Tan Malaka adalah seorang pengajar, filsuf, sekaligus pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia aktif dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia sejak masa mudanya. Sosok yang mendapat sebutan ‘Bapak Republik’ oleh Majalah Tempo ini juga banyak menyumbangkan pemikiran soal militerisme di Indonesia melalui bukunya berjudul “Nasionalisme, Komunisme, dan Revolusi”.
Buku karya Tan Malaka tahun 1925 itu berisi gagasan pembentukan tentara rakyat untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pandangan Tan Malaka tentang militerisme ini mendapat dukungan dari beberapa tokoh nasionalis lainnya, seperti Soekarno dan Mohammad Hatta. Namun, pandangan ini juga mendapat kritik dari beberapa tokoh nasionalis lainnya, seperti Sutan Sjahrir.
Sistem Pertahanan ala Tan Malaka
Dalam buku yang lain berjudul “Gerpolek: Gerilya-Politik-Ekonomi”, pahlawan Indonesia yang pernah menjadi anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) ini menganalisis soal tahapan-tahapan perang serta perbandingan dengan perang pembebasan di negara lain yang pernah ia alami secara langsung. Salah satu hal yang mengesankan dalam buku ini yaitu gagasan Tan Malaka ketika menyodorkan dua macam sistem pertahanan, yaitu tentara rakyat dan laskar rakyat (milisi rakyat).
Pemikiran filsuf yang lahir di Sumatera Barat tentang militerisme ini memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan militerisme di Indonesia. Tentara rakyat bentukannya di Sumatera Barat pernah menjadi salah satu kekuatan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tentara rakyat kemudian berkembang menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang sekarang kita kenal.
Sementara itu, konsep milisi rakyat saat ini berkembang menjadi semacam laskar atau paramiliter yang biasanya melekat pada ormas dan partai politik di Indonesia. Laskar ini secara dandanan mirip dengan tentara militer, tapi sebetulnya bukan.
Bagaimana asal muasal sesungguhnya kelahiran laskar dan brigade dalam tubuh parpol dan ormas bisa dianggap sah dan halal? Dengan tujuan apa mereka ada? Benarkah Tan Malaka adalah pencetus ide tentang perang gerilya, bukan oleh Jenderal Soedirman atau Jenderal AH Nasution?
—
Mau nonton video edisi #Jasmerah sebelumnya kunjungi playlist Youtube di sini. Atau jika mau lihat-lihat video Mojok yang lain dengan isu dan tema yang menarik, yuk ngintip video-video lainnya di sini.