Toko kelontong harus mengikuti perkembangan zaman
Pelayanan toko kelontong yang baik dan mengikuti perkembangan zaman adalah hal yang bikin toko Ardi meningkat pesat. Dia mengakui bahwa dia belajar hal ini saat akhirnya dipasrahi toko kelontong milik keluarga. Dia belajar lewat kegagalan toko-toko yang pernah dia temui.
Banyak toko yang masih tidak mengikuti zaman, tata barangnya masih begitu jadul, kurang ramah, dan tidak update adalah resep kegagalan yang dia temui selama riset. berangkat dari hal itu, dia meningkatkan aspek-aspek yang ada dalam toko.
Dia mengingatkan bahwa kalau memang mau sukses, toko kelontong ya harus mau ribet dan mulai meniru Indomaret atau Alfamart.
Salah satunya adalah mulai menggunakan QRIS sebagai alat pembayaran. Cuma, Ardi tetap mengingatkan, harus teliti dengan QRIS sebab sudah banyak kasus orang menipu dengan QRIS. Harus jadi pemilik toko yang cerewet lah intinya.
Jika sudah terpenuhi semua, omzet besar akan datang sendirinya. Ardi bilang, jika toko yang penataannya mirip market biasanya punya omzet sekitar 3-4 juta per hari. Tapi lagi-lagi, tergantung modal dan stok barang.
Snack artis nggak laku
Saya iseng bertanya, adakah barang yang orang anggap punya potensi laku keras di toko kelontong, tapi ternyata sama sekali nggak dilirik. Ardi menjawab ada, jawabnya adalah snack.
“Tahu snack (menyebutkan nama artis)? Dulu ngiranya bakal laku, ternyata nggak, Mas. Sampe berdebu. Padahal artisnya juga terkenal.”
Ardi mengingatkan bahwa memang beberapa barang punya potensi jeblok dan di sinilah pemilik toko kelontong diuji. Kalau sering melakukan kesalahan seperti ini, ya bisa ambyar tokonya.
Tapi ya memang itu bagian dari lika-liku jualan. Ardi mengaku jam operasional warung yang hanya buka dari sore sampai malam itu juga bisa dibilang gambling, toh berhasil.
“Yang penting harus riset pasar dan teliti pembukuan. Ribet memang, tapi namanya kerja, mana ada yang nggak ribet?”
Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Hammam Izzudin
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.