MOJOK.CO – Penduduk Jepang dikenal sebagai penduduk dengan tingkat obesitas terendah di dunia. Uniknya, konon hal ini berkaitan dengan aspek kemiskinan. Loh, kok bisa?
Dikutip dari buku Japanese Woman Don’t Get Old or Fat oleh Naomi Moriyama, Jepang memang dikenal baik sebagai negara dengan tingkat obesitas yang paling rendah di dunia, yaitu 3,6%. Kabarnya, hal ini merupakan pengaruh angka kalori yang dikonsumsii orang Jepang, yaitu 25% lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata konsumsi penduduk Amerika.
Orang-orang Amerika, di sisi lain, kerap muncul dalam pemberitaan kesehatan terkait obesitas dan kondisi tubuh dengan bobot berlebih. Negara ini bahkan menjadi negara dengan tingkat obesitas tertinggi di dunia, yaitu mencapai 35%.
Apa yang membedakan penduduk Jepang dan Amerika dalam hal keadaan tubuh?
Ada beberapa faktor yang memengaruhi hal ini. Penduduk Jepang cenderung bertubuh kurus dan tidak mengalami obesitas yang tinggi karena tingkat usia rata-rata yang tinggi. Di Jepang, usia rata-rata kaum wanita mencapai 85% dan termasuk tertinggi di dunia.
Selain itu, dilansir dari Dream.co.id, seorang netizen asal Jepang menyebut hal ini juga mungkin terjadi karena pengaruh tingkat kemiskinan dan pendidikan.
Bagaimana faktor-faktor tadi benar-benar berpengaruh?
Tingkat pendidikan yang baik di Jepang mendorong warganya untuk memiliki pengetahuan mendalam perihal nutrisi. Apalagi, bentuk tubuh yang memang lebih kecil memang mendorong pengetahuan mendalam soal asupan yang lebih sedikit.
Dari segi kesehatan dan pola makan, setidaknya ada beberapa hal yang membedakan keadaan di Jepang dan Amerika. Kalau orang-orang di Amerika lebih banyak mengonsumsi fast food, hal yang berbeda ditemukan di Jepang.
Pertama, bahan dasar makanan di Jepang untuk menekan tingkat obesitas, sebagian besar, adalah ikan, kedelai, beras, sayuran, dan buah. Hal ini sebenarnya bisa kita amati dan lihat langsung saat berkunjung ke restoran Jepang. Sangat khas dan otentik, kan?
Kedua, aturan makan di Jepang juga sangat diperhatikan dengan baik. Agar penduduknya tak mengalami tingkat obesitas tinggi, mereka cenderung berhenti makan saat 80 persen kenyang, setelah menikmati makanan secara perlahan-lahan.
Ketiga, masih berhubungan dengan aspek kemiskinan, penduduk Jepang kebanyakan cenderung memilih memakan roti dan ramen yang tergolong murah dibandingkan nasi. Ternyata, hal ini justru berpengaruh dalam penekanan tingkat kalori yang dapat membantu mengurangi kemungkinan obesitas.
Keempat, keberadaan teh hijau (ocha) khas Jepang ternyata bukan tanpa sebab. Meski rasanya pahit dan tawar, teh ini bermanfaat dalam penyerapan lemak dalam tubuh dan mendukung pembakaran lemak. Belum lagi, teh ini mengandung bahan antioksidan yang dapat mendukung kesehatan, sekaligus menurunkan kadar kolesterol dan tekanan darah.
Terakhir, di Jepang, tak seluruh warga memiliki rumah karena harga tanah terlalu mahal. Kendaraan pribadi juga jarang digunakan karena kebanyakan warga lebih memilih menggunakan transportasi publik. Tak sedikit pula yang memilih berjalan kaki, baik untuk pergi ke kantor, supermarket, sekolah, atau sekadar berekreasi.
Dengan kata lain, orang Jepang memiliki kecenderungan obesitas lebih rendah karena mereka kerap berolahraga setiap hari. Ruang hijau terbuka juga banyak ditemui—udara yang bersih turut mendukung tingkat kesehatan dan tubuh untuk terus bergerak melawan obesitas.
Sederhana tapi ampuh, kan?