Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Seni

Biennale Jogja 2025: Membuka Keterasingan Padukuhan Boro yang Diapit Jalan Daendels dan JJLS

Agung Purwandono oleh Agung Purwandono
24 September 2025
A A
Biennale Jogja 2025: Membuka Keterasingan Padukuhan Boro yang Diapit Jalan Daendels dan JJLS MOJOK.Co

Padukuhan Boro II, Desa Karangsewu, Kapanewon Galur, Kulonprogo jadi lokasi Babak I Biennale Jogja 2025. (Ilustrasi: Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Biennale Jogja 2025 yang menyajikan pameran seni kontemporer di Padukuhan Boro II, Karangsewu, Galur, Kulon Progo,  membuka “keterasingan” masyarakatnya. Selama ini padukuhan yang diapit Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) dan Jalan Daendels ini merasa tak punya apa-apa yang dirasa istimewa.

***

Suratinah (57) dan Nani (63) berjalan pulang ke rumahnya, di penduduk Padukuhan Boro I, Desa Karangsewu, Kulon Progo, Yogyakarta . Di tangan mereka, tergenggam hasil bumi seperti kacang panjang, terong, juga ada kerupuk gendar. 

Keduanya baru saja mengikuti rebutan gunungan di Padukuhan Boro II yang hanya dipisahkan jalan kampung. Pembukaan Biennale Jogja 2025 yang dipusatkan di halaman rumah Kepala Dukuh Padukuhan Boro II, Greg Sadana jadi daya tarik bagi mereka untuk datang. Begitu juga dengan ratusan warga yang datang, jarang ada pertunjukkan seni di kampung mereka.

Maka, pembukaan pembukaan Biennale Jogja 2025 adalah hal yang tidak boleh dilewatkan. Mengusung tema Kawruh: Tanah Lelaku, pembukaan acara seni dua tahunan ini diawali dengan Kirab Budaya mengusung gunungan yang berisi hasil bumi. Warga yang berpakaian adat kemudian mengelilingi kampung serta tempat-tempat yang digunakan sebagai tempat pamer para seniman. 

Kirab warga Padukuhan Boro 2 Karangsewu, Galur Kulon Progo MOJOK.CO
Kirab warga Padukuhan Boro 2 Karangsewu, Galur Kulon Progo. (Agung P/Mojok.co)

Dua babak Biennale Jogja 2025

Biennale Jogja 2025 terbagi dalam dua babak. Babak I berlangsung 19-24 September 2025 di Padukuhan Boro 2, Karangsewu, Kulon Progo. Sedangkan Babak II akan berlangsung di Desa Bangunjiwo, Desa Panggungharjo, Desa Tirtonirmolo di Kabupaten Bantul dan serta beberapa kampung di Kota Yogyakarta 5 Oktober – 20 November 2025.

Di Padukuhan Boro II, Biennale Babak I menyajikan karya seniman muda Jogja yang mengikuti program inkubasi Asana Bina Seni 2025 yang digelar Yayasan Biennale Yogyakarta. 

Bagi masyarakat Padukuhan Boro, kirab budaya dengan mengusung gunungan sebenarnya bukan hal baru. Dua tahun lalu, hal yang sama juga dilakukan, tapi tidak semeriah kali ini. Sudut-sudut kampung mereka banyak diwarnai oleh hasil karya seniman muda.

Warga sejujurnya tidak paham dengan apa yang dipamerkan, tapi mereka tertarik dengan apa yang disajikan oleh seniman-seniman tersebut. Hal tersebut diamini oleh Suratinah (57) maupun Nani (63). Tapi mereka senang dengan banyaknya karya seniman muda tersebut yang memberi warna kampung mereka.

Beberapa seniman muda memang menyajikan, karya yang sebenarnya dekat dengan masyarakat setempat. Seniman Sri Cicik Handayani misalnya, menyajikan instalasi seni berupa dua kursi, satu meja, suguhan teh di tengah bekas bangunan penggilingan padi. Cicik ingin menyajikan simbol ruang temu, yang berangkat dari pengalamannya bertemu dan bertamu ke rumah warga Padukuhan Boro II. 

Awalnya tak ada yang istimewa di Padukuhan Boro II

Melalui obrolan-obrolan tersebut, ia tahu, Padukuhan Boro II ternyata menyimpan sejarah panjang kemunculannya. Dari kawasan berupa rawa yang berubah menjadi sawah, dari pekerjaan sebagai nelayan menjadi buruh, lalu petani. Instalasi yang ia beri tajuk Papangghiyan jadi semacam upaya menghidupkan kembali kesadaran bahwa pengetahuan sejati (kawruh) ada di lingkungan terdekat. 

Dua warga Padukuhan Boro, Suratinah dan Nani berbincang tentang instalasi seni di dusun mereka. Meski tak paham dengan maknanya, mereka senang karena suasana desa yang hidup. (Agung P/Mojok.co)

Suratinah dan Nani mungkin saja tidak tahu makna instalasi seni yang dipamerkan di kawasan kampung mereka, tapi setidaknya kampung mereka nggak terasing. Banyak orang-orang yang karena Biennale Jogja 2025 datang ke Padukuhan Boro I maupun Padukuhan Boro II. 

Kurator Biennale 2025 untuk Babak I Greg Sindana yang juga Kepala Dukuh Boro II mengungkapkan, tema Kawruh diangkat sebagai ajakan untuk belajar dari hal-hal yang paling dekat: diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. “Di sekitar kita ada banyak pengetahuan,” katanya,“ katanya. 

Greg, mengatakan awalnya, Padukuhan Boro awalnya berada dalam “keterasingan”. Masyarakat setempat melihat tidak ada yang istimewa dari perjalanan dusun mereka. Bahkan, sebagian besar tidak tahu sejarah kampung dan desa mereka yang ternyata menyimpan potensi besar. 

Iklan

“Di kampung ini pohon kelapa itu banyak sekali, tapi tidak ada satu pun produk makanan berbahan kelapa. Makanya hari ini kami juga launching Wingko Boro, buatan ibu-ibu PKK Padukuhan Boro I,” kata Greg. 

Biennale Jogja 2025: Belajar dari hal terdekat

Greg yang bertahun-bertahun merantau dan baru beberapa tahun ini tinggal di Padukuhan Boro, kemudian melakukan penelusuran tentang sejarah panjang padukuhan yang dipimpinnya. Ia kemudian menemukan potensi-potensi seni yang sempat menghilang, termasuk menari, nyinden, hingga memainkan gamelan. 

Menurut Greg, Biennale Jogja 2025 Babak I di Padukuhan Boro II yang berlangsung hingga 24 September 2025 menyajikan berbagai kegiatan, seperti workshop pangan lokal, bersepeda untuk mengenalkan area bersejarah di area Karangsewu.

Ibu-ibu warga Padukuhan Boro menyajikan tarian Boro Menari di pembukaan Bienalle Jogja 2025. (Agung P/Mojok.co)

Ada juga tur mengenal tanaman lokal untuk anak-anak SD, ada juga penayangan film, hingga pementasan wayang beber. “Hal paling penting adalah menunjukkan kepada masyarakat di Boro, bahwa mereka punya banyak potensi,” kata Greg.

Menurut Alia Swastika, Direktur Yayasan Biennale Yogyakarta, tema Biennale Jogja 2025 tidak hadir begitu saja, melainkan melanjutkan perjalanan panjang dari edisi sebelumnya.

“Dua tahun lalu, Biennale Jogja 17 mengambil tajuk Titen. Dalam budaya Jawa, titen berarti mencermati tanda-tanda. Waktu itu kami ingin mengajak publik untuk lebih peka pada detail kecil dalam kehidupan sehari-hari, untuk membaca tanda-tanda yang bisa menjadi sumber pengetahuan,” jelas Alia.

Di tahun 2025, tema yang dipilih adalah Kawruh: Tanah Lelaku. Menurut Alia, kawruh berarti pengetahuan yang lahir dari pengalaman hidup sehari-hari. “Kalau Titen mengajarkan kita membaca tanda, Kawruh adalah bagaimana kita menghidupi pengetahuan itu dalam praktik. Belajar dari diri sendiri, keluarga, desa, dan tanah tempat kita berpijak. Dari situ kita bisa bicara ke dunia, membawa perspektif lokal yang sejajar dengan wacana global,” katanya.

Penulis: Agung Purwandono
Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA Saat Para Seniman Muda Melebur Bersama Warga di Asana Bina Seni 2024 dan tulisan menarik lainnya di Liputan

Terakhir diperbarui pada 24 September 2025 oleh

Tags: BiennaleBiennale JogjaKulon ProgoPadukuhan Boro
Agung Purwandono

Agung Purwandono

Jurnalis di Mojok.co, suka bercocok tanam.

Artikel Terkait

Biennale Jogja 18 Mojok.co
Ragam

Blusukan di Biennale Jogja, Sensasi Menikmati Karya Seni di Desa

11 November 2025
Qonitah Ikhtiar Syakuroh, atlet para badminton (bulu tangkis difabel) asal Kulon Progo Jogja sang penderes medali emas MOJOK.CO
Sosok

Ketangguhan dalam Nama “Qonitah Ikhtiar Syakuroh”, Dari Raket Rp40 Ribuan dan Ejekan Cara Berjalan Jadi Penderes Emas

2 November 2025
200 Tahun Perang Jawa- yang Tersisa dari Perang Besar MOJOK.CO
Esai

200 Tahun Perang Jawa: Menyusuri yang Tersisa di Selarong, Bagelen, dan Wates

23 Agustus 2025
Intim Bersama Pangeran Diponegoro di Titik Bara Perang Jawa MOJOK.CO
Esai

Napak Tilas 200 Tahun Perang Jawa: Menelusuri Jejak Pangeran Diponegoro di Titik Bara Perang Jawa

21 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.