikuti beberapa saran dari kami. Seperti misalnya…
…cuti bersama
Berangkat kerja cuma presensi, hadap laptop cuma cari wifii, lalu gabut klik sana-sini. Lah, lah, ini kenapa jadi puisi Mata Najwa begini?
Oke, oke. Kembali ke persoalan. Jadi gini. Membayangkan kemungkinan-kemungkinan super duper gabut pegawai KPK macam itu tadi, kami mengusulkan untuk para pegawai KPK mencanangkan program cuti bersama aja ketimbang nggak bisa OTT selama beberapa waktu ke depan.
Lah iya dong? Aktivitas di kantor yang membosankan bisa benar-benar membuat pegawai KPK yang selama ini garang waktu OTT jadi malas pelan-pelan, lalu jadi punya mentalitas abdi negara betulan. Dan hal kayak gini jelas bukan iklim yang bagus untuk lembaga independen pemerintah.
Dengan cuti bersama, pegawai KPK bisa liburan. Mencari angin segar. Mungkin nggak perlu jauh-jauh. Misalnya, melakukan studi tour ke gedung DPR, untuk melihat wakil rakyat yang terhormat bekerja. Tak perlu khawatir kalau dianggap macam-macam karena pegawai KPK, lah kan statusnya cuti, artinya waktu ke sana statusnya warga negara biasa.
Barangkali ketika melihat wakil rakyat lagi kerja, pegawai KPK yang cuti bisa belajar juga untuk menghormati para anggota DPR. Ya biar nggak dikata-katain ketika ketemu yeee kan? Sambil bisa belajar refleks untuk bersikap hormat ketika ketemu anggota DPR, kayak waktu ketemu bendera merah putih di tiang bendera gitu.
“Kepada, Pak Arteria Dahlaaaaan…. Hormaaaat, graaak!”
Hormat deh.
…belajar tes CPNS
Dengan berlakunya UU KPK yang baru. Selain belum bisa melakukan OTT, pegawai KPK juga sebentar lagi akan diangkat menjadi PNS. Nah, yang ini juga bagian dari ketetapan UU KPK yang baru.
Meski begitu, jangan dikira pegawai KPK akan dapat privilege langsung diangkat PNS gitu. Mereka mesti dites (lagi) juga untuk bisa diangkat jadi PNS.
Karena masa-masa ini lagi nggak bisa melakukan penggeledahan, penyitaan, penyadapan, sekaligus juga nggak bisa OTT, barangkali pegawai KPK bisa menggunakan waktu gabut ini untuk belajar soal-soal CPNS. Sambil menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk tes CPNS ke depan.
Selain belajar, pegawai KPK yang merasa bisa lolos harus menyediakan pula baju safari cokelat khas baju PNS.
Oleh karena itu, di masa-masa “tenang” ini main-mainlah ke toko kain. Ke Pasar Baru misalnya. Sambil beli kain untuk dijadiin baju dinas. Kenapa persiapannya dari sekarang? Ya kan perlu banyak bajunya. Lagian, mana mungkin selama 5 hari kerja nanti, pegawai KPK bakal pakai baju yang itu-itu aja terus. Bau apek dong nanti? Makanya perlu stok yang banyak.
Kalau bingung mau belajar sama siapa, nama Prabowo Subianto mungkin bisa dicontoh. Ya maklum, baju Prabowo kayaknya baju safari semua tuh.
…instal Onet, Zuma, atau Solitaire
Ini juga berlaku untuk pegawai KPK yang yakin bisa jadi PNS di KPK nantinya. Karena udah nggak bisa OTT untuk sementara waktu, ada baiknya pegawai KPK instal game-game starter pack PNS sejak sekarang. Seperti instal game peka-zaman macam Onet, Zuma, dan Solitaire.
Oke deh, barangkali main tiga game itu awal-awalnya juga membosankan. Ada stigma negatif karena ketiga game itu secara grafis biasa-biasa aja dan misinya gitu-gitu aja. Tapi ayo deh, dicoba dulu satu dua menit. Pasti ketagihan. Semua juga awalnya coba-coba kok.
Lagian, kalau udah jago banget main salah satu dari tiga game tersebut, waktu-waktu gabut di kantor jadi nggak berasa. Tahu-tahu udah jam pulang kerja aja bawaannya. Bener deh, kami di Mojok udah pernah nyobain soalnya.
Dan hasilnya?
Trefik jeblok, Buuung. Ambyaar. Nggak ada yang kerja soalnya. Cobain deh kalau nggak percaya. Pasti koruptor seneng. Eh.
BACA JUGA Butuh Pembenaran kalau UU KPK Memang Perlu? atau tulisan AHMAD KHADAFI lainnya.