Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Otomojok

Penderitaan Naik Bus di Kalimantan: Dari Ujung ke Ujung Ekuator Semuanya Serba Jauh

M. Faizi oleh M. Faizi
30 Desember 2024
A A
Penderitaan Naik Bus di Kalimantan Semuanya Serba Jauh MOJOK.CO

Ilustrasi Penderitaan Naik Bus di Kalimantan Semuanya Serba Jauh. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Perjalanan antarkota atau antarwilayah di Kalimantan itu sulit dalam banyak hal. Ya sulit transportasinya, ya sulit medannya. 

Terbang dari Juanda ke Pontianak, saya membawa imajinasi angkutan jalur darat di Kalimantan itu tidak jauh berbeda dengan Jawa Timur. Di sana ada semacam Sumber-nya juga, ada AKAS-nya, ada Sinar Mandiri-nya. 

Kalau mau bepergian, kita tinggal berdiri di tepi jalan. Sebelum habis setengah batang rokok di jepitan tangan, bus yang ditunggu bakal datang. Ternyata, begitu saya meninggalkan kedai kopi Asiang menuju ke Terminal Antar Lintas Batas Negara di Ambawang, aura dan suasana jalannya sudah terasa bakal jauh berbeda.

Berdasarkan informasi yang saya kulik beberapa hari sebelum hari keberangkatan, 11 Desember 2024, pemberangkatan bus di sana itu berkala. Bahkan terkadang hanya ada satu kali dalam sehari. 

Wah, gawat ini! Konon, ada rute DAMRI di Kaltim, dari Samarinda ke Tanjung Selor, yang jadwalnya bahkan tidak pasti setiap hari. Gambaran ini bukan penanda soal kemajuan dan ketidakmajuan. Ini semua karena, ya, karena ini adalah Kalimantan, salah satu pulau terbesar di dunia yang penduduknya hanya 24 juta. Masih jauh lebih banyak warga Jabodetabek yang mencapai 30 jutaan jiwa.

Pemandangan Kalimantan yang lengang

Kamu bisa melihat suasana kemelompongan lahan di sepanjang perjalanan. Apalagi kalau kamu berada di bagian tengah pulau Kalimantan. 

Misalnya kamu hendak pergi dari Pontianak menuju Pangkalanbun. Nah, SPBU pertama yang bakal kamu temukan itu baru ada setelah 90 menit perjalanan. Lampu merah pertama yang bakal kamu jumpai, berada di dekat Nanga Bulik. Itu setelah mobilmu menggelinding sejauh 526 kilometer. 

Perjalanan tanpa lampu merah ini serasa kamu masuk pintu tol Mojokerto dan keluar di pintu tol Kanci. Alam Borneo sangat cocok buat orang yang nggak sabaran di lampu merah.

Saya menjalani rute dari ujung ke ujung, titik khatulistiwa di barat, di Pontianak, ke titik tugu khatulistiwa di timur, di Bontang. Walhasil, perjalanan membutuhkan waktu 6 hari kerja. Saya sendiri bermalam di setiap kota besarnya (Pontianak, Nanga Bulik [hanya kota ini yang tidak terlalu ramai], Palangkaraya, Banjarmasin, Balikpapan, Bontang).

Jalur yang “masih baru” 

Jalur darat ini sebetulnya tergolong “baru kemarin lusa” dilintasi bus besar setelah banyak dilakukan perbaikan di sana-sini, di jalan Trans-Kalimantan. Sebelumnya, orang-orang di hulu tidak bisa bepergian ke mana pun kecuali harus melewati jalur sungai. Bahkan ada yang tetap begitu di hari ini. 

Orang-orang yang ada di pedalaman sana, di hulu sungai-sungai besarnya, seperti Kapuas, Mahakam, Barito, hanya bisa mengandalkan transportasi jalur air untuk angkutan orang dan terutama barang. Yang paling bikin saya heran, itu, lho, 2 toko swalayan yang selalu dibangun berdekatan, kok, ya masih sempat-sempatnya sampai ke tempat terpencil begitu tetap saingan.

Jalur air yang menggunakan perahu besar (mereka menyebutnya bus air—anggap saja ia nama perusahaan dirgantara pesaing Boeing; AirBus) sebagai alat transportasinya, hanya tersisa di jalur Muara Teweh ke Banjarmasin dan dari Long Bagun ke Samarinda. Sisanya hanyalah perahu klotok dan perahu cepat bermesin tempel yang disebut speed (terlalu panjang disebut speedboat). 

Akses jalur darat di daerah yang banyak sungainya bukan sekadar menghadapi masalah pondasi tanah bergambut. Masalahnya adalah besarnya biaya untuk membangun banyak jembatan. Di beberapa tempat di sungai-sungai Kalimantan banyak buayanya juga. Beda dengan di Jawa yang buayanya sudah pindah ke darat.

Baca halaman selanjutnya: Di sini, semua serba jauh dan sulit.

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 31 Desember 2024 oleh

Tags: jalur bus kalimantanKalimantannaik busPalangkarayapontianaktiket bus kalimantan
M. Faizi

M. Faizi

Aktivis tahlilan dalam kampung hingga antarkota antar-provinsi. Menyukai perjalanan naik bus dan menuliskan catatan perjalanannya. Menulis buku dan lagu berbagai genre, fingerstylist tapi takut kamera, banyak suka terhadap barang-barang lawas, terutama Colt T120

Artikel Terkait

Down For Life.MOJOK.CO
Ragam

“Prahara Jenggala”: Ikhtiar Down For Life Suarakan Perjuangan Masyarakat Dayak Melawan Penghancuran Hutan

24 Desember 2024
Minta Tanda Tangan Imam di Ramadan itu Merepotkan MOJOK.CO
Ragam

Minta Tanda Tangan Imam di Bulan Ramadan, Kegiatan yang Pernah Dianggap Imam Masjid Merepotkan dan Membuang Waktu

28 Maret 2024
gaji pertambangan.MOJOK.CO
Ragam

Gaji Pertambangan Baru 3 Jutaan Dikira Kaya, Langsung Jadi Sasaran Pinjam Duit Teman sampai Sulit Menolak

25 Maret 2024
lulusan sma kerja pertambangan.MOJOK.CO
Ragam

Lulusan SMA Dapat Kerja Pertambangan, Gaji Belasan Juta Bikin Tak Ingin Kuliah dan Pandang Sebelah Mata Sarjana

21 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.