Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal

Saat Wisatawan di Jogja Kewalahan Hadapi Pengemis dan Pengamen yang Mengintimidasi

Hammam Izzuddin oleh Hammam Izzuddin
17 Juli 2023
A A
Beranda Liputan
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Pengemis dan pengamen menjadi pemandangan yang umum ditemui di titik padat wisatawan di Jogja. Sekali duduk di landmark wisata pusat kota, berulang kali harus merogoh dompet mencari receh untuk memberi para peminta-minta. Jika tidak memberi, kadang ada sikap tak mengenakkan dari mereka.

***

Ada beberapa titik yang menjadi pusat berkumpulnya wisatawan seperti Jalan Margo Utomo atau selatan Tugu Jogja, Malioboro, Alun-Alun Kidul, hingga deretan angkringan di timur Masjid Syudaha. Lokasi itu menjadi tempat menikmati suasana malam yang syahdu bagi wisatawan.

Namun, kumpulan pelancong ini menjadi magnet tersendiri bagi pengemis dan pengamen. Tak jarang, kehadiran mereka membuat wisatawan sedikit terganggu.

Bahkan beberapa waktu lalu, publik digegerkan dengan pengemis yang pura-pura lumpuh. Kedoknya terbongkar setelah CCTV menangkap aktivitasnya berjalan dengan lancar. Padahal, ia biasanya duduk bersimpuh seolah tak bisa berjalan di Jalan Pasar Kembang sisi selatan Stasiun Tugu.

Nggak nyaman saat nongkrong

Mojok mencoba singgah di salah satu angkringan sekitar Masjid Syuhada, Kotabaru, Yogyakarta. Di sepanjang jalan yang berada dekat dengan Kali Code ini, ada sekitar sembilan angkringan berderet yang menjadi daya tarik bagi warga dan wisatawan untuk menikmati malam.

Baca Juga:

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025

Baru sekitar 20 menit duduk lesehan beralaskan tikar, sudah ada satu perempuan lansia yang datang menghampiri untuk meminta sedikit uang. Dalam hitungan menit, berlanjut, dua pengamen datang bergantian.

Salah satu lokasi di dekat Masjid Syuhada yang biasanya banyak didatangi pengemis dan pengamen. MOJOK.CO
Salah satu lokasi di dekat Masjid Syuhada yang biasanya banyak didatangi pengemis dan pengamen. (Salim Zaki/Mojok.co)

Seorang wisatawan dari Surabaya, Ian (27) yang juga sedang duduk lesehan di angkringan mengaku merasa cukup terganggu. Dua hari di Jogja, ia selalu menyiapkan uang recehan untuk para peminta-minta di jalan.

“Lumayan terganggu. Kemarin saya dari Alun-alun Kidul, wah banyak banget. Lebih dari ini. Mau nongkrong rasanya jadi nggak nyaman,” keluhnya.

Malam itu, sepanjang ia duduk di angkringan Masjid Syuhada, setidaknya sudah ada lima pengamen dan pengemis yang menghampiri. Ia merasa cukup terganggu dengan kehadiran mereka.

Tak semua peminta-minta yang datang Ian beri uang. Ia mengaku selektif, memperhatikan penampilan fisik sebelum mengulungkan sedikit recehan.

Rasanya semakin banyak pengemis di Jogja

Ian mengaku tak kuasa, ketika melihat pengemis seorang ibu-ibu yang membawa anak kecilnya. Sehingga memutuskan untuk memberikan uang.

“Kondisi fisik jadi pertimbangan utama,” katanya.

Secara umum, Ian merasakan bahwa di Jogja semakin banyak pengemis jalanan. Sebelum ke sini, ia sempat mampir ke Solo. Mengunjungi beberapa destinasi wisata dan kondisinya agak sedikit berbeda.

Iklan

“Saya sudah sering sih ke Jogja. Rasanya memang semakin banyak pengamen dan pengemis. Kemarin di Solo nggak sebanyak ini,” ujarnya.

Hal serupa juga diutarakan oleh Arum (22), pelancong dari Malang yang sedang menikmati suasana angkringan Masjid Syuhada. Ini kali keempat ia berwisata ke Jogja dan merasa pengemis semakin banyak dari kunjungan-kunjungan sebelumnya.

“Sepertinya pengemis itu jadi tambah banyak. Mungkin karena mereka melihat peluang, semakin banyak orang, semakin banyak dikasih. Beberapa daerah yang lain juga ada, tapi Jogja ini rasanya terhitung banyak,” terangnya.

Selama duduk di angkringan, Arum mengaku sudah dihampiri sekitar tujuh pengamen dan pengemis. Tidak semuanya ia beri uang. Seperti Ian, ia tergerak jika melihat lansia atau ibu-ibu yang membawa anak.

Ia merasa, jumlah sebanyak itu cukup menganggu pengalaman berwisatanya. Buatnya, sebagian pengemis masih terhitung berusia produktif sehingga sepatutnya bisa bekerja demi memenuhi kebutuhan.

“Kalau kita turutin semua, bisa habis duit untuk ngasih pengemis,” ujarnya tertawa.

Pengalaman diintimidasi pengamen

Terkadang, ada wisatawan yang mendapat perlakuan kurang mengenakkan dari pengamen atau pengemis karena tidak memberi uang. Ian misalnya, mengaku sering mendapati gerutuan mereka saat ia tidak mengulungkan receh.

Pengunjung lain, Elisabeth Okta (22) asal Cilegon kena omel pengamen lantaran ia tidak memberi uang. Kamis (13/7) malam, ia sedang bersama keluarganya di angkringan Jalan Margo Utomo yang dulunya bernama Jalan Pangeran Mangkubumi. Ia yang sedang asyik bermain hp tiba-tiba mendapat teguran.

“Udah nyanyi lama-lama kok nggak dibayar,” kata sang pangamen ketus. 

Angkringan Pak Djarot di Jalan Margo Utomo .(Hammam Izzuddin/Mojok.co)
Angkringan Pak Djarot di Jalan Margo Utomo .(Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Saat itu, ia sedang bersama kedua orang tua dan neneknya. Beberapa hari menemani keluarga berwiasata di Jogja, ia sudah terbiasa dengan pengamen. Namun, pengalaman mendapat teguran itu cukup mengganggunya.

“Ya aku lagi main hp nggak fokus. Selain itu nggak bawa uang receh,” keluhnya.

Di Jalan Margo Utomo, deretan pedagang kaki lima memang jadi pusat berkumpulnya wisatawan. Mojok melakukan pengamatan di salah satu angkringan legendaris, Angkringan Kopi Jos Pak Djarot yang terletak di sisi utara jalan, tepatnya di depan 101 Hotel Tugu Jogja.

Tiga puluh menit duduk di sana pada malam hari sekitar pukul sembilan, ada sekitar lima pengamen yang lalu lalang. Ada beberapa yang menyanyi dengan alat musik seperti gitar hingga ketimpung. Namun, ada juga yang sekadar membawa kicik-kicik. Bahkan tanpa menyanyi. Lebih mirip mengemis ketimbang menghibur wisatawan dengan musiknya.

Apresiasi pengamen yang memang menghibur

Di Angkringan Pak Djarot, warga setempat Hary Prasetyo mengaku bahwa lingkungan angkringan didominasi pengamen ketimbang pengemis. Kendati begitu, sebenarnya pengamen pun baiknya berlaku sopan dan memaksa ketika  melakukan kegiatannya.

“Prinsipnya pengamen pun harus sopan. Di sini kalau pengemis jarang,” kata lelaki yang mengaku pihak keamanan lingkungan, Kebon Dalem, Jogoyudan, Jetis, Yogyakarta.

Hary sesekali mendapat laporan dari pemilik usaha yang mendapat keluhan pelanggan terkait pengamen yang mengganggu. Ia mengakui, tidak jarang pengamen terkesan menggerutu dan bersikap tidak sopan ketika tidak diberi uang.

Ia mengamati, tak jarang pengamen beraktivitas dalam kondisi terpengaruh alkohol. Kondisi itu membuatnya mudah terpancing emosi ketika mendapati sikap yang tidak menyenangkan.

“Pengamennya mabuk, wisatawannya tegas, itu kadang ada friksi,” terangnya.

Di sisi lain, ia masih mengapresiasi pengamen yang bisa menghibur pengunjung. Ia menunjuk pengamen yang sedang beraksi. Ada enam orang anak muda, membawa alat musik lengkap mulai dari gitar, ukulele, hingga tabuhan. 

“Pada dasarnya kalau menghibur itu tidak mengganggu. Itu mereka juga sopan kalau datang,” jelasnya sambil menyaksikan pengamen melantunkan lagu dangdut.

Menurut pengamatan Hary, pengemis dan pengamen berasal dari berbagai daerah. Bukan hanya dari kampung sekitar tempat wisata.

“Kita pun nggak tahu sebenarnya, kalau pengemis itu, aslinya orang mampu atau tidak. Bisa jadi mereka penghasilannya lebih banyak ketimbang yang memberi uang,” ujarnya tertawa.

Baca halaman selanjutnya…

Ketika pendapatan pengemis bisa tembus jutaan per hari

Halaman 1 dari 2
12Next
Tags: JogjaPengamenpengemiswisata jogjawisatawan
Hammam Izzuddin

Hammam Izzuddin

Reporter Mojok.co.

Artikel Terkait

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO
Liputan

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Misteri Senyuman Jenderal Soeharto: Jadi Korban Bullying karena Dipanggil Den Bagus Tai Saat Kecil. MOJOK.CO

Misteri Senyuman Jenderal Soeharto: Jadi Korban Bullying karena Dipanggil "Den Bagus Tai" Saat Kecil

Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.