“Aku juga yakin untuk membahagiakan orang tua, nggak melulu soal kirim uang ke rumah. Kadang orang tua cuman ingin kehadiran anaknya di antara mereka,” lanjutnya.
Hanif berujar orang tuanya tak pernah menentang maupun menghambat jalan kariernya. Mereka hanya berpesan agar Hanif mengukur perkiraan pendapatan dan pengeluarannya.
“Kata mereka rezeki nggak melulu dalam bentuk uang yang banyak. Yang harus dicari adalah rezeki yang barokah,” ujarnya.
Lingkungan kerja yang positif di Jogja
Demi menjalin kedekatan dengan keluarga sekaligus memantau kesehatan ibunya, Hanif akhirnya memilih tetap bekerja di Jogja dan melepaskan tawaran kerja di Dubai.
Toh, posisi lowongan yang kosong di perusahaan Dubai sebetulnya sama saja dengan pekerjaan dia saat ini. Hanya saja gajinya di Dubai lebih tinggi, sementara kalau di Jogja ia masih di bawah Rp20 juta tapi lebih dari UMR Jogja.
“Kurang lebih jobdesk-nya sama dengan apa yang sudah aku kuasai saat ini, sementara di kantorku sekarang aku dapat kesempatan untuk belajar hal baru dan jobdesk yang belum pernah aku handle sebelumnya,” tutur Hanif yang bekerja sebagai senior video editor dan client acquisition specialist.
Oleh karena itu, jika melihat dari sisi upskilling, Hanif merasa pekerjaannya yang sekarang sudah paling tepat, meski dari lubuk hati yang paling dalam ada kekhawatarin jika dirinya gagal. Namun, alih-alih merasa tertekan, ia ingin tetap berpikir positif.
“Aku lebih menganggapnya ini sebagai privilege untuk mendorong kita terus tumbuh. Di samping itu, kultur kerja yang supportif juga membuat aku nyaman untuk berproses di sini,” ucap Hanif.
Bagi Hanif, lingkungan kerja yang suportif juga menjadi salah satu nilai plus perusahaannya saat ini sehingga memutuskan kerja di Jogja. Setidaknya, saat tugas-tugas yang diberikan cukup banyak, ia masih bisa menjalankannya dengan gembira.
“Aku bisa tetap fun dan tertawa lepas dengan teman-teman. Nah itu sesuatu yang sulit untuk ditawar sih. Mungkin karena udah cocok juga sama kultur kerja di Jogja yang gotong royong dan rukun,” kata Hanif.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Merelakan Gaji Besar dari Perusahaan di Dubai daripada Mental Rusak karena Tekanan Hidup dan Pilih Slow Living di Gunungkidul atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












