MOJOK.CO – Buat perempuan dengan tinggi rata-rata seperti saya, Honda Vario 125 mampu menghadirkan kenyamanan ketimbang NMAX dan PCX.
Kesan pertama saya ketika pertama kali ketemu Yamaha NMAX dan Honda PCX memang nggak menyenangkan. Dulu, setelah lebih banyak mengamati dua motor bongsor tersebut lewat iklan, akhirnya saya ketemu di jalanan. Dan masya Allah, keduanya ditunggangi pengendara brengsek. Kata orang Jawa: ndilalah.
Pengendara NMAX dan PCX sama-sama nggak sabaran ketika berhenti di lampu merah, cuma beda waktu saja. Baru sedetik hijau, langsung main klakson. Dipikir saya pembalap apa. Begitu lihat lampu hijau langsung refleks memuntir tuas gas sedalam mungkin terus ban depan pakai dianggkat?
Saya langsung khawatir mengalami krisis kepercayaan kepada NMAX dan PCX. Setelah kejadian itu, kok ya saya sering menemukan berita miring soal kedua motor itu. Ada yang berkendara sambil merokok, ada yang arogan memotong jalur, terutama kalau ramai-ramai. Rasa-rasanya saya pengin naik kuda. Terus kudanya saya perintah buah nyepak pantat motor dari pengendara brengsek itu.
Beda pengalaman saya ketika ketemu Honda Vario 125. Sebuah motor yang dianggap rival NMAX dan PCX. Kayaknya pengendara Vario 125 itu lebih santai dan patuh aturan. Nggak pernah sein kanan, tapi belok kiri.
Namun, kebencian saya kepada NMAX dan PCX ternyata bikin saya seakan memakan buah simalakama. Gimana ya. Saya kok merasa makin ke sini, kita makin membutuhkan sepeda motor dengan bagasi luas. Buat bawa jas hujan, sandal, baju ganti, botol minum, barang belanjaan, dan lain sebagainya.
Nah, baik NMAX, PCX, dan Vario 125 menyediakan hal itu. Tentu dengan ukuran masing-masing sesuai bentuk bodi. Tapi, kalau boleh memilih, kira-kira mana yang paling enak dikendarai, ya?
NMAX sendiri sudah dirilis sejak 2015. Lima tahun kemudian, Honda merilis PCX. Sejak saat itu, dua motor ini dianggap sebagai rival. Keduanya juga termasuk 15 motor paling populer 2021. Namun, peringkatnya masih kalah dari Honda Vario 125.
NMAX dan PCX sendiri punya satu kelebihan yang menyenangkan. Yang saya maksud adalah, masalah pegal di kaki dan punggung saat berkendara jauh dapat dikurangi dengan adanya fitur riding position. Fitur ini memungkinkan bagi pengendara untuk mengubah posisi tumpuan kaki. Misalnya pengendara mengubah ke posisi yang lebih rileks dengan kaki bisa sedikit diluruskan. Kelebihan ini nggak dimiliki Honda Vario 125.
Nah, kembali ke soal bagasi. Baik NMAX, PCX, dan Honda Vario 125 menawarkan bagasi yang lega. Saking leganya, kamu sampai bisa memandikan anak kecil di bagasi NMAX. Bagasi yang lega memungkinkan emak-emak untuk bermanuver di dalam pasar ketika berbelanja dalam jumlah banyak atau bikin lega sista-sista pemilik online shop yang perlu mengambil stok.
Termasuk buat saya kalau lagi mau COD. Satu detail kecil dari perkembangan teknologi yang sangat berguna buat masyarakat adalah kemampuan membuka bagasi dari area kunci. Betapa sulitnya membuka bagasi ketika di depan, kamu lagi bawa galon, gas tiga kilo, londrian, dan belanjaan sekaligus. Detail ini memudahkan saya membuka bagasi ketika COD-an sama sista-sista langganan daster saya. Sungguh perkembangan teknologi yang mendukung UMKM banget.
Sampai sini, NMAX dan PCX masih cukup “bersahabat” buat perempuan. Ada kelebihan, tentu ada kelemahan. Menurut saya, buat perempuan, kelemahan kedua motor ini ada di ukuran bodi. Bobotnya (dan juga harganya) lebih berat ketimbang matik lainnya.
Buat sista-sista dengan rata-rata tinggi badannya “semampai” alias semeter nggak sampai alias pendek, kamu harus menyiapkan tenaga lebih besar kalau mau parkir di lahan terbatas. Lebih celaka lagi kalau mogok.
Selain itu, ban NMAX ini juga tidak terlalu baik di jalanan basah. Ban motor ini memiliki profil kembangan yang jarang sehingga kemampuan membuang air ke luar menjadi rendah. Bakal jadi kendala kalau musim hujan. Salah-salah bisa jatuh di lubang yang sama, yaitu mencintai orang yang salah. Aduh, masa lalu.
Membandingkan NMAX dan PCX (dan Honda Vario 125), mau tidak mau akan sampai juga di bagian konsusmsi bahan bakar. Iya, soal konsumsi bahan bakar, Honda tetap jadi andalan saya.
PCX misalnya, punya ruang di balik jok sampai 30 liter, sedangkan NMAX sendiri 23 liter. Sementara itu, Vario 125 “cuma” punya 18 liter. Nah, daya tampung yang tereskalasi sampai 8,1 liter untuk bensin membuatnya punya jarak tempuh lebih jauh. Selain itu, produk Honda jadi bukan “sahabat SPBU”.
Buat Vario 125 sendiri, saya merasakan kemapuan manuver yang lebih “nyaman”. Yah, kalau buat perempuan seperti saya, ukuran memang menentukan. Size does matter. Kalau terlalu besar, tentu bikin repot. Kalau terlalu kecil, nggak bisa manuver. Nah, Vario 125 ini pas buat saya.
Saya juga merasakannya di PCX. Meski dimensi dan bobot tidak berubah secara signifikan, impresi bermanuver dari PCX generasi baru makin menyenangkan. Gesit dan tangkas. Membolak-balikkan posisi ketika menikung terasa makin mudah dan lincah. Ditambah lagi, profil ban melebar satu step dari sebelumnya berhasil memberi grip lebih banyak.
Meski sudah mendapat berbagai update dan upgrade, bukan berarti Honda PCX ini tak luput dari kelemahan. Satu hal begitu terasa, yaitu meski suspensi belakangnya diberi jarak main lebih panjang, tidak memberikan pengaruh yang terlalu besar. Saat dibawa sendirian, bantingan belakang masih terasa keras. Terutama saat melewati gundukan berulang seperti speed trap atau polisi tidur yang agak tinggi. Ya, kan, kamu yang always sendirian?
Lain cerita lagi kalau berboncengan. PCX baru terasa lembut (NMAX juga seperti itu) walaupun melibas obstacle agak kencang. Begitu nyaman, baik dari sisi pengendara dan penumpang. Sayangnya, lagi-lagi, tidak sepenuhnya sempurna. Ada beberapa momen, shock breaker belakang mengalami sedikit mentok. Walau di saat-saat tertentu saja, semisal polisi tidur yang iseng dibikin terlalu tinggi.
Soal ruang kaki yang membesar tiga sentimeter juga belum sesempurna itu. Memang terasa meluas untuk pengguna yang punya ukuran kaki standar. Namun, bagi pemilik tinggi badan di atas rata-rata tentu masih ada bagian kaki yang keluar. Tidak bisa memijak penuh. Meski masih sangat bisa ditolerir. Kurang friendly memang untuk ciwi-ciwi dengan tinggi badan rata-rata.
Kekurangan Honda Vario 125?
Kalau buat perempuan seperti saya, kekurangannya nggak banyak. Pertama, getaran pada komponen CVT, khususnya saat motor mulai bergerak dari posisi diam. Untungnya mesin tergolong responsif.
Kedua, tinggi motor. Pabrikan Honda mengklaim kalau Vario 125 itu motor yang “paling pas” untuk orang Indonesia. Namun, pengendara perempuan pasti akan sedikit menyulitkan. Tinggi tempat duduk Vario 125 mencapai 769 milimeter, agak menyulitkan karena rata-rata tinggi wanita di Indonesia kurang dari 170 sentimeter. Jadi kebanyakan perempuan pasti jinjit.
Yah, kalau diizinkan mewakili perempuan Indonesia dengan tinggi badan rata-rata di luar sana, saya lebih nyaman dengan Vario 125. Bagasinya lebih kecil dibanding NMAX dan PCX. Namun, di luar soal bagasi, kerepotan memarkir motor bongsor, apalagi kalau mogok, jauh lebih mengerikan.
BACA JUGA All New NMAX, Generasi Baru dengan Cita Rasa PCX dan ulasan menarik lainnya di rubrik OTOMOJOK.
Penulis: Dyah Retna Palupi
Editor: Yamadipati Seno