Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Cara Membedakan Bakwan Kawi Asli Malang atau Bukan, Pembeli Harus Tahu karena Rasa dan Isinya Beda!

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
5 Juli 2024
A A
Membedakan Bakwan Kawi Khas Malang dan Bakwan Kawi yang Dijual Orang Wonosari Jogja MOJOK.CO

Ilustrasi - Bakwan kawi yang dijual orang Wonosari di Jogja, cenderung berbeda denga bakwan kawi khas Malang. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Saat pindah ke Jogja, saya agak kaget dengan banyaknya penjual bakwan kawi. Nyaris di setiap sudut Jogja selalu ada penjual kuliner khas Malang, Jawa Timur tersebut.

Namun yang membuat saya heran, dari obrolan dengan beberapa penjual yang pernah saya temui di Jogja, ternyata mereka bukan berasal dari Kota Arema. Mayoritas berasal dari Jogja sendiri, lebih banyak dari Wonosari.  Juragan mereka pun bukan dari Malang, tapi orang asli Jogja.

Saya tentu tambah penasaran, apa yang membedakan antara yang khas Malang dan yang bukan?

Misteri asal-usul bakwan kawi

Rasa penasaran itu membawa saya untuk menelusuri data-data ilmiah. Barangkali ada riset atau jurnal kuliner yang membahas tentang bakwan kawi. Sayangnya tak satu pun saya temukan.

Alhasil, saya langsung mengajak berbincang Vianto (32), akademisi Jogja yang pernah menempuh pendidikan selama enam tahun di kota yang bernama lain Ngalam tersebut.

Vianto menyebut, ia juga belum pernah menemukan data-data historis mengenai bakwan kawi Malang. Hanya saja, ia punya dugaan terkait penamaan kuliner khas Malang itu.

“Curigaku, antara dulu orang yang jualan itu berasal dari Jalan Kawi (Malang) atau dari orang-orang yang tinggal di sekitaran Gunung Kawi,” tutur Vianto saat Mojok temui, Selasa (2/7/2024) sore WIB di Sleman, Jogja.

Cuma memang ada perbedaan yang cukup kentara antara bakwan kawi yang khas Malang dengan yang dijual di Jogja. Tentu selain bahwa penjual yang di Jogja bukan orang Malang asli.

“Kalau yang benar-benar khas Malang, itu ya bakso. Cuma dalam versi lebih simpel,” terang Vianto.

Bakwan kawi yang tidak khas Malang isiannya sederhana

Dulu saat masih di Surabaya (kurang lebih tujuh tahunan), saya terbilang sering beli bakwan kawi khas Malang. Karena dulu di jam-jam 9 malam biasanya ada tukang bakwan kawi yang mangkal di depan kos.

Anak-anak kos atau tetangga kos biasanya akan mengantre untuk membeli. Kalau sedang kemecer, saya pun biasanya ikut beli juga.

Saat menginap di rumah teman di Jombang, saya juga beberapa kali membeli kuliner khas Malang itu yang penjualnya kerap mangkal di dekat rumah teman saya tersebut.

Nah, dari pengalaman makan kuliner khas Malang di Jawa Timur itu, saya mencatat dua hal. Pertama, penjualnya asli Malang. Kedua, bakwan kawi itu ya bakso. Cuma versi lebih mini saja. Karena harganya pun murah, mulai dari Rp5 ribuan.

Membedakan Bakwan Kawi Khas Malang dan Bakwan Kawi yang Dijual Orang Wonosari Jogja MOJOK.CO
Bakwan kawi yang dijual orang Wonosari di Jogja, cenderung berbeda dengan yang khas Malang. (Aly Reza/Mojok.co)

Dalam semangkuk bakwan yang saya beli, isinya ada pangsit goreng, tahu, pentol, lengkap dengan mie dan bihun. Sementara kalau yang saya temui di Jogja, menu utamanya justru ada di pangsit. Pentol hanya pelengkap.

Iklan

Selain itu juga tidak dilengkapi dengan mie atau bihun. Jadi langsung diguyur kuah+saus, kecap, sambal. Sedangkan harganya sama saja, yakni mulai di angka Rp5 ribuan.

Pengakuan dari penjual yang bukan dari Malang

Selasa (2/7/2024) sore itu, sebelum akhirnya menemui Vianto, saya sempat mampir di gerobak bakwan kawi di Sinduharjo, Ngaglik, Sleman. Saya memesan satu porsi yang Ferdi jual dengan harga Rp5 ribu.

“Bakwan itu memang kuliner asli Malang, Mas,” ujar si penjual bernama Ferdi (24) menjawab pertanyaan saya: sebenarnya bakwan kawi itu kuliner khas mana?

“Cuma kalau di Malang itu kan bakso. Kalau yang dijual di Jogja itu ya seperti ini. Isiannya nggak selengkap bakso,” sambung pemuda asal Wonosari tersebut.

Membedakan Bakwan Kawi Khas Malang dan Bakwan Kawi yang Dijual Orang Wonosari Jogja MOJOK.CO
Yang dijual orang Wonosari di Jogja, cenderung berbeda dengan yang khas Malang. (Aly Reza/Mojok.co)

Meski tahu bahwa bakwan kawi berasal dari Malang, Ferdi sendiri tak tahu persis kenapa kemudian di Jogja kuliner tersebut lebih identik dengan Wonosari. Ia juga tak begitu tahu kenapa kemudian kuliner yang kalau di Jawa Timur modelnya mirip bakso tapi di Wonosari justru menjadi lebih simpel.

Hanya memang, sepengetahuan Ferdi, beberapa juragan generasi awal di Wonosari dulunya adalah para perantau. Ada yang merantau ke Jawa Timur, ada juga yang ke Jawa Barat. Nah, setelah kembali ke Wonosari, lalu lahirlah sebuah bisnis kuliner tersebut.

“Jualan bakwan kawi sekarang kayak jadi mata pencaharian utama laki-laki di Wonosari,” beber Ferdi sembari tersenyum.

Pemuda ramah tersebut lantas bercerita panjang lebar perihal seluk-beluk penjual kuliner itu dari Wonosari. Cerita-cerita dari Ferdi tersebut akan saya tulis dalam liputan berbeda.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Bocah Asal Wonosari Jogja Rela Putus Sekolah untuk Jualan Bakwan Kawi, Dikira Malas Belajar padahal Berkorban demi 4 Adik

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

 

Terakhir diperbarui pada 8 Juli 2024 oleh

Tags: bakso malangbakwan kawibakwan malangJogjakuliner malangMalangWonosari
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO
Esai

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Ragam

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO
Liputan

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO
Bidikan

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Wali Kota Semarang uji coba teknologi bola GPS untuk mitigasi banjir Semarang MOJOK.CO

Bola GPS Jadi Teknologi Mitigasi Sumbatan Air Penyebab Banjir di Simpang Lima Semarang

13 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
Bagian terberat orang tua baru saat hadapi anak pertama (new born) bukan bergadang, tapi perasaan tak tega MOJOK.CO

Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega

18 Desember 2025

Video Terbaru

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

10 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.