Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Sosok

Suka Duka Pelatih Atlet Para-badminton: Dari Pemain yang Ngambek, hingga Iming-iming Hadiah dari Kocek Pribadi

Agung Purwandono oleh Agung Purwandono
4 November 2025
A A
Suka Duka Jadi Pelatih Atlet Para-badminton: Dari Pemain yang Ngambek,  hingga Iming-iming Hadiah dari Kantong Sendiri MOJOK.CO

Pelatih pemain para-badminton bukan hanya mengajarkan teknis bulu tangkis, tapi juga harus menjaga mental pemainnya tetap bagus. (Ilustrasi Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Dua pelatih para-badminton Indonesia, Muhammad Nurachman dan Neni Nurindah berkisah suka dukanya menjadi pelatih. Keduanya berhasil mengantarkan atlet-atletnya berjaya di Polytron Indonesia Para Badminton International (PIPBI) 2025 Solo. Di balik itu ada kisah yang jarang terdengar di publik

Kisah Nurachman 23 tahun jadi pelatih para-badminton Indonesia

Lebih dari 20 tahun, Muhammad Nurachman (54) menjadi pelatih atlet-atlet para-badminton (atlet bulu tangkis difabel). Pernah berpikir untuk mencari rezeki di tempat lain, Nurachman memutuskan bahwa panggilan hidupnya memang ada di para-badminton. 

“Tepatnya sudah 23 tahun, Mas. Saat itu belum banyak orang melatih para-badminton, belum ada fasilitas seperti sekarang,” kata Nurachman dalam obrolannya dengan Mojok, Minggu, 2 November 2025. 

Saya mengajaknya ngobrol di teras Stadion Manahan usai mendampingi, Qonitah Ikhtiar Syakuroh (24) yang meraih medali emas di pertandingan final nomor tunggal putri kategori Standing Lower 3 (SL3). Kejuaraan ini diselenggarakan oleh Polytron, Bakti Olahraga Djarum Foundation, National Paralympic Indonesia, dan Badminton World Federation (BWF).

Dua pelatih para-badminton Indonesia, M Nurochman (kanan) dan Imam Kunantoro (kanan) tersenyum usai Qohnitah Syakuroh dinyatakn menang di final melawan pemain Nigeria. MOJOK.CO
Dua pelatih para-badminton Indonesia, M Nurochman (kanan) dan Imam Kunantoro (kanan) tersenyum usai Qohnitah Syakuroh dinyatakn menang di final melawan pemain Nigeria. (Eko Susanto/Mojok.co)

Muhammad Nurachman berkisah, 23 tahun silam ia mendapat tugas dari Pusdiklat Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS), salah satu pusat pelatihan badminton terbesar di Jawa Tengah. Tugas itu adalah melatih atlet para-badminton. 

“Saat itu, saya nggak banyak berpikir, langsung bilang iya,” kata Nurachman. Ia tidak tahu bahwa ternyata atlet difabel yang ia latih banyak yang belum pernah bermain bulu tangkis. Satu hal lagi, banyak yang usianya sudah tua.

“Bahkan lebih tua dari usia saya yang saat itu berusia 31 tahun,” kata Nurachman. Sebagai pelatih ia bertugas melatih seluruh kategori semua nomor para-badminton, mulai tunggal, ganda, ganda campuran, baik wheelchair, standing, upper, lower, dan sebagainya.

Awal melatih, kendala yang Nurachman alami cukup banyak. Selain banyak yang usianya lebih tua, secara teknik badminton banyak yang masih kurang. Ini karena mereka rata-rata pemain yang berkompetisi di tingkat kampung. Punya pukulan keras, tapi secara teknik belum benar. “Saya harus membenahi satu persatu,” katanya. 

Latar belakang atlet yang beragam dengan status sosial ekonomi yang berbeda-beda juga jadi tantangan sendiri. Selain itu, sebelum menjadi atlet, sebagian dari mereka jauh dari hidup sehat. “Yang sering begadang, dan kebiasaan jelek lainnya. Itu sudah kebiasaan jadi cukup sulit menghilangkan kebiasaan itu,” kata Nurachman.

Suka duka banyak dilalui oleh  Nurachman saat mendampingi atlet-atlet para-badminton. Bukan sekadar kurangnya fasilitas, tapi juga karakter atlet-atletnya yang masing-masing punya mood berbeda-beda. 

bulu tangkis untuk difabel MOJOK.CO
M Nurochman saat mendampingi Qonitah Syakuroh di babak semi final PIPBI 2025 di Solo. Ia tak segan mengkritik pemainnya tersebut jika ada kekurangan saat memainkan strategi yang disepati. (Eko Susanto/Mojok.co)

Ia punya metode sendiri untuk melatih atlet asuhannya. Salah satunya dengan cara mengobrol program yang sudah ia rancang. Ia juga tak mudah memberi pujian kepada mereka. “Qonita misalnya, saya selalu sampaikan apa-apa kekurangannya setiap pertandingan. Meski dia juara, tetap saya beri catatan kekurangan, itu agar pemain tidak cepat puas dengan apa yang diraih,” kata Nurachman.

Meski berstatus sebagai pelatih tim nasional di NPC Indonesia, kondisi di tahun-tahun cukup menantangnya sebagai pelatih. “Dulu pelatnas kadang hanya sebulan, dua bulan, bahkan pernah cuma seminggu sebelum bertanding,” kata Nurachman yang berasal dari Solo. 

Kadang di luar jadwal pelatnas, atlet-atlet yang berasal dari kawasan Jawa Tengah datang ke Solo untuk berlatih bersamanya. Urusan biaya, lebih banyak gotong royongnya. “Banyak atlet yang belum bekerja, bahkan sama sekali tidak punya penghasilan,” katanya. 

Kalau ada rezeki, ia menraktir mereka. Kalau nggak ada, ya patungan untuk sekadar membeli makanan atau minuman di kantin.

Iklan

Bujuk pemain yang ngambek

Ada satu kejadian menarik yang ia alami tahun 2005. Tiga pekan sebelum keberangkatan tim para-badminton, ke Manila untuk ASEAN Para Games salah satu atlet yang ia latih tiba-tiba pulang saat libur Idulfitri. Masalahnya, atlet tersebut tidak kembali lagi ke asrama Pelatnas. Semua barang-barangnya dibawa.

“Saya cari ke rumah tidak ada. Akhirnya saya tahu dia di rumah saudaranya. Saya telepon dan saya mempersilahkan dia keluar dari Pelatnas, tapi syaratnya harus ketemu saja dulu. Atlet itu akhirnya datang dan curhat kenapa pergi dari Pelatnas,” kata Nurachman. 

Nurachman memberikan arahan untuk atlet binaannya, Qonitah Syakuroh yang akhirnya mendapat medali emas untuk tunggal putri kategori kategori Standing Lower 3 (SL3). (Eko Susanto/Mojok.co)

Nurachman kemudian membujuk atlet tersebut untuk jangan mundur karena pertandingan tinggal sebentar lagi, tinggal selangkah lagi untuk bawa medali untuk Indonesia. Akhirnya atlet tersebut bertahan dan akhirnya pulang membawa medali, perak dan perunggu. “Harus pinter-pinter untuk membujuk karena memang mood-nya bisa berubah cepat,” kata Nurachman. 

Hal yang membuat bahagia bagi seorang pelatih

Bagi Nurachman kebahagian terbesar baginya bukan sekadar atletnya menjadi juara. Namun, juga memiliki mental yang tangguh. Tidak sedikit atlet-atletnya datang dalam kondisi mereka diremehkan, diejek, bahkan dilecehkan. 

“Bahkan ada yang oleh keluarganya disisihkan, nggak dianggap. Mereka datang ke saya, ikut latihan selanjutnya berprestasi. Biasanya setelah itu jadi kebanggaan keluarga,” kata Nurachman. Tidak sedikit keluarga yang awalnya ‘menyembunyikan’ karena malu anaknya cacat, tapi kemudian bangga dengan mereka.

“Kebanggaan terbesar ya ketika mereka mendapatkan prestasi dan mengangkat derajat keluarganya,” ujar Nurachman. Ia bersyukur pemerintah saat ini memperhatikan fasilitas maupun penghargaan terhadap atlet. Atlet para-badminton kini bisa pulang membawa uang yang cukup. Bahkan bonus dari pemerintah seperti event paralimpik besarannya sama dengan peraih medali untuk yang non para-badminton.

Cara Neni Nurindah jaga mood pemain para-badminton

Neni Nurindah mungkin baru satu tahun mendampingi atlet para-badminton Indonesia sebagai pelatih. Namun, di Polytron Indonesia Para Badminton International (PIPBI) 2025 ia berhasil mengantarkan atlet-atlet yang dilatihnya meraih medali emas. Subhan/Rina Marlina meraih medali emas untuk kategori ganda campuran SH 6, sementara Dimas Tri Aji/Subhan meraih medali emas untuk ganda putra SH 6.

Subhan dan Marlina menyalami pelatih mereka, Neni Nurindah usai meraih kemenangan di final PIPBI 2025 untuk kategori ganda campuran SH 6 MOJOK.CO
Subhan dan Marlina menyalami pelatih mereka, Neni Nurindah usai meraih kemenangan di final PIPBI 2025 untuk kategori ganda campuran SH 6. (Eko Susanto/Mojok.co)

“Tantangannya, harus sangat sabar dan memahami kondisi mereka. Mood atlet para itu sering naik turun dan bisa terbawa sampai ke lapangan. Kalau lagi nggak mood, ya performanya ikut turun,” kata Neni kepada Mojok di tribun penonton. 

Kepada atlet, Neni menekankan bahwa ketika mood naik turun bukan berarti harus menyerah, ia menekankan bahwa kunci hasil baik atau buruk itu ada di diri sendiri atlet itu sendiri.  “Berbeda dengan atlet non-para. Dulu saya atlet badminton juga, kalau sama pelatih dikasih program seberat apapun, kami siap jalankan. Kalau sekarang kita harus paham dengan kondisi mereka,” kata Neni. 

Meski baru setahun melatih, tapi Neni sudah mengenal karakter pemain-pemain tersebut. Itu karena ia kerap menjadi lawan sparing atlet para-badminton. “Saya sudah cukup paham dengan karakter mereka, begitu juga mereka. Bahkan karena dekatnya dengan mereka, saya bukannya dipanggil coach, tapi Mbak,” kata Neni tertawa. 

Neni juga harus pintar-pintar mengatur program latihan dengan menyesuaikan kategori pada atlet. 

Neni juga harus pintar-pintar mengatur program latihan dengan menyesuaikan kategori nomor yang diikuti atlet. Pola latihan juga sangat berbeda, misalnya kategori SH6, karena tinggi tubuh yang terbatas, maka akan fokus di latihan fisik. Beban latihan juga harus melihat pemain tersebut jika atlet tersebut bermain di beberapa nomor sekaligus. 

Bujuk pemain dengan uang taruhan 

Seperti yang Neni sampaikan, mood pemain cukup cepat berubah. Ia, misalnya sempat marah kepada Subhan. Pemain tersebut sebenarnya bagus, tapi begitu tahu lawannya juga bermain bagus, dia akan down. “Begitu ketinggalan, ia berpikir lawannya lebih hebat, jadi dia kalah di nomor tunggal. Nah persoalan seperti itu yang kerap muncul,” kata Neni.

Pelatih Neni Nurindah memberikan nasihat kepada pemain tunggal putra kategori SH 6, Subhan dalam semifinal. (Eko Susanto/Mojok.co)

Ia sempat marah ke Subhan, saat melihat bermain tanpa usaha. “Saya bilang ke Subhan, ‘kamu niat main nggak? Kalau nggak niat, ya sudah nggak usah ikut pertandingan. Kalau main itu yang semangat, kalaupun kalah, kalah terhormat’,” kata Neni menirukan ucapannya ke Subhan. 

Omongan itu ia berikan tambahan, “Kalau menang, nanti Mba transfer, 500 ribu,” kata Neni. 

Cara itu memang kadang ia gunakan untuk memompa semangat pemain-pemainnya. Neni akan memberikan hadiah sejumlah uang saat bertanding maupun saat latihan. “Mulai dari 50 ribu sampai 500 ribu. Kalau mereka bisa mengalahkan lawan-lawannya, saya kasih mereka uang, itu ternyata efektif untuk meningkatkan semangat mereka,” kata Neni tertawa. 

Mantan pemain nasional Indonesia ini mengatakan, cara ini memang membuat ia merogoh kocek pribadi, tapi baginya itu tak masalah. Selama itu membuat atlet-atletnya lebih bersemangat untuk menang.

BACA JUGA: Subhan dan Rina Marlina: 2 Anak Kampung yang Mendunia, Tapi Tiap Naik Pesawat Masih Nggak Nyangka atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Terakhir diperbarui pada 5 November 2025 oleh

Tags: bulu tangkisdjarum bakti foundationpara badmintonPIPBI 2025
Agung Purwandono

Agung Purwandono

Jurnalis di Mojok.co, suka bercocok tanam.

Artikel Terkait

Fisioterapi: Tangan-Tangan di Belakang Layar yang Jadi Kunci Prestasi Atlet Para-Badminton.MOJOK.CO
Ragam

Pijatan Berhadiah Kemenangan: Tangan-Tangan di Belakang Layar yang Jadi Kunci Prestasi Atlet Para-Badminton

3 November 2025
Subhan dan Rina Marlina: 2 anak kampung yang mendunia berkat bulu tangkis difabel (para-badminton) MOJOK.CO
Sosok

Subhan dan Rina Marlina: 2 Anak Kampung yang Mendunia, Tapi Tiap Naik Pesawat Masih Nggak Nyangka

2 November 2025
Qonitah Ikhtiar Syakuroh, atlet para badminton (bulu tangkis difabel) asal Kulon Progo Jogja sang penderes medali emas MOJOK.CO
Sosok

Ketangguhan dalam Nama “Qonitah Ikhtiar Syakuroh”, Dari Raket Rp40 Ribuan dan Ejekan Cara Berjalan Jadi Penderes Emas

2 November 2025
Perjalanan hidup Supriadi menjadi atlet bulu tangkis kursi roda dan tampil di event internasional seperti Polytron Indonesia Para Badminton 2025 Solo MOJOK.CO
Sosok

Kondektur Bus, Tukang Las Keliling, dan Jalan Hidup ke Bulu Tangkis Kursi Roda

2 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

UGM MBG Mojok.co

Gadjah Mada Intellectual Club Kritisi Program MBG yang Menyedot Anggaran Pendidikan

28 November 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.