Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Podium

Alasanku Mengubur Mimpi Jadi Politisi Perempuan

Realita politik praktis yang dialami bapakku, ditambah harus berurusan dengan birokrasi partai yang melelahkan, membuatku memikirkan ulang cara lain untuk memengaruhi kebijakan.

Anisa Rahmah oleh Anisa Rahmah
3 Februari 2023
0
A A
politisi perempuan mojok.co

Ilustrasi mengubur cita-cita menjadi politisi perempuan (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK – Sejak dulu aku sudah bercita-cita jadi seorang politisi: Anggota DPR. Tapi setelah belajar politik di bangku kuliah dan merefleksikan pengalaman bapak di kontestasi pilkades, sepertinya berat. 

Ajang pemilihan ratu kecantikan yang acap kali disebut beauty pageant terus-menerus mengampanyekan bahwa kandidat yang sukses harus memiliki 3B: brain, behaviour, beauty. Sementara, kalau mau sukses di dunia perpolitikan, apalagi jadi politisi perempuan, harus punya 3B pula: BIG money, BIG social network dan BIG luck!

Pemilu Legislatif 2019 menghasilkan sejumlah dewan perempuan di Senayan. Kita bisa sebut Roro Dyah Esti, Putri Komarudin, Hillary Brigitta Lasut, Farah Puteri Nahlia, dan Rizki Aulia Rahman Natakusumah. Lima perempuan ini berusia di bawah 30 tahun. Hillary Brigitta Lasut misalnya ia terpilih menjadi Anggota DPR pada umur 23 di dapil Sulawesi Utara melalui Partai Nasdem. Ayah dan ibu dari Hillary adalah bekas bupati di Kepulauan Talaud dan Minahasa Tenggara. Sebaya dengan Hillary, Farah merupakan putri dari Kapolda Metro Jaya Fadil Imran dengan latar belakang pendidikan jebolan University of London. Kurang? Roro Dyah Esti, selisih satu tahun usianya denganku, dia punya jejak pendidikan yang juga tak kalah impressive.

Kalau boleh disandingkan, sebetulnya aku dan Mbak Roro mulai kerja bareng di Senayan di tahun yang sama, 2019. Tapi bedanya, dia masuk sebagai legislator, aku masuk sebagai tenaga pendukung parlemen. Saat tahu banyak anggota DPR periode 2019-2024 terpaut umur yang tidak jauh denganku, hati rasanya berdesir.

Rasanya, kok aku nggak mampu seperti mereka, kok mereka sudah sangat keren sekali. Pasti ide-ide mereka sangat brilian, pasti mereka sudah begini sudah begitu.

Ya maklum saja, aku ini meski begini-begini pernah punya cita-cita menjadi legislator yang progresif. Apalagi aku sarjana Ilmu Politik dari kampus yang tidak jelek-jelek amat. Tapi, ya memang bukan horang kaya dan punya jejaring kuat.

Sebuah cita-cita

Kalau dipikir-pikir kembali, aku akrab dengan dunia politik sejak kecil. Mulai dari TV yang selalu disetel untuk nonton berita politik sampai aku menjadi saksi politik praktis yang digeluti oleh bapakku.

Bapak adalah mantan kepala desa. Saat terpilih, dia masih berusia 27 tahun. Gara-gara terpilih di usia yang sangat muda, Bapak tertantang untuk mencoba lagi dan lagi. Kalau tidak salah ingat, di sepanjang hidupku, sudah 4 kali aku menyaksikan drama pilkades dan 1 pileg DPRD kabupaten-kota. Bertarung di medan laga politik ibarat candu bagi bapakku.

Tentu saja, laga politik selalu diwarnai drama. Mulai dari gambar kelapa, pisang, ketela mana yang berpotensi menang, ziarah ke makam, terawangan orang pinter, air minum yang sudah dijampi-jampi, wirid yang harus dibaca dalam posisi arah mata angin tertentu, hingga kemarahan botoh (pendukung).

Sejujurnya aku trauma dengan semua drama dan dinamika politik yang jadi bagian dari hidup bapakku. Apakah ada program konseling khusus bagi anggota keluarga dengan background sepertiku? Hahaha~

Lucunya, saat masih menjadi remaja polos dan naif, aku sering terang-terangan mengungkapkan ketertarikanku untuk masuk ke dunia politik. Dan itu ternyata aneh banget bagi banyak orang.

“Kenapa kamu mau jadi anggota MPK?” tanya kakak tingkat ketika aku ikut seleksi anggota Majelis Permusyarawatan Kelas di sekolah.

“Ya, karena aku mau jadi anggota DPR!”

Sontak seluruh ruangan ngakak berjemaah. Bukannya malu, aku justru semakin merasa tertantang.

Kuliah politik

Enggak berhenti sampai di situ. Ketika diminta guru memilih jurusan di perguruan tinggi, dengan mantap kutulis: Jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan.

Pemikiranku waktu itu: ya, aku mau bantu lebih banyak orang dengan kebijakan publik yang kubikin, jalannya ya jadi politisi perempuan di DPR, oleh karena itu aku berkuliah di jurusan politik.

Tekadku semakin kuat di akhir masa SMA, karena lagi-lagi bapakku kembali mencalonkan diri dan hasilnya kalah. Waktu itu aku merasa terpanggil. Aku harus bisa menjadi penerus bapak dan persiapan itu dimulai dengan berkuliah di Jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan.

Namun, tak disangka-sangka, belajar politik di kampus bikin aku ter-demotivasi menjadi seorang politisi perempuan. Dari sejumlah bahan bacaan, aku jadi tersadar bahwa laga politik memang sungguh-sungguh brutal. Beberapa buku yang membuka mata batinku yaitu: Politik Lokal di Indonesia karangan Gerry van Klinken dan Henk Schulte Nordholt serta Electoral Dynamics in Indonesia; Money Politics, Patronage and Clientelism at the Grassroots karangan Edward Aspinall dan Mada Sukmajati. Buku-buku itu setidaknya mampu menggambarkan apa yang terjadi di banyak lapangan politik praktis yang mahal dan rumit.

Belajar dari bapak

Lantas, aku jadi paham mengapa bapakku kalah terus-terusan saat maju entah di laga pilkades, ataupun nyaleg DPRD di tingkat kabupaten dan kota. Pertama, Bapak bukan dari keluarga terpandang di kampung halaman kami. Kalau kalian punya trah yang turun-temurun mumpuni dan punya saudara yang setidaknya di militer atau kepolisian, peluang kalian untuk sukses di babak pilkades sepertinya akan bagus.

Kedua, bapakku bukan dari keluarga kaya bergelimang harta. Kekayaan menjadi basis penting tidak hanya sebagai ongkos politik tetapi modal status sosial di masyarakat. Tanpa itu, kamu tidak akan bisa menyebar uang serangan fajar ke tetangga-tetangga. Boro-boro serangan fajar, kamu juga nggak akan mampu menyediakan rokok tiap malam karena rumahmu juga akan jadi tempat tongkrongan selama pilkades.

Ketiga, satu-satunya yang bapak andalkan adalah relasi yang baik dengan banyak orang. Ia sering dimintai tolong kalau ada yang tersangkut perkara hukum, ya seperti advokat begitulah. Tapi yang bapakku abai, uang dan jaringan persaudaraan yang besar adalah kunci kemenangan.

Itu baru politik setaraf pemilihan kepala desa, apalagi setaraf pileg nasional? Remuukkkk, Luuur….

Apakah bisa orang sepertiku: perempuan muda, kritis, berbahaya, progresif, maju menjadi politisi muda? Aku memang tidak kaya, tidak juga berasal dari keluarga elite, tapi aku juga sempat tergabung dalam gerakan mahasiswa untuk mengasah ketajamanku berpolitik.

Realita politik praktis yang dialami bapakku, ditambah harus berurusan dengan birokrasi partai yang *kalian tentu tahu* hhhhh~ melelahkan, membuatku memikirkan ulang cara lain untuk memengaruhi kebijakan.

Tempo hari, dosenku pernah berkata, “Kalian ini—mahasiswa—menurutku jauh lebih layak menjadi anggota dewan dibandingkan dengan orang-orang itu!”

Tapi kaya’nya kok pernyataan itu kurang lengkap, “….asal kamu dan keluargamu kaya, punya jaringan yang bagus, dan wani piro.”

Penulis: Anisa Nur Nia Rahmah
Editor: Amanatia Junda

BACA JUGA Tergolong Rendah, Partisipasi Politik Perempuan Indonesia Peringkat 7 di Asia Tenggara

Terakhir diperbarui pada 3 Februari 2023 oleh

Tags: calegdprilmu politikPemilu 2024politisi mudapolitisi perempuan
Iklan
Anisa Rahmah

Anisa Rahmah

Lulusan ilmu politik, pernah bercita-cita jadi politisi dan berakhir bekerja di lembaga politik.

Artikel Terkait

Demokrasi Belum Terselamatkan Meski DPR Tunda Rapat Paripurna Revisi UU Pilkada, Ada Siasat Lain.MOJOK.CO
Aktual

Demokrasi Belum Terselamatkan Meski DPR Tunda Rapat Paripurna Revisi UU Pilkada, Ada Siasat Lain

23 Agustus 2024
Ringkasan PERINGATAN DARURAT Putusan MK terkait Pilkada 2024 yang Diabaikan DPR MOJOK.CO
Aktual

Runtutan di Balik Trendingnya “PERINGATAN DARURAT”: DPR Tolak Putusan MK, Upaya Muluskan Kaesang untuk “Berkuasa”?

21 Agustus 2024
Rasanya Satu Kelompok KKN dengan Anak Caleg, KKN Undip.MOJOK.CO
Kampus

Rasanya Satu Kelompok KKN dengan Anak Caleg, Semua Urusan Jadi Mudah Meski Suasana Bikin Tak Betah

14 Juli 2024
prabowo subianto gerindra jatah 3 menteri pertahanan
Kampus

Cerita Mahasiswa UNAIR Anak Caleg Gerindra Lulus Cepat agar Bisa All Out Bantu Bapak Kampanye

14 April 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pangan dari Tanaman Liar: Budhe Somplak dan Upaya Merawat Alam lewat Pertanian Berkelanjutan

Pangan dari Tanaman Liar: Budhe Somplak dan Upaya Merawat Alam lewat Pertanian Berkelanjutan

10 Juli 2025
Wakil Presiden, Gibran dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin dalam kunjungan di sentra industri tenun lurik di Cawas, Klaten MOJOK.CO

Menjawab Tantangan Regenerasi Perajin Tenun Lurik Tradisional di Klaten

10 Juli 2025
Fadli Zon: Narasi Orde Baru dalam Bayang-Bayang Reformasi

Fadli Zon: Narasi Orde Baru dalam Bayang-Bayang Reformasi

12 Juli 2025
Sebagai Mahasiswa HI UGM, Saya Takut Kerja di Pemerintahan dan Menyimpan Banyak Rahasia, Apalagi Setelah Meninggalnya Diplomat Kemlu.MOJOK.CO

Sebagai Mahasiswa HI UGM, Saya Takut Kerja di Pemerintahan yang Menyimpan Banyak Rahasia Negara, Apalagi Setelah Kematian Misterius Diplomat Kemlu

10 Juli 2025
Tolak gabung pencak silat PSHT demi ikut karate. Tak menyesal karena jauh dari keributan meski harus dimusuhi saudara sendiri MOJOK.CO

Gara-gara Tolak Gabung PSHT demi Karate Jadi Dimusuhi Saudara Sendiri, Tak Menyesal karena Jauh dari “Keburukan” kayak Pencak Silat

10 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.