MOJOK.CO – Banyak yang nyinyir dengan baliho Puan Maharani yang Kepak Sayap Kebhinekaan itu, padahal baliho tersebut seharusnya justru disyukuri.
Dalam perjalanan saat mengantarkan ayah mertua saya menjalani tindakan DSA di salah satu rumah sakit di Sukoharjo, sepanjang jalan, saya berkali-kali melihat baliho besar bergambar Puan Maharani dengan tulisan yang sangat mencolok “Kepak Sayap Kebhinekaan”. Tadinya saya pikir baliho tersebut memang hanya baliho lokalan yang terpasang di sekitaran wilayah Klaten dan sekitarnya yang memang merupakan “daerah merah”. Belakangan baru saya tahu kalau ternyata baliho tersebut terpasang bukan hanya di Klaten dan sekitarnya, melainkan juga di banyak daerah.
Di media sosial, orang-orang mulai sering membicarakan keberadaan baliho “Kepak Sayap Kebhinekaan” ini, utamanya setelah muncul kasus vandalisme saat seseorang mencoret-coret baliho tersebut dengan tulisan “Open BO”.
Meme-meme tentang baliho ini juga mulai muncul. Akun media sosial Indoprogress bahkan dengan selonya mengunggah gambar-gambar editan baliho tersebut dengan sangat jenaka.
Puan Maharani adalah saksi sejarah—bukan, dia adalah sejarah itu sendiri. pic.twitter.com/Yr2CIVpTlV
— IndoPROGRESS (@indoprogress) July 27, 2021
Banyak yang kemudian mengejek baliho tersebut, padahal, kalau dipikir-pikir, baliho Kepak Sayap Kebhinekaan itu seharusnya justru membuat kita bersyukur karena ada banyak kebaikan-kebaikan yang terkandung di dalamnya.
Bukti PDI Perjuangan sedang sangat ingin dekat dengan rakyat
Munculnya baliho Puan Maharani Kepak Sayap Kebhinekaan yang ada di mana-mana membuktikan bahkan PDI Perjuangan tengah menempuh cara yang pernah dilakukan oleh Rumah Makan Pringsewu. Jika Pringsewu memasang banyak plang di berbagai jalan dengan jumlah yang sangat banyak, maka PDI Perjuangan memasang baliho.
Kita semua tahu, dengan caranya itu, Pringsewu kini menjadi salah satu rumah makan yang paling membekas di benak banyak orang utamanya yang sedang dalam perjalanan ke luar kota, wabil khusus jika perjalanannya melintasi jalanan Pantura.
Nah, hal itu pula yang kini juga sedang ingin dirauh oleh PDI Perjuangan. Mereka ingin menjadi partai yang selalu ada di benak orang-orang, partai yang senantiasa dekat dengan masyarakat. Mereka pun mereplikasi taktik Rumah Makan Pringsewu.
Langkah tersebut sejauh ini sudah cukup berhasil. Walau banyak orang-orang yang kini menyinyiri baliho tersebut, namun setidaknya, itu menjadi bukti bahwa Puan dan PDI Perjuangan mulai di benak masyarakat luas.
Bukan mustahil jika setelah ini, kantor-kantor DPP PDI Perjuangan akan menyediakan fasilitas badut, sulap, dan juga kejutan ulang tahun untuk para kader atau simpatisan yang berkunjung ke kantor DPP seperti layaknya Rumah Makan Pringsewu.
Membuat masyarakat makin mencintai bahasa dan sastra
“Kepak Sayap Kebhinekaan” yang tampil dalam baliho Puan Maharani itu tak bisa tidak memang ikut mengerek minat masyarakat dalam mengolah perbendaharaan kata yang lebih nyastra dan puitik. Masyarakat bakal semakin paham dengan gaya-gaya majas metafora.
Masyarakat akan semakin sering belajar bahwa Bhineka itu ternyata punya kepak sayap. Ini hal yang sama seperti masyarakat yang jadi banyak belajar dengan ragam bahasa melalui kalimat-kalimat Anies Baswedan yang mengajarkan bahwa kebangsaan itu ternyata juga bisa ditenun, bahkan mungkin bisa diobras dan dibordir juga.
Maka, baliho “Kepak Sayap Kebhinekaan” ini diharapkan bisa berdampak pada makin banyaknya politisi yang mencoba mencari metafora-metafora baru dalam slogan-slogan kampanyenya. Misal “Mengalahkan tanduk kekuasaan”, “Memupuk bibit ketoleransian”, “Menanam fondasi Kepancasilaan”, dan lain sebagainya.
Pertanda bahwa setidaknya Puan belum akan jadi presiden atau wakil presiden
Ini adalah hal yang paling disyukuri. Rekam jejak membuktikan bahwa sejauh ini belum ada politisi yang getol memasang baliho dengan jumlah yang kolosal dan pada akhirnya berhasil menjadi presiden dan wakil presiden.
Kalau nggak percaya, coba tanya saja Cak Imin, eh Gus Ami.
BACA JUGA Menghitung Biaya Baliho Cak Imin di Seluruh Indonesia dan artikel AGUS MULYADI lainnya.