Honda Karisma Produk Gagal? Bodo Amat, Ini Bukti Cinta Memang Perlu Diperjuangkan

MOJOK.CO – Kalau cinta sudah diperjuangkan, niscaya, akan berbuah manis di jangka panjang. Maaf saja buat yang tekun ngajak saya menjual Honda Karisma. Saya mau bilang: bodo amat.

Sudah hampir 5 tahun Honda Karisma menemani keseharian saya. Selama itu pula banyak orang yang menyarankan saya ganti motor. Mereka menawarkan Honda Supra X, Honda Vario, Yamaha Mio. Semua punya alasan yang sama: menurut mereka, Karisma adalah produk gagal dan ribet sekali perawatannya.

Untuk kegigihan mereka untuk membujuk, saya salut, deh. Namun untuk ganti motor, ya maaf, bodo amat. Saya sudah kadung nyaman sama Honda Karisma berwarna biru-hitam ini. Bagi saya, menjaga motor bebek ini tetap nyaman menjadi sebuah bukti kalau cinta itu memang harus diperjuangkan. Ini namanya setia sama pasangan. Jomblo can’t relate, minggu dulu, please.

Saya bukannya tidak tahu kalau Honda Karisma memang dianggap produk gagal. Muncul, kalau tidak salah, di 2002, pabrikan Honda sudah tidak produksi motor ini lagi pada 2005. Cuma 3 tahun saja Honda, kayaknya, menahan diri nggak segera menutup buku produksi motor ini.

Soal statusnya sebagai motor gagal, saya yakin pembaca sudah mendengar alasannya. Mulai dari body yang dianggap terlalu gemuk, masih pakai karburator, pakai rem tromol belum cakram untuk ban belakang, persneling keras, body gampang lepas sehingga muncul suara berisik, boros bensin, boros kampas rem, dan lain sebagainya.

Nggak adil, dong, kalau cuma ngasih kekurangannya. Kelebihan Honda Karisma, antara lain suspensi yang empuk, indikator bensin dan speedometer digital, sudah punya bagasi di bawah jok, dan mesinnya bandel. Untuk motor penerus Honda Kirana yang memang “aneh” itu, saya rasa Karisma nggak jelek-jelek amat, kok.

Apakah bensinnya boros? Saya masih setia sama anggapan kalau boros tidaknya bensin bergantung sama pemakaian. Istilahnya bisa boros buat kamu, tapi biasa saja buat saya.

Buat gambaran, rumah saya ada di Jalan Kaliurang kilometer 14. Tempat kerja saya adalah sebuah sekolah swasta di Kota Yogyakarta. Setiap hari, sekali jalan, saya menempuh 19 hingga 20 kilometer. Berarti, pulang dan pergi mengajar, saya melahap 40 kilometer. Kita bulatkan saja biar gampang.

Saya mengisi bensin setiap 4 atau 5 hari sekali. Pertamax Rp20 ribu rupiah saja. Untuk Sabtu dan Minggu, saya ada di rumah. Terkadang, saya perlu pulang ke rumah orang tua untuk mengantar dagangan istri saya. Jadi, dalam satu minggu, saya bisa 6 kali bolak-balik 40 kilometer. Apakah ukuran seperti itu bisa dibilang boros bensin? Kalau saya, sih, malah hemat, kok.

Ada yang bilang saya bisa irit karena jarang sekali ngebut. Nah, ini saya nggak tahu hitungannya gimana. Namun, kalau pakai motor Honda, Karisma salah satunya, paling enak memang jalan 60 sampai 70 km/jam saja. Jalan santai, sesekali saja ngebut buat nyalip mobil yang secara serampangan pindah ke jalur kiri jalan.

Honda Karisma, dan semua produk Honda lainnya, terutama kelas bebek ya, paling enak buat jalan santai. Mesinnya halus, perpindahan gigi juga jadi lancar banget, suspensi enak. Dan yang pasti, semua komponen jadi awet.

Soal komponen, Honda Karisma memang jadi wujud nyata cinta perlu diperjuangkan. Memang butuh beberapa penggantian onderdil supaya napas tetap panjang. Untuk soal ini, saya perlu berterima kasih buat Mojok. Dua tahun yang lalu, Mojok pernah menayangkan artikel trik menekan biaya perawatan motor Honda. Beberapa saya coba dan memang membantu.

Pertama, saya mengganti gear set. Mojok menyarankan mengganti gear set Honda Karisma dengan gear set Supra Fit. Penjelasanya seperti ini:

“Trik yang bisa dilakukan bagi Anda pengguna Karisma dan Supra 125 adalah mengganti gear set. Gunakan gear set milik Supra Fit. Seri Supra Fit sudah menggunakan rantai 428 yang lebih tebal. Tapi, ada satu saran yang harus Anda patuhi, yaitu potonglah 2 mata rantai dari gear set Supra Fit.

Alasannya, jumlah gigi belakang Supra Fit lebih banyak dibandingkan Karisma. Jika Supra Fit punya 36 mata gigi, Karisma punya 35. Selain itu, lengan ayun Supra Fit juga lebih panjang ketimbang Karisma. Nah, harga gear set yang orisinal ada di antara 150 hingga 160 ribu, sementara harga second brand-nya hanya 110 ribu.”

Kedua, pakai ban tubeless. Biar nggak tidak boros ban, saya pakai tubeless. Ban jenis ini akan tetap menjaga udara tetap berada di dalam ban ketika paku menusuk. Situasi ini mengizinkan pengendara untuk mencari tukang tambal ban khusus.

Ketika pakai ban tubeless, tambahkan cairan anti-bocor atau tire sealant. Ketika ban tertusuk paku, cairan ini akan menutup lubang dan mengeras ketika terpapar udara. Harga tire sealant cuma Rp25 ribu saja untuk satu ban.

Ketiga, akalin suara gradak gruduk body Honda Karisma dengan kabel tis dan double tape. Kabel tis untuk menyambung bodi plastik motor Honda bekas menjadi lebih rapat. Double tape berfungsi sebagai bantalan yang direkatkan di antara dua body. Jadi, ketika lewat jalan yang tidak rata, bodi plastik tidak akan berbenturan secara langsung.

Terakhir, ini kamu semua pasti tahu. Kalau punya motor ya diservis dan ganti oli secara rutin. Yang saya lakukan di atas mungkin terlihat ribet banget. Namun, sampai hampir 5 tahun penggunaan, saya tidak pernah ketemu masalah serius.

Honda Karisma yang saya “perjuangkan” memberi kontribusi kepada dompet secara signifikan. Nggak boros bensin dan perawatan yang minimal. Kalau cinta sudah diperjuangkan, niscaya, akan berbuah manis di jangka panjang. Maaf saja buat yang tekun ngajak saya menjual Honda Karisma. Saya mau bilang: bodo amat.

BACA JUGA 5 Trik untuk Menekan Biaya Perawatan Motor Honda atau kisah cinta dengan motor lainnya di rubrik OTOMOJOK.

Exit mobile version