Honda Supra X 125 yang irit bahan bakar
Saya kira, Honda Supra X 125 dipilih warga pelosok desa salah satunya karena irit bahan bakar. Honda Supra X 125 diklaim oleh PT. Astra Honda Motor (AHM) bisa melaju sejauh 57 km per liter. Meskipun irit dan tidaknya motor itu relatif dan tergantung pada banyak faktor. Namun, dengan kopling semi-otomatis yang dimiliki Honda Supra X 125 membuat motor satu ini tetap lebih irit BBM ketimbang motor matik CVT.
Honda Supra X 125 juga dibekali mesin dengan ukuran bore x stroke 52,4 x 57,9 millimeter dengan kompresi 9,3:1 yang berarti mesin ini cukup aman menggunakan Pertalite (RON 90). Hal ini menjadi penting karena di daerah pelosok harga bensin mahal. Kalau membeli motor yang tidak bisa diisi Pertalite banyak ruginya.
Nggak hanya itu, di daerah pelosok penjual bensin ecerannya mayoritas jualan Pertalite bukan Pertamax Turbo. Jadi, membeli Honda PCX 160 atau Vario 160 atau motor dengan kompresi besar lain justru tidak logis kecuali jika kebutuhannya untuk gaya-gayaan.
Jumlah bengkel resmi untuk Honda Supra X 125 bisa dihitung dengan jari
Selain susah menemukan SPBU, menemukan bengkel resmi di pelosok juga tak kalah sulitnya. Umumnya, bengkel resmi hanya terdapat di kota kabupaten dan lokasinya menempel dengan dealernya.
Jika ingin servis ke bengkel resmi, penduduk di pelosok harus pergi jauh sampai ke kota. Itu saja jika kotanya masih berada dalam satu pulau. Lha, kalau posisi kota kabupatennya di pulau lain, mereka harus menyeberangi lautan hanya untuk servis motor.
Banyak penduduk di pelosok biasanya lebih memilih ke bengkel sederhana yang dekat dengan kampungnya. Jika untuk membersihkan karburator saja biayanya sekitar Rp30 ribu, ganti oli ongkosnya sekitar Rp15 ribu. Nggak jarang, penduduk pelosok juga servis motornya sendiri di rumah. Kondisi seperti ini membuat warga pelosok lebih tertarik dengan motor bebek yang mudah dibongkar.
Honda Supra X 125 selain terkenal memiliki mesin bandel, perawatannya juga mudah, komponen mesinnya mulai dari karburator hingga filter udara dan filter bensin bisa dibersihkan sendiri di rumah. Ganti busi juga mudah. Bahkan jika top speed-nya mulai menurun lantaran piston aus atau mungkin pilot jet dan main jet sudah tidak berfungsi dengan baik semuanya bisa diselesaikan oleh bengkel tidak resmi di kampung. Spare part Honda Supra X 125 dari semua generasi juga mudah dibeli, bajakannya pun banyak sekali, dan harganya relatif murah.
Mesin bandel, BBM irit dan perawatan mudah menjadikan Honda Supra X 125 tetap menjadi idola di pelosok desa. Kehadiran motor matik memang menggoda, tapi motor bebek tetaplah pilihan utama.
Perspektif pelosok orang Jawa perlu diluruskan
Mungkin ada di antara Anda yang bergumam “Ah, di pelosok pasti banyak motor matik, sebab angka penjualan motor matic di Indonesia tertinggi.” Bentar, tenang dulu, mari kita samakan pandangan tentang pelosok.
Kita yang hidup di Jawa sering menganggap tempat yang jarang didengar sebagai daerah pelosok, padahal belum tentu. Misalnya, ketika saya berpamitan ke teman akan pergi ke Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, teman saya mengatakan Bacan itu daerah pelosok.
Bacan, yang lebih populer di telinga kita lantaran batu akiknya itu sebenarnya adalah nama pulau. Pulau Bacan memiliki tujuh kecamatan dan kota kabupatennya sekaligus pusat administrasi kabupaten Halsel berada di pulau ini. Oleh sebab itu, dalam pandangan penduduk lokal (warga Halsel) Bacan bukan pelosok, tetapi kota kabupaten.
Salah satu ciri yang mudah dikenali apakah kita sudah sampai ke daerah pelosok atau masih di kota kabupaten adalah dengan melihat jenis motor dan jumlah SPBU-nya. Jika kita berada di daerah yang jalannya dipenuhi banyak motor matik dan masih melihat kehadiran SPBU meskipun hanya satu, tandanya kita masih berada di kota. Nah, kalau sudah banyak melihat motor bebek, tidak menemukan SPBU, artinya kita sudah mulai masuk pelosok Indonesia.
Jika Anda mengatakan di pelosok banyak motor matik, mungkin saja pelosok yang kalian maksud ternyata masih sebuah kota kabupaten. Hidup Honda Supra X 125!
BACA JUGA Honda Supra X Emang Tangguh di Jalan Terjal, Bukan di Jalan Aspal dan analisis menarik lainnya di rubrik OTOMOJOK.
Penulis: Tiara Uci
Editor: Yamadipati Seno