MOJOK.CO – Lorjhu populer dengan musik rock berbahasa madura. Band ini menerabas sekat-sekat bermusik dengan karya musik yang kental dengan budaya daerah.
Mojok berkesempatan berbincang dengan Badrus Zeman. Pentolan band rock Lorjhu yang semua liriknya berbahasa Madura.
Obrolan ini direkam dalam sesi Putcast Live on Stage di Cherrypop Festival 2023. Bincang-bincang antara Badrus, Nuran Wibisono yang kita kenal sebagai jurnalis musik, dan Kepala Suku Mojok Puthut EA terjadi beberapa menit setelah Lorjhu memainkan musiknya di Stage Mojok Nanaba.
“Jadi aku kan orang Parenduan dan di situ yang namanya kesenian itu ‘basah’ lah,” ucap Badrus mengawali perbincangan.
Yak, Parenduan adalah sebuah desa di kecamatan Sumenep, Madura. Badrus hendak menjelaskan bahwa akar berkeseniannya berasal dari daerahnya ia lahir.
Parenduan memiliki banyak kisah untuk Badrus. Tempat ia lahir, pesantren, dan mengeksplorasi beragam seni sebelum akhirnya ia melanjutkan pendidikan di Jurusan Film Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
“Jadi parenduan itu adalah salah satu desa di Sumenep. Akar katanya saja sudah ketahuan kalau itu pasti akan ada banyak seniman karena kalau nggak salah asal katanya ‘rindu’ ya,” ucap Puthut EA merespon apa yang Badrus lontarkan soal Parenduan.
“Orang kalau mau belajar sejarah seni itu kan soal ‘istirahat dan merenung’. Sebenarnya sejarah orang yang punya waktu luang dan beristirahat dari aktivitas. Jadi dari situ saja kebayang kalau di situ muncul banyak orang yang suka seni,” imbuh Puthut.
“Kumpulannya orang yang punya pemikiran hahaha,” canda Badrus.
Fase bermusik Badrus Zeman ‘Lorjhu’
Badrus yang memainkan peran sebagai penuli lagu, vokalis, dan gitaris untuk Lorjhu menjelaskan bahwa ia mengalami beberapa fase sebelum akhirnya mulai ngeband.
Fase awal bermusik telah ia mulai sejak duduk di bangku SD. Ia bercerita sejak berseragam merah putih Badrus doyan banget banget bikin lagu.
“Bikin lagunya tanpa pakai alat musik. jadi aku tulis lirik terus aku nyanyikan saja gitu karena alasannya adalah biar beda sama teman-temanku,” ungkapnya.
Fase selanjutnya adalah saat Badrus duduk di sekolah Tsanawiyah atau setara SMP. Ia mulai membuat grup musik dengan seorang temanya. Tak main-main, Badrus membuat grup eksperimental yang memainkan musik hanya dengan menggunakan gentong air.
“Ya tapi dulu kan masih mikirnya keren. Sampai bikin koreo-nya gimana caranya ya biar keren gitu aja hehehe,” ucap Badrus
Tahap bermusik Badrus selanjutnya adalah fase ngeband saat bersekolah di Madrasah Aliyah atau setara SMA. Di fase ini ia menjajal membentuk sebuah band. Namun, ia lagi-lagi ingi tampil beda dengan band yang ada di sekitarnya.
“Studio di Parenduan itu cuma ada satu dan kalau kita latihan pasti ditonton,” tegas Badrus.
“Nah gimana caranya kita nggak diceng-cengin sama temen-temen. Ya nggak boleh bawa lagu orang. Bikin lagu dari sejak awal. Lagunya bahasa Madura,” paparnya lagi bercerita mengenai asal-muasal ia membuat lagu berlirik bahasa Madura.
Musik dengan lirik bahasa daerah
Lorjhu yang karyanya kental dengan nuansa Madura nyatanya berhasil memikat pendengar musik di Indonesia. Liriknya yang berbahasa Madura tak menerobos sekat-sekat bermusik.
Karyanya banyak diputar di platform digital hingga Youtube. Bahkan Band asal Sumenep ini kini jadi langganan festival musik di tanah air.
Nuran Wibisono punya jawaban kenapa band ini bisa meraih telinga pendengar musik di Indonesia. Ia membeberkan fakta bahwa kini mesin pencarian teratas di platform musik itu justru musik berbahasa daerah.
“Sejak beberapa tahun terakhir itu ada fenomena hyperlokal. Jadi orang-orang di era global ini malah justru memberi perhatian lebih kepada sesuatu yang lokal,” kata Nuran.
“Scene music Indonesia sewindu terakhir gitu ya selain Lorjhu itu ada Theory of Discoustic dari Makassar. Dia pakai bahasa Bugis dan itu albumnya dipuji di mana-mana itu bagus banget. Nah Lorjhu ini salah satu gelombang baru band yang memakai bahasa lokal dan menceritakan tentang kultur dan kebajikan lokal dan itu sangat menarik.
Lebih jauh lagi, Nuran berpendapat bahwa ternyata di dunia yang serba global, dengan bahasa yang asing ternyata musik itu tetap bisa menerabas sekat-sekat itu. Ia lantas mencontohkan lagu-lagu Didi Kempot dan Manthous yang karyanya abadi.
Pendapat Nuran ini lantas diamini oleh Badrus. Ia tak menyangka bahwa lagu yang ia tulis bisa menjangkau audience yang sangat luas. Bahkan ada beberapa pesan masuk di akun media sosialnya memberi testimoni tentang lagu Lorjhu.
“Aku nggak habis pikir waktu itu ada pekerja dari Madura di Malaysia tiba-tiba DM aku. Dia bilang terima kasih udah bikin lagu ‘Toron’, oh ternyata mereka suka karena lagu itu memang tentang pulang kampung,” kata Badrus.
“Jadi ya Lorjhu itu kan tema-temanya kan memang dari pengalamanku saat kecil dan peristiwa yang aku temuin di saat sekarang,” pungkas Badrus.
Lihat obrolan selengkapnya pada video di atas.
Penulis: Purnawan Setyo Adi
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Madura Pride: Kala Band Sumenep Lorjhu’ Memikat Pendengar Musik
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News