Merokok di kendaraan mungkin nikmat, tapi celaka bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Bayangkan ketika rokok yang ada di tangan atau mulutnya menghasilkan abu yang kemudian tertiup angin dan mengenai mata indahmu, apa yang kalian lakukan?
“Pertama ya pasti aku teriakin ‘Heh mas rokoknya, kena mata saya!’, Kalo belum dimatikan sama dia, bakal kupepet, sampe dia matiin pokonya gamau tau deh. Pernah juga waktu itu kejar-kejarannya kurang lebih 5 menit di jalan,” kata Katya (22) mahasiswi asal Lombok ketika ditanya tentang merokok di atas motor.
Katya mengaku sangat sering menegur orang yang merokok di kendaraan, terutama motor. Jurusnya yang paling ia anggap jitu ialah mepet si pengendara yang merokok. Kejar-kejaran dengan perokok biasa ia lakukan. Katya mengaku tidak anti dengan perokok, tapi ia benci dengan perilaku orang-orang yang merokok di kendaraan mereka. “Tidak bisa didiamkan dong, sangat merugikan orang lain dan membahayakan kalau abunya sampai kena mata,” katanya.
Nora (26) punya pengalaman serupa, bukan hanya menegur, tapi ia misuh sapole. “Tak asu-asuke wong e hahaha… la keno moto e, nek picek piye? Njuk akhirnya tiap kami jalan nek dia ngudud tak minta untuk mematikan atau menghabiskan rokoknya dulu,” kata Nora menceritakan pengalaman berboncengan dengan pacarnya. Nora ingin pacarnya yang kini jadi mantan itu jadi perokok yang manis, yang merokok melihat situasi dan tempatnya bukan menjadi perokok yang barbar, merokok di kendaraan.
Menegur para perokok ini sebenarnya menguji nyali kita, setidaknya itu yang saya rasakan ketika menegur di jalan. Fina (21) juga mengaku merasakan hal yang sama, ketika kita menegur mereka yang merokok di kendaraan, ada perasaan takut kalau-kalau mereka nggak terima dan malah berujung info geger geden bosku! Sebagai warga Jogja yang katanya ramah, Fina menggunakan kalimat yang menurutnya halus. “Mas/pak ngapunten rokoke ngenani kula,” jelasnya.
“Yo aku gur ngomong ngono terus aku bablas, eh wonge ra trimo njuk aku di oyak dipepet ngono, tapi untung jalannya ramai dadi aku nyelip-nyelip njuk ra koyak,” tambahnya.
Salah satu kawan mengaku dia ialah perokok dan pernah merokok di jalan. Saya pun bertanya apa alasan para perokok ini meroko di jalan. Sengget (23) sendiri mengaku kalau merokok di jalan itu karena terburu-buru setelah makan mau lanjut kerja, karena waktunya mepet jadi yaudah ngerokok di jalan menurutnya ialah salah satu solusinya.
“Yang kedua kalau waktu lagi sepo di jalan pas perjalanan jauh misale,” tambahnya. Sengget mengaku bahwa selama ini ia belum pernah ditegur oleh pengendara lainnya. “Tapi nek neriakin orang pernah hehe,” ujarnya. Kalaupun ada yang menegur, Sengget dengan ksatria akan mematikan rokoknya. “Soale aku mengakui bahwa itu adalah hal yang salah,” jelasnya.
Marcella (20) juga mengaku kalau dia memilih cara bar-bar untuk menegur orang yang merokok di atas kendaraan. “Yo tak pisuhi wo asu jancuk. Biasane ya tak pepet juga, mau tak kejar tapi skill nyetir motorku kentang banget,” kata Marcella.
Meski kebanyakan orang yang merokok di kendaraan adalah cowok, Marcella tidak peduli. “Akusih berani bacot aja kalau negur mereka, ga berani kalau lainnya hahaha,” tambahnya tertawa.
Seorang kawan yang saat itu pergi boncengan bersama temannya juga mengaku bertemu mas-mas yang merokok sambil berkendara di jalan, “’Nggak boleh ngerokok sambil naik motor, Mas.’ Eh pas pulangnya, karena dingin, temenku malah ngerokok. Aku dan teman-teman lainnya hanya tertawa melihat tingkahnya,” ujar Bumi (27).
Mengedukasi masyarakat dari sebuah forum
Menegur para pengendara yang merokok di jalan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Seperti yang dilakukan oleh Pradana Yustiao Natanael (22) yang pada Mei lalu membagikan pengalamannya di grup Facebook “Info Cegatan Jogja” ketika menegur pengendara yang merokok.
Dalam postingannya, pria yang akrab disapa Dana ini membagikan unek-uneknya kepada anggota grup. Ketika Dama bermaksud untuk menegur pengendara tersebut, sang pengendara dengan santainya menjawab Dana dengan santai, “urusanmu opo,” bukannya malah mematikan rokoknya, si pengendara malah melanjutkan merokok sambil abunya ia buang melalui jendela mobilnya. Postingan Dana menuai pro dan kontra di kolom komentar.
Ada yang menyetujui bahwa menegur itu salah satu cara terbaik, ada pula yang menyatakan bahwa itu bukan urusan kita, serta masih banyak lagi pernyataan-pernyataan dari orang lain. Dalam suatu kesempatan, saya berbagi pendapat dengan Dana. Ia menyatakan jika ia setiap hari menegur jika ada pengendara yang merokok di jalan.
“Wah itu sudah saya lakukan sejak saya kelas 2 SMP, karena dulu saya pernah kena abunya,” jelasnya. Menanyakan perihal tegur menegur ini, Dana mengaku ia tidak pernah ragu untuk menegur para pengendara yang merokok. “Saya sih tidak takut selagi saya benar. Bapak saya bilang, ‘nek kowe salah, ngakuo salah , nek kowe bener, lawan o, ojo wedi’,” ujarnya.
“Kalau mas Dana sendiri biasanya negur cara sopan atau barbar?” tanya saya penasaran.
“Wah kalau dulu biasanya cara halus, sekarang barbar hahaha tadi juga saya barusan negur orang ‘pak abune kekno matamu yo’ gitu” jelasnya. Mendengar responnya, saya terheran-heran hahaha
“Wah mas hahaha gak pekewuh po negur bapak-bapak gitu?” tanya saya.
“Dienakin aja mbak, soalnya ya bahaya kan,” pungkasnya.
Kalau ditanya kenapa dulu menggunakan cara sopan dan sekarang berubah menjadi cara barbar ialah karena Dana merasa kalau dengan cara barbar bisa mendapatkan respon perokok tersebut secara langsung. “Dulu kan biasanya saya, ‘Ngapunten ngerokok ten jalan bahaya’ tapi ternyata mereka malah banyak omongnya mbak, kayak, ‘iya mas saya pelan-pelan nunggu habis’. Tapi kalau pakai cara barbar mereka biasanya langsung matikan rokoknya,” jelasnya.
“Kalau dari pengalaman mas Dana sendiri, apa tujuannya mas sharing di grup ICJ?” tanya saya.
“Ya biar orang-orang sadar kalau merokok di jalan itu bahaya dan kena abu rokok di sakit sekali. Walaupun banyak pro dan kontra karena banyak juga orang yang nggak suka karena pernah kena abu. Sedangkan yang tetap nyetel itu yang orang-orang yang suka merokok di jalan dan belum pernah kena abunya,” tegasnya.
Orang yang merokok di atas kendaraan dan menganggu orang lain sebenarnya ada larangannya. Ini sudah tertulis dalam Permenhub No.12 Tahun 2019 tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor Yang Digunakan Untuk Kepentingan Masyarakat. Dalam beleid ini, terdapat satu pasal yang menarik yakni Pasal 6 huruf C yang berbunyi: “Pengemudi dilarang merokok dan melakukan aktivitas lain yang mengganggu konsentrasi ketika sedang mengendarai sepeda motor.”Dana menambahkan jika pengendara yang merokok dari mobil sebenarnya diperbolehkan karena mobil tersebut juga memiliki sebuah fasilitas yaitu wadah untuk membuang putung dan abu rokok, tapi dengan keadaaan kaca mobil tertutup. Tapi kalau untuk pengendara motor jelas tidak diperbolehkan menyetir sambil merokok. “Kalau tidak menggangu orang lain tidak masalah menurut saya,” imbuhnya.
BACA JUGA Tentang Anggit, Bagaimana Ia Beternak Burung dan Ayam Mahal dan liputan menarik lainnya di Mojok.