Sejauh ini rubrik Otomojok lebih banyak dijejali motor atau mobil berkelas yang menyasar kelas menengah ke atas ketimbang kendaraan sekelas motor Honda WIN100 dan Honda Karisma. Untuk akhi-akhi yang ingin terlihat lebih lakik tapi dompet sering cupet karena gaji hanya sesuai UMK tanpa bonus dan beberapa kali terpaksa libur kontrak di akhir bulan, tak perlu muluk-muluk pengin beli Kawasaki Ninja atau Honda CBR150, apalagi jika tubuh kalian nggak segagah Hamish Daud atau Jeremy Thomas. Kepada kalian, saya ingin berbagi informasi mengenai satu solusi motor yang cocok buat kalian. Namanya Honda Verza 150.
Apa jadinya jika kalian punya Ninja, Satria FU, atau CBR150 tapi aktivitas kalian melulu di kantor atau pabrik yang tiap berangkat pagi dan pulang sore selalu terjebak macet atau minimal jalanan padat merayap? Sialnya, kalian juga tidak bisa lewat jalan tol seperti Pak Edi yang dengan pongah bejek gas hingga 200-an km/jam di balik kemudi Honda Accordnya. Jangankan ngegas sampai 100 km/jam, bisa konsisten 60 km/jam sejauh tiga ratus meter saja sudah alhamdulillah. Tak percaya ? Coba lewat Jalan Diponegoro atau Jalan Darmo di Surabaya pas sore menjelang Magrib.
Kemacetan terkutuk yang demikian akan sangat menyiksa jika kalian mengendarai kendaraan yang berat dan bongsor, atau kendaraan yang demikian boros bahan bakarnya. Masak iya tiap berhenti di lampu merah kalian matikan dulu mesinnya si Satria FU hanya untuk mengirit bahan bakar? Atau karena saking macetnya kalian lebih memilih menuntun si FU ini?
Maka daripada itu, tak ada salahnya menengok Verza 150 yang konsep bodinya sudah disesuaikan dengan perawakan orang Indonesia. Dan yang terpenting, harganya relatif murah dibanding motor sport 150 cc lain: 18 sampai 19 jutaan kalau beli tunai.
Verza 150 yang beratnya tak sampai 130 kiloan juga lincah meliuk-liuk di jalanan padat. Honda juga sudah membekalinya dengan teknologi injeksi bahan bakar PGM-Fi sehingga keiritan bahan bakarnya tiada tanding di kalangan 150 cc lain, cocok buat kalian yang selalu cupet di tengah bulan.
Meski cukup ringan untuk ukuran motor sport (saya bilang gitu karena tiap nyervis di AHM selalu kena tarif motor sport), si Verza cukup tangguh melibas jalanan. Motor ini dilengkapi mesin 4 tak, silinder tunggal dengan sistem SOHC (single overhead cam, jadi maklumi jika larinya nggak sekencang FU, namanya aja motor irit), serta dilengkapi pendingin. Tipe transmisinya manual 5-percepatan.
Konsep bodi Verza yang nggak nungging seperti Yamaha R15 dan didukung sistem suspensi ganda akan memberikan kenyamanan bagi kalian. Posisi punggung dan kepala kalian maupun gebetan di belakang bisa tegak, jadi agak sulit cari yang ena-ena atau mbathi. Percayalah, posisi tegak kalian sebagai pengemudi menambah 15% kegagahan kalian yang merupakan cara lebih elegan untuk memesona lawan jenis.
Nilai lebihnya, emak-emak kalian juga akan diantar ke pasar karena tak perlu risih. Coba kalian boncengin pakai R15 atau FU … membayangkan saja saya sudah terpingkal-pingkal. Sesungguhnya pemakai Verza memakai lelaki baik-baik yang sayang mama.
Terkait ketangguhan dan keiritan bahan bakar, saya punya pengalaman ketika menempuh perjalanan Gresik—Blora, tepatnya ke Desa Ketringan di Kecamatan Jiken yang berjarak 165 km dengan kontur jalan menanjak dan jalan makadam menembus hutan jati. Saya perlu waktu tiga jam untuk sampai tujuan dan bahan bakar yang dihabiskan tidak lebih dari enam liter pertamax PP (330 km). Tak bisa dibayangkan jika kalian naik FU dengan jarak segitu, butuh berapa bahan bakar dan betapa sakitnya punggung kalian karena suspensi yang tak tahan dengan jalan berlubang walau sedikit sekalipun.
Selain itu, jika kalian netizen dari desa yang punya orang tua/kalian sendiri adalah petani atau buruh pabrik, Verza akan banyak membantu kalian berperan memberi sumbangsih dalam dunia pertanian. Jauh-jauh hari, julukan sebagai motor pekerja sudah tersemat di setang Verza ini. Kerangka diamond steel dengan bahan pipa baja dan suspensi dual shock-nya tangguh dan kokoh menahan beban. Contohnya, beban gabah atau beras sekarung yang kalian angkut ke penggilingan selepas panen tak menjadi masalah berarti walaupun jalanan yang ditempuh harus naik turun.
Satu lagi bukti nyata bahwa bukan cuma FU yang bisa nikung: saya dan Verza putih keluaran 2014 berhasil menikung gebetan teman yang pakai Satria FU loh. Kalau jodoh benar di tangan Tuhan, tidak perlu merasa bersalah kan? Verza cuma cuma membantu mengantarkan saya pada jodoh saya. Sekarang mbak-mbak hasil tikungan itu ya benar sudah menjadi istri saya. Hahaha.
Jadi, kalau keluaran 2014 saja bisa nikung Satria FU, apalagi seri facelift-nya yang dipercantik dengan striping baru yang lebih sporty dan suspensi belakang yang tak lagi berwarna merah, melainkan hitam sehingga lebih maskulin. Bagi kami pemakai Verza, sudah saatnya lagu NDX direvisi: ra Verza ra oleh dicinta ….
Ngomong-ngomong masalah kelemahan, jika kalian penggila kecepatan yang disukai kimcil kepolen, jangan pilih Verza. Salah satu implikasi bahan bakar irit memang power menjadi rendah. Dan power Verza termasuk yang paling rendah di kelasnya, kecepatan maksimum hanya 110km/jam. Speedometer-nya juga masih setengah analog, setengah digital.
Beberapa indikator pun tidak ada, seperti indikator gigi. Mesin dan rantai lumayan berisik, rem belakang masih menggunakan tromol, dan bodinya itu lo, dewasa banget, kalau tak ingin disebut tua. Tapi, di situlah nilai yang tak banyak dilihat orang. Perempuan yang ingin serius selalu mencari pria dewasa yang matang, catat itu.
Jadi, jelas kan prinsip kami lelaki pengguna Verza: buat apa beli motor ngebut kalau ketemunya jalan macet? Buat apa beli motor modus kalau bisa modus dengan cara elegan? Buat apa kuliah di IPB kalau nggak punya sumbangsih untuk pertanian Indonesia?
Dan yang paling penting: buat apa beli motor keren tapi nggak bisa ngantar ibumu ke pasar? Memangnya surga sudah pindah ke pelukan gebetan?
Pria-pria sayang mama, bersatulaaah! *now playing “Cinta untuk Mama“*